| 335 Views
Dari Puncak Kejayaan Hingga Keterpurukan: Kisah Bisnis Salim yang Jatuh Bangun Setelah 3 Dekade Menguasai Pasar Indonesia
Oleh : R. Irawan
CendekiaPos - Sudono Salim alias Liem Sioe Liong, sosok pengusaha legendaris Indonesia, membangun kerajaan bisnisnya selama tiga dekade, mendominasi berbagai sektor ekonomi. Namun, kejayaannya yang begitu megah tiba-tiba runtuh dalam waktu singkat pada Mei 1998. Inilah kisah bisnis Salim Group, dari puncak kejayaan hingga keterpurukan yang memilukan.
Awal Kesuksesan: Sudono Salim, yang juga dikenal dengan sebutan Liem Sioe Liong, memulai perjalanan bisnisnya sebagai pengusaha impor cengkeh dan logistik tentara pada masa awal terbentuknya Indonesia. Salim Group, yang ia dirikan, meliputi sejumlah perusahaan ternama seperti Indofood, Indomobil, Indocement, dan lainnya.
Kerajaan bisnisnya menjadikan Salim dekat dengan mantan Presiden Soeharto. Jaringan bisnis yang luas membuat keduanya terlibat dalam relasi saling menguntungkan selama tiga dekade. Namun, apa yang dimulai sebagai kemitraan yang kuat, berakhir tragis saat krisis ekonomi dan politik mengguncang Indonesia.
Krisis 1998: Seiring berjalannya waktu, Salim sukses membangun tiga kerajaan bisnis di sektor perbankan (Bank Central Asia, BCA), bangunan (Indocement), dan makanan (Bogasari dan Indofood). Namun, masa kejayaan itu hancur saat memasuki krisis ekonomi tahun 1998.
BCA, yang menjadi inti kerajaan perbankan Salim, menjadi yang terparah terdampak. Krisis finansial memicu penarikan dana massal oleh nasabah, mengancam kelangsungan hidup bank tersebut. Selama masa krisis, ratusan orang bahkan rela antre berjam-jam untuk menguras seluruh tabungan mereka.
Keterpurukan dan Malapetaka: Kejadian pahit ini membuat Salim menjadi target amukan massa. Sentimen anti-Soeharto yang meluas bersamaan dengan krisis ekonomi memunculkan kerusuhan rasial pada Mei 1998. Hari itu, Jakarta dan sekitarnya dilanda kerusuhan, penjarahan, dan pembakaran yang menyasar bangunan dan kendaraan milik etnis Tionghoa.
Salim, sebagai tokoh sentral dalam lingkaran kekuasaan Soeharto, menjadi sasaran utama. Rumahnya dijarah, dibakar, dan menjadi korban kemarahan massa. Bahkan, mobil di garasi dan harta berharga lainnya menjadi sasaran aksi vandalisme.
Perpisahan dengan BCA: Pukulan telak terjadi ketika pemerintah, seminggu setelah lengsernya Soeharto pada Mei 1998, mengambil alih BCA melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). BCA resmi menjadi "Bank Taken Over" (BTO). Keputusan ini diambil untuk mencegah kebangkrutan bank yang sebelumnya menjadi salah satu inti kekayaan keluarga Salim.
Sejak saat itu, BCA tidak lagi menjadi milik keluarga Salim. Meskipun mengalami kejatuhan dalam sektor perbankan, Salim mencoba memulihkan kekayaannya dengan mengandalkan Indofood.
Setelah 25 tahun dari kejadian tragis tersebut, bisnis keluarga Salim mulai merangkak kembali ke puncak kesuksesan. Meskipun BCA tidak lagi dalam kepemilikan Salim, keluarga ini berhasil mempertahankan Indofood dan merambah ke sektor migas, konstruksi, dan perbankan.
Kisah Salim Group menjadi inspirasi perjalanan bisnis yang penuh liku-liku. Dari keterpurukan yang mendalam, keluarga Salim membuktikan ketangguhannya untuk bangkit kembali. Dengan warisan bisnis yang kuat. Apakah mereka bisa mengukir kisah baru dalam perjalanan panjang Salim Group di dunia ekonomi Indonesia?