| 21 Views
Tegaknya Khilafah, Ketakutan dan Lonceng Kematian bagi Negara Kapitalisme Global

Oleh : Uli ash-Shafiyah
Pemerhati Masalah Umat
Agresi dan genosida di Gaza yang tidak berkesudahan terus menjadi perhatian dunia, menjadi luka mendalam bagi kaum Muslimin dan dunia. Kekejaman dan kebiadaban yahudi zionis laknatullah telah mencapai titik kritis yang mengguncang hati nurani masyarakat dunia. Kerusakan fisik dan non fisik, korban luka-luka dan syahid disiarkan secara Live di depan mata dunia. Tercatat dari kementerian kesehatan di Gaza per 12 Mei 2025 korban syahid di Gaza mencapai 52.862 orang dan 119.648 orang yang terluka sejak 7 oktober 2023. Jumlah korban sejak 18 maret 2025 telah mencapai 2.749 syahid dan 7.604 orang luka-luka (Dikutip dari Channel Telegram Risalah Amar).
Korban itu bukanlah sebatas angka, tapi nyawa yang dihilangkan tanpa haq di hadapan dunia. Mereka, penduduk Gaza yang menjadi korban akan mengadukan kita pada Allah di yaumil akhir kelak tentang pembelaan dan sikap diam kita. Berbagai dukungan dan pembelaan terus dilakukan tapi para penjajah makin brutal, bantuan kemanusiaan diblokade yang berujung pada kelaparan akut di Gaza akibat semakin menipisnya pasokan makanan, air minum, obat-obatan dan lainnya. Solusi yang ditawarkan tidak mampu menyelesaikan masalah, gencatan senjata dan solusi dua negara bukanlah solusi bahkan makin eksiskan penjajah. Kaum Muslim harus memberikan solusi yang hakiki untuk pembebasan palestina dengan mengusir penjajah terlaknat itu dari bumi al Quds.
Pada 4 April 2025, Syaikh Ali Al-Qaradaghi, Sekretaris Jenderal International Union of Muslim Scholars (IUMS), mengeluarkan fatwa yang menyerukan intervensi militer, ekonomi, dan politik dari seluruh negara Muslim untuk menghentikan genosida dan penghancuran di Palestina. Pernyataan ini, yang dikutip dari Middle East Eye News, menegaskan bahwa diamnya pemerintah Arab dan Islam di tengah penderitaan Gaza adalah dosa besar menurut hukum Islam.
(https://hidayatullah.or.id/)
Fatwa tersebut direspon oleh kaum Muslimin di berbagai negeri termasuk Indonesia, dengan fatwa MUI terkait wajibnya jihad untuk Palestina. Banyak pemuda di wilayah Lebanon, Turki, Yaman dan sekitarnya menuntut secara masif untuk mengirim tentara, dikirim dan direkrut sebagai pasukan jihad membebaskan palestina. Reaksi yang memang seharusnya dilakukan oleh umat ini untuk menghentikan dan mengusir penjajah. Aksi yang harusnya sejak awal dilakukan untuk membebaskan palestina sejak beberapa dekade silam, yaitu dengan jihad. Tapi jihad tidak cukup dengan sekedar seruan, sekedar semangat, pengiriman personil tanpa persiapan. Jihad butuh keseriusan dan realisasi termasuk dukungan pemimpin dan militer. Butuh kesadaran penuh, semata karena dorongan akidah Islam dan harus ada komando seorang pemimpin kaum Muslim yaitu Kholifah.
Ketakutan dan Keputusasaan
Peristiwa di Gaza telah membuka mata dunia dan umat ini terkait solusi hakiki untuk membebaskannya. Solusi yang telah diperintahkan Allah untuk dilakukan oleh kaum Muslim yaitu jihad dan khilafah. Sebagaimana dalam firman-Nya:
"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi janganlah kamu melampaui batas karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas". (QS. Al-Baqarah : 190)
Seruan jihad dan tuntutan untuk mengirimkan tentara, tentu menjadi ancaman bagi penjajah. Apalagi bahwa jihad kaum Muslim itu mengharuskan adanya komando dari Kholifah sebagai pemimpin kaum Muslim sedunia dalam institusi negara Khilafah. Pasti akan menimbulkan masalah besar bagi eksistensi penjajah, hasilnya muncul ketakutan para pemimpinnya.
Perdana Menteri (Israel) misalnya, Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa dirinya tidak akan “menerima pembentukan Khilafah apa pun di pesisir Mediterania,” dan ia menjelaskan bahwa “respons (Israel) tidak akan terbatas pada Yaman, tetapi akan meluas ke Lebanon dan wilayah lainnya.”
Ia menambahkan: “Saya telah berulang kali mengatakan bahwa kami akan mengubah wajah Timur Tengah, dan inilah yang sebenarnya sedang kami lakukan sekarang. Berkat keputusan dan keteguhan pemerintah saya, kami telah memutus poros kejahatan di Gaza, Lebanon, Suriah, dan di tempat lain. Kami mengenal musuh kami dengan baik dan tidak akan menerima keberadaan Khilafah di sini atau di Lebanon. Dan kami berupaya untuk memastikan kelangsungan hidup (Israel)” (media-umat.info).
Ia juga menyatakan bahwa dirinya “tidak akan menerima berdirinya Khilafah apa pun di pesisir Mediterania, dan juga tidak akan ada perang saudara di (Israel)” (arabic.rt.com, 21/4/2025).
Sangat nampak hal ini sebagai reaksi ketakutan penjajah akan tegaknya kembali khilafah. Ketakutan dibalut keputusasaan atas reaksi umat yang begitu besar terhadap solusi palestina dan dunia, hingga mengeluarkan penyataaan yang mengancam untuk menutupi ketakutan tersebut. Barat dan pengusung kapitalisme sekuler menyadari dan mengetahui secara pasti bahwa krisis Gaza telah membuka mata umat. Membuka lebar kesadaran umat tentang wajibnya dan urgensi Khilafah sebagai solusi permasalahan Palestina dan dunia.
Mereka menyadari kekuatan global umat Islam akan tegak dan menjadi pemimpin dunia. Apa yang menjadi ketamakan dan kecongkakan mereka selama ini akan tersingkir. Entitas mereka akan dilumat habis oleh khilafah kaum Muslim. Mimpi-mimpi dan kedigayaan mereka akan runtuh ditelan masa. Detak nadi kekuasaan mereka akan berhenti berdenyut. Kehancuran tiada tara dan bertubi-tubi akan mendera mereka. Sekelumit ketakutan lainnya akan sambut menyambut dalam bayangan mereka. Masa itu akan datang dan terus menghantui mereka dalam ketakutan. Sehingga berusaha terus mengelabui diri dengan retorika busuk nan lemah untuk lari dari kenyataan.
Lonceng Kematian
Tabiatnya sebuah ideologi akan menjadi rival bagi ideologi tandingannya. Kapitalisme sedang berada di ujung tanduk, menunggu kematiannya. Indikasi dan fakta kehancuran itu makin banyak terbuka, krisis tidak berkesudahan, kolapsnya neraca keuangan mereka yang berulang tidak bisa dielakkan. Roda peradaban dunia terus berputar, nyawa mereka sudah diujung masa. Ideologi Islam akan kembali berjaya di muka bumi, menjadi penyelamat umat dan dunia. Di sisi lain menjadi acaman dan ketakutan ideologi kapitalisme.
Negara Islam atau Khilafah akan tegak nanti untuk kedua kalinya, dalam waktu dekat insya Allah. Tegaknya kembali khilafah adalah sebuah keniscayaan dan pasti. Ia adalah janji Allah dan bisyaroh atau kabar gembira dari Rasulullah saw. Tegaknya ibarat fajar mentari pagi hari yang akan menyinari dunia, suka atau tidak suka pasti akan terbit. Siapapun tidak akan pernah mampu untuk menghalau dan menghentikan terbitnya sang fajar itu ketika Allah telah berkehendak sebagaimana janjiNya. Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang menjadi momok, ketakutan dan mimpi buruk bagi orang-orang kafir barat.
Bagaimana tidak, sebab Khilafah adalah kepemimpinan Islam untuk seluruh dunia, yang akan menaungi seluruh negeri-negeri Muslim di dunia. Tegaknya nanti akan menggeser posisi negara kapitalisme global yang sudah menguasai dunia selama satu abad dengan segala kerusakn yang ditimbulkannya. Kekuasaan mereka selama se-abad ini akan sirna. Kedzaliman mereka, ketamakan, dominasi dan penjajahan mereka kepada dunia Islam dan kaum Muslimin akan tamat. Statusnya sebagai polisi dunia akan habis. Penjarahan atas SDA dan kekayaan negeri-negeri muslim pun akan habis. Upaya mereka selama ratusan tahun dengan mengerahkan seluruh potensi, waktu, dana, pikiran dan tenaga untuk membumi hanguskan Islam pun akan sia-sia dan tak bersisa lagi.
Membayangkan segala kerugian dan kekalahan total ini, tentu para pengusungnya khususnya Amerika tidak akan tinggal diam dan berpangku tangan sambil menanti tegaknya negara itu. Mereka akan melakukan segala macam upaya dan makar busuk untuk mencegah tegaknya bahkan menghalang-halanginya. Nasionalisme di negeri-negeri Muslim misalnya akan makin di massifkan, narasi buruk dan stigmatisasi ajaran Islam pun akan makin gencar. Dan banyak tindakan lainnya yang mungkin akan mereka tempuh untuk menghadang atau menghambat tegaknya khilafah. Namun sayang, hal itu tidak akan mampu menghalangi tegaknya Islam. Mereka tidak akan pernah mampu, sehalus dan sekasar apapun makar mereka. Sebab umat sudah semakin sadar akan urgen dan mendesaknya khilafah. Hadirnya sudah sangat di nantikan oleh umat. Gaza telah menyingkap tabir itu, gaza telah menjadi lonceng kematian bagi kapitalisme global. Lonceng kematian itu makin terngiang di telinga para penjajah, kian hari akan nyaring terdengar. Pertanda ajal mereka kian dekat dan hidup mereka the end.
Khilafah Pasti Tegak
Khilafah itu pasti tegak, keniscayaan yang tidak bisa ditepis oleh apapun. Allah dan Rasul Nya sudah menggariskan dengan sangat jelas. Fakta sejarah pun tidak bisa terbantahkan dan akan berulang sesuai dengan siklusnya. Hanya saja cepat dan tidaknya untuk terwujud juga membutuhkan usaha yang maksimal dari umat Islam. Dakwah untuk penegakan khilafah dan urgensi butuhnya umat harus lebih gencar lagi, agar bisa terwujud opini umum dan kesadaran umum di tengah-tengah masyarakat. Inilah peran penting para pengemban dakwah dalam menyadarkan umat dengan Islam ideologis. Hingga ketika Islam ideologis itu telah menyatu dengan perasaan dan pemikiran umat, umat sendiri akan menuntut langsung tegaknya khilafah itu.
Harus dipahamkan juga ke tengah-tengah masyarakat terkait metode dakwah untuk perubahan. Perubahan tidak secara parsial, tapi harus secara menyeluruh sebagaimana Rosulullah mecontohkan. Dakwah Islam juga harus mengikuti metode dakwah Rosulullah, melalui pembinaan dan penyadaran pada umat. Akidah Islam menjadi landasan dalam gerakan, membentuk kesadaran untuk perubahan secara hakiki. Bahwa perubahan hakiki itu adalah dengan menjadikan Islam sebagai satu-satunya solusi dan aturan kehidupan. Institusi pelaksana seluruh aturan Islam adalah negara khilafah.
Kepemimpinan Islam terwujud hanya dengan metode bai'at kepada seorang khalifah. Khalifah akan menjadi perisai dan pelindung umat. Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya Imam atau Khalifah adalah junnah/perisai dimana orang-orang akan berperang dan berlindung di belakangnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada akhirnya Khilafah itu akan tegak sesuai ketetapan-Nya, suka atau tidak. Sebab ketentuan dan janji Allah tidak memerlukan persetujuan manusia. Meskipun para pembenci dan orang-orang berupaya merusak tenangnya malam, tetap saja tidak akan pernah bisa mencegah datangnya pagi dan terbitnya fajar mentari. Begitupun dengan tegaknya khilafah. Tinggal kita mau mengambil peran untuk tegaknya ataukah tidak.
Wallahu'alam