| 1109 Views

Kasus Bullying Semakin Meningkat, Buah Sistem Sekulerisme.

Oleh : Ruji'in Ummu Aisyah 

Pegiat Opini Lain ea Konawe Selatan

Lagi dan lagi kasus bullying atau perundungan masih saja terjadi. Dari hasil penelitian, telah terlihat bahwa kasus bullying semakin meningkat dengan pesat. Bahkan di lingkungan kita, mata kita yang kadang tak pernah terlepas dari kasus bullying bahkan disetiap jam. Kasus bullying ini dialami oleh anak-anak, pelajar, bahkan orang dewasa. 

Seperti dikutip dalam Liputan.com (26/8/2023), adanya video perundungan yang beredar di media sosial. Aksi perundungan atau bullying tersebut diketahui terjadi di kecamatan Cimanggu, kabupaten Cilacap, Jawa Tengah pada Selasa. Dalam video beredar di media sosial terdapat seorang siswa yang menjadi korban perundungan oleh siswa lainnya. Korban bahkan terlihat di pukul dan ditendang beberapa kali oleh pelaku. Mirisnya, aksi tersebut dilakukan saat para siswa masih memakai seragam sekolah. 

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat adanya kasus perundungan yang semakin meningkat kisaran 30 - 60 kasus pertahun. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-5 dalam kasus bullying. 

Kaskus bullying pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, kemampuan adaptasi yang buruk, adanya pemenuhan kebutuhan yang tidak terpuaskan diaspek lain dalam kehidupan, serta minimnya keimanan individu. Perilaku bullying merupakan tindakan mengganggu seseorang, melukai, serta menyakiti seseorang secara fisik maupun psikis. Bahkan sampai mengalami kecacatan dan kematian. 

Oleh karenanya, negara harus berperan aktif untuk mencegah dan menuntaskan kasus bullying atau perundungan yang masih saja terjadi, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Adanya SATGAS anti kekerasan di sekolah yang pernah dikeluarkan tampaknya tidak membuahkan hasil. Berbagai macam alasan bullying yang berseliweran saat ini seperti kurangnya kemampuan dalam mengontrol prilaku, ketidak mampuan mengelola emosi, hingga akhirnya memicu hasrat untuk balas dendam demi bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan. 

Semua ini tidak terlepas dari sistem sekulerisme yaitu paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Ketika agama dipisahkan dari kehidupan, manusia hanya bisa menjadikan asas perbuatan sebagai kesenangannya. Kurikulum pendidikan yang terpacu oleh sekulerisme kapitalis membuat anak-anak dengan bebas bersikap amoral tanpa merasa bersalah dan berdosa. Sehingga merusak pemikiran generasi muda saat ini. Serta menjauhkan manusia dari pemahaman agama dan tidak mengetahui tujuan ia diciptakan. Akhirnya menjadi awam terhadap agama. Alhasil keislamannya yang melekat pada anak menjadi hilang. Semua karena adanya budaya barat mencekoki pemikiran kaum muslimin. 

Hal ini juga terjadi karena tidak adanya kontrol masyarakat, media yang semakin liberal, ditambah dengan video-video kekerasan, serta tidak adanya sistem hukum di negara ini. Keluarga yang seharusnya menjadi madrasah pertama bagi generasi muda, kini telah gagal menciptakan kepribadian individu Islami agar membentuk generasi yang berpikir cemerlang. Sehingga tidak heran mereka yang membiarkan anak-anak mereka berjalan tanpa aturan. Sehingga terbentuklah sikap arogan pada jati diri anak tersebut. 

Sungguh miris, negara yang menerapkan sistem pendidikan kapitalisme hanya bertujuan untuk pencapaian nilai akademik dan materi tanpa melihat tingkah laku atau moral serta melihat aspek agama di dalamnya. Inilah yang menjadi penyebab maraknya perundungan/bullying semakin meningkat dan tidak bisa diatasi. 

Sungguh berbeda ketika Islam diterapkan. Dengan adanya penerapan syariat Islam, akan membentuk kepribadian Islam. Seorang individu menjadi lebih mudah memahami Islam. Bahkan akan merubah pola pikir dan pola sikapnya. Sungguh hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil diwujudkan. Selain itu, media akan di pastikan hanya menyiarkan konten-konten edukatif atau tayangan kecintaan pada Islam. Hal ini tentu akan menutup pemahaman yang akan merusak generasi. Sehingga dapat menutup praktik bullying.

Sebagaimana Allah SWT telah melarang umatnya untuk merendahkan orang lain dalam QS. Al-Hujurat:11, yang artinya:
"Hai orang orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok olok kaum yang lain. Karena boleh jadi mereka (yang di olok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang di olok-olok)".

Sesungguhnya bukan hal yang aneh jika dalam catatan Islam, mereka selalu memiliki kepribadian Islam yang baik, mereka yang berteman karena akidah Islam tanpa memandang latar belakang. Sehingga mereka satu sama lain saling menguatkan, saling menghormati dan saling menyayangi karena Allah. Dalam Islam benteng pertahanan pertama adalah keluarga. Di mana keluarga menjadi tempat pendidikan dan pembentukan karakter utama bagi anak. Pada dasarnya, orang tua memiliki peran untuk membekali anak mereka dengan akidah dan akhlak yang terpuji dengan ajaran Islam. Sehingga intraksi dan komunikasi orang tua dan anak menjadi aktif. Karena terkadang gagalnya komunikasi yang baik kepada anak dapat mengakibatkan pola pikir dan sikap yang tidak baik. 

Selain itu, bukan hanya orang tua tetapi negara  juga memiliki peran terhadap pencegahan tindakan tercela yaitu dengan cara amal ma'ruf nahi munkar. Negara juga tentunya memiliki sanksi-sanksi yang tegas bagi pelaku kemaksiatan. Sungguh Islam telah mengatur semua peraturan hidup manusia dalam kehidupan dan sudah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad Saw serta kholifah-kholifah setelah wafatnya beliau. Wallahu a'lam bishawab


Share this article via

894 Shares

0 Comment