| 114 Views

Maraknya Penistaan Agama dalam sistem Kapitalisme

Oleh : Daniaty Agnia

TRIBUNNEWS.COM - Beredar video seorang pria menginjak Al-Quran saat bersumpah di hadapan istrinya. Pria yang mengenakan sarung tersebut membantah berselingkuh dan melakukan sumpah dengan Al-Quran agar istrinya percaya.

Setelah ditelusuri, pria yang ada dalam video adalah pejabat Kementerian Perhubungan 
(Kemenhub) yang bertugas sebagai Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah X Merauke.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Cecep Kurniawan, menyatakan sebelum dilaporkan atas kasus penistaan agama, Asep Kosasih juga dilaporkan atas kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Asep Kosasih telah dibebastugaskan sementara sejak terlibat kasus KDRT.
"Kami sangat menyesalkan kasus kekerasan rumah tangga yang melibatkan Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah X Asep Kosasih. Saat ini yang bersangkutan telah dibebastugaskan guna memudahkan penyelidikan lebih lanjut," ungkapnya, Kamis (16/6/2024).

Penistaan agama kembali terjadi. Sistem hidup hari ini menumbuh suburkan para penistaan agama, karena dalam sistem kapitalisme agama tidak jaga dan tidak di muliakan. Sistem sekularisme memisahkan agama dari kehidupan, dan meniscayakan terhadap sering terjadinya penistaan agama.

Ketidak tegasan negara terhadap orang yang meremehkan kitab suci, kitab suci dianggap seperti barang biasa yang tidak ada harganya,  juga hukum yang berlaku dalam sistem kapitalisme saat ini bagaimana senksi yang lemah dan tidak menjerakan akibatnya membuat silih bergantinya penista agama.

Memang miris hal ini sering terjadi di tengah- tengah masyarakat dimana negeri yang mayoritas umat Islam, masih sering terjadi penistaan agama dan pelecehan terhadap simbol Islam, saat ini umat tidak memiliki perisai sejati dan yang lantang berani menyerukan tegaknya syariat Islam dan di terapkan di negeri ini bahkan dunia.

Maraknya penistaan agama yang menjamur dan terus berulang bukti Islam tidak di terapkan dalam kehidupan. Hanya sebatas ibadah ritual, hukum-hukum Allah Swt diabaikan maka tak heran Islam dan simbolnya akan terus dihinakan dan diolok-olok. Akibat kekuatan besar yang tidak bisa melindungi agamanya dan melindungi umatnya.

Berbeda dalam sistem Islam, agama adalah yang wajib dijaga dan negara tidak akan membiarkan para penista subur di sistem Islam, negara akan menerapkan sanksi tegas terhadap para pelaku pengolok-olok agama supaya bisa berefek jera bagi pelakunya.

Sikap tegas seorang pemimpin kaum muslim yang berwibawa dan punya haibah akan cepat ditangani siapa saja yang melakukan penistaan agama. Sehingga terjaga kemurniaan kesucian kitab suci dapat terlindungi. Agama dijadikan sebagai dasar negara karena agama sebagai prinsip hidup sakral yang harus dijaga dan sebagai prinsip hidup bagi umat manusia.

Untuk saat ini, wajib kita terus menyerukan seruan syariat Islam di tengah masyarakat,
dan untuk menerapkan syariat Islam secara kaffah dan menyebar luaskan Islam ke seluruh dunia. Karena faktanya saat ini Al Qur'an diabaikan hanya sebagai bacaan saja bukan sumber hukum, seperti dalam firman Allah Swt. " Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Qur'an ini sebagai perkara yang di abaikan." ( QS Al Furqan [25]:30) 

Terjadilah saat ini kitab suci bukan sebagai sumber hukum negara yang harus diterapkan. Malah dijadikan sebagai sumpah serapah sumpah jabatan dll. Yang selalu membelakangi dan tidak untuk mengatur kehidupan manusia. Karena itu sudah saatnya Al-Quran dijadikan sebagai sebagai sumber hukum untuk mengatur kehidupan manusia.
Umat/rakyat akan paham Islam dan simbol Islam patut dijaga.

Wallahu alam bish-shawwab


Share this article via

65 Shares

0 Comment