| 42 Views
Minimalisnya Upaya Negara Menangani PMK

Oleh : Rita Razis
Memelihara hewan ternak menjadi kebiasaan warga Boyolali, baik untuk investasi atau hanya sebagai hiburan dan aktivitas sehari-hari. Memiliki hewan ternak yang sehat dan gemuk tentu menyenangkan bagi pemiliknya atau orang yang melihatnya. Akan tetapi, awal tahun 2025 virus PMK mulai menyerang hewan ternak lagi di berbagai daerah termasuk kabupaten Boyolali.
Dilansir dari detikJateng.com, 3 Januari 2025, menurut Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati, kasus kematian ternak sapi akibat penyakit mulut dan kuku (PMK) di Boyolali bertambah dari 5 ekor menjadi 17 ekor. Jumlah sapi yang terjangkit PMK juga bertambah dan tersebar di 10 kecamatan. Antara lain Kecematan Andong, Simo, Sambi, Wonosegoro, Musuk, Klego, Karanggede, Ngemplak, Mojosongo dan Cepogo. Dimana Sejak Oktober 2024 kasus PMK di Boyolali meningkat. Dari data yang masuk ada 32 sapi yang terjangkit PMK. Diantaranya ada 5 ekor sapi yang mati berjenis sapi potong. Kemudian sumber penularan terbesar PMK melalui lintas hewan dan faktor curah hujan tinggi yang bisa memicu penyebaran virus PMK.
Sehingga Lusia juga mengimbau peternak agar menjaga kebersihan kandang dan melakukan bioscurity. Apalagi di musim hujan peternak harus lebih intens menjaga kebersihan dan memberi pakan yang cukup untuk menjaga imunitas sapi.
Selain itu, "Senjata ampuh kita vaksinasi. Kebetulan tanggal 29 Desember 2024 kami mendapat bantuan dari Kementan melalui APPSI sejumlah 50 botol atau 1.250 dosis. Sudah kami suntikkan ke sapi-sapi, sampai kemarin terealisasi 230 dosis," ucap Lusia.
Sedangkan menurut Kepala Bidan (Kabid) Kesehatan Hewan (Keswan) Disnakan Boyolali, Afiany Rifdania, Pihaknya mengaku ada kendala dalam penanganan PMK karena masyarakat yang tidak melapor. Pihaknya mengimbau masyarakat jika hewan ternaknya terserang penyakit menular agar cepat melapor, sehingga segera mendapat penanganan dan bisa di lokaslisir (detikJateng.com, 26 April 2024).
Penanganan yang Setengah-setengah
Virus PMK marak lagi!, tentu merugikan para peternak dan penjual sapi. Sebab banyak warga yang berbondong-bondong menjual sapinya agar tidak mengalami kerugian. Sedangkan kondisi di pasar peminat dan harga jual sapi menurun. Tidak hanya itu, kembalinya virus PMK memunculkan kecurangan dalam transaksi jual beli sapi. Dimana penjual menyembunyikan kondisi dan kesehatan sapi yang di bawa, sehingga pembeli yang awam dan lengah bisa tertipu kemudian membeli sapi yang sakit tersebut. Akibatnya, virus akan menular ke sapi yang lain atau sehat. Atau sapi yang sakit disembelih kemudian dijual di pasar-pasar tradisional.
Keputusan pedagang atau penjual sapi yang culas akan mengakibatkan kerugian dan membahayakan orang lain. Mereka hanya memikirkan keuntungan yang didapat saja dan tidak memedulikan akibatnya. Selain itu, adanya pasar bebas tanpa ada pengawasan dari pihak berwajib membuat kasus ini berlarut-larut. Sehingga wajar jika virus PMK meningkat kembali. Sebab masyarakat yang tidak mau terbuka dan pemerintah yang tidak cepat tanggap membuat situasi saling menyalahkan dan mencari kebenaran.
Meski sudah ada upaya dan vaksinasi untuk para sapi dari pemerintah. Akan tetapi hasilnya belum maksimal. Hal ini, dikarenakan kebijakan pemerintah yang masih setengah-setengah dan abai. Walaupun menurut mereka sudah maksimal dan memberikan yang terbaik, tetapi fakta di lapangan upaya mereka masih minimalis. Dimana sapi yang terjangkit masih bisa dijual belikan, tidak ada pengawasan dari pemerintah di lapangan, vaksinasi tidak merata, kurang tanggap dan tepat dalam menangani sapi yang terjangkit.
Inilah watak dari sistem sekarang. Sistem yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan cuan. Sistem kapitalisme liberal yang memberikan kebebasan masyarakat untuk melakukan apa saja meski merugikan orang lain dan melanggar syariat Islam. Serta setiap individu tidak memiliki kesadaran akan hubungannya dengan Allah dan hari pertanggungjawaban. Akibatnya, negara menjadi abai dengan tanggungjawabnya dan tugasnya.
Sistem Islam Punya Solusi
Berbeda dalam sistem Islam, Sistem berasal dari Sangpencipta untuk hambaNya. Sistem Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan, alam semesta dan manusia. Begitu pula dengan nasib dan jiwa hewan. Seperti kisah khalifah Umar bin Khattab ketika ada lubang di Irak sedangkan khalifah Umar tinggal di Madinah. Beliau berkata, “demi Allah jika ada seekor keledai jatuh terperosok dari negeri Irak aku khawatir keledai itu akan menuntut hisab aku di hari kiamat." Betapa bertanggungjawabnya seorang khalifah bernama Umar Bin Khathab ini, jangankan jiwa manusia, bahkan hanya seekor keledai pun dia perhatikan jangan sampai terpeleset gara-gara jalannya tidak bagus. Jika seekor keledai terpeleset karena jalannya licin akibat tidak diurus, beliau begitu takut akan ditanya Allah Swt kelak di akhirat. Inilah contoh kepemimpinan yang penuh tanggungjawab dan ksatria mengakui kesalahan.
Maka dalam sistem Islam, dalam menangani virus PMK pada hewan ternak negara akan berupaya maksimal dan menjaga agar wabah tidak menyebar atau kembali lagi. Serta tidak hanya menunggu laporan dari masyarakat. Negara akan memberi tugas kepada tenaga ahli kesehatan untuk turun ke daerah-daerah memantau dan mengawasi hewan ternak yang sehat atau terjangkit virus. Sebab ketika sistem sistem Islam diterapkan menumbuhkan ketaatan tidak hanya secara individu tetapi seluruh masyarakat dan negara. Negara juga paham akan tanggungjawabnya dalam menjalankan amanah, tidak hanya mengurus umat tetapi seluruh aspek kehidupan termasuk hewan ternak. Mereka tidak akan setengah-setengah dalam menjalankan amanahnya. Begitu pula, masyarakat juga akan jujur dalam melakukan muamalah tidak ada yang dirugikan. Mereka akan saling terbuka dan menyampaikan kebenaran akan barang dagangannya.
Jadi, hanya dengan sistem Islam masyarakat dan hewan ternak akan terjaga dan terurus kesejahteraan dan kesehatannya. Sehingga ketika ada wabah segera ditangani dan diantisipasi agar tidak menyebar semakin luas.
Wallahu a'lam bissowab.