| 127 Views
Minuman Berpemanis Dalam Kemasan Akan Tercatat Cukai: Apa Kata Dokter?
CendekiaPos - Pemerintah Indonesia berencana memberlakukan aturan cukai untuk Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK) sebagai upaya menekan konsumsi gula berlebih yang dapat berdampak pada penyakit tidak menular. Namun, apakah langkah ini akan efektif dan memberikan dampak positif pada kesehatan masyarakat?
Menurut Dr. dr. Tan Shot Yen MHum, seorang dokter ahli gizi komunitas, peningkatan konsumsi gula berlebih dapat merongrong Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) karena dapat memicu berbagai penyakit, seperti diabetes tipe 2. Meskipun demikian, ia menyadari bahwa pemberlakuan cukai pada MBDK bisa membuat harga minuman berpemanis menjadi lebih tinggi.
"Orang-orang dengan kemampuan ekonomi yang tinggi masih bisa mengakses produk-produk tersebut tanpa kendala," ungkapnya. Ini menyiratkan bahwa meskipun langkah ini dapat mengurangi konsumsi di kalangan masyarakat dengan daya beli rendah, orang kaya masih bisa memperoleh minuman berpemanis dengan mudah.
Dokter Tan juga mengingatkan bahwa sumber asupan gula berlebih tidak hanya berasal dari minuman, tetapi juga dari makanan sehari-hari, termasuk kecap dan saus-saus. Dengan demikian, fokus untuk mengurangi gula seharusnya melibatkan seluruh aspek pola makan.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa 28,7 persen masyarakat Indonesia mengonsumsi gula, garam, dan lemak melebihi batas yang dianjurkan. Melihat statistik ini, kebijakan cukai mungkin hanya mengatasi sebagian kecil dari masalah konsumsi gula berlebih.
Dr. Tan menyebutkan bahwa dampak dari konsumsi gula berlebih termasuk ketagihan, kegemukan, peningkatan gula darah, kolesterol tinggi, dan risiko kanker. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat tentang bahaya konsumsi gula berlebih perlu ditingkatkan, mengingat literasi membaca label pangan masih rendah.
Dengan pemberlakuan cukai MBDK, pemerintah berharap dapat memberikan insentif bagi masyarakat untuk mengurangi konsumsi gula dan mengarahkan mereka pada gaya hidup yang lebih sehat. Namun, tantangan yang lebih besar mungkin terletak pada meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bahaya gula berlebih dan memotivasi perubahan perilaku menuju pola makan yang lebih seimbang.