| 38 Views
Krisis Ekonomi Israel: Gelombang Pengangguran Akibat Perang dan Dampaknya yang Meluas
Kondisi ekonomi Israel semakin mengkhawatirkan seiring berlanjutnya konflik dengan Hamas di Gaza, Palestina. Menurut laporan The New York Times pada Rabu (27/12/2023), perekonomian Israel diperkirakan mengalami penurunan sebesar 2 persen pada kuartal akhir tahun 2023.
Pengangguran di Israel melonjak tajam, mencapai sekitar 900 ribu orang.
Kondisi ekonomi Israel semakin mengkhawatirkan seiring berlanjutnya konflik dengan Hamas di Gaza, Palestina. Menurut laporan The New York Times pada Rabu (27/12/2023), perekonomian Israel diperkirakan mengalami penurunan sebesar 2 persen pada kuartal akhir tahun 2023.
Krisis tenaga kerja menjadi salah satu dampak utama dari perang ini, dengan ratusan ribu pekerja Israel terpaksa mengungsi atau bergabung sebagai tentara cadangan. Taub Center for Social Policy Studies mencatat bahwa sekitar 20 persen angkatan kerja Israel telah hilang dari pasar tenaga kerja sejak Oktober, naik 3 persen sebelum konflik dimulai.
Pengangguran di Israel melonjak tajam, mencapai sekitar 900 ribu orang. Baik pekerja yang diminta untuk ikut berperang, harus tinggal di rumah untuk mengasuh anak-anak karena sekolah ditutup, dievakuasi karena dekat dengan perbatasan Lebanon dan Gaza, atau tidak dapat bekerja karena kerusakan rumah atau fasilitas industri setempat.
Meskipun sebagian sekolah telah dibuka kembali, dan beberapa pekerja dapat bekerja dari jarak jauh, dampak ekonomi yang disebabkan oleh perang tetap besar. Beberapa analis ekonomi memperkirakan pertumbuhan ekonomi Israel tahun depan hanya sekitar 0,5 persen, sementara Bank of Israel memberikan proyeksi yang lebih optimis sebesar 2 persen.
Ratusan ribu pekerja di Israel mengajukan tunjangan pengangguran sejak konflik dimulai pada 7 Oktober. Hingga saat ini, 191.666 orang telah mengajukan tunjangan pengangguran, sebagian besar mengalami cuti paksa yang tidak dibayar.
Kekurangan tenaga kerja terutama terasa parah di sektor pariwisata, konstruksi, dan pertanian. Sektor pertanian menghadapi masalah serius karena larangan bagi pekerja Palestina untuk memasuki Israel sejak Oktober, menyebabkan kekurangan pekerja dalam panen buah-buahan dan sayuran.
Meskipun pemerintah Israel memberikan bantuan keuangan kepada individu dan perusahaan yang terdampak, banyak warga Israel, termasuk pengusaha, menghadapi kesulitan akibat keterbatasan tenaga kerja. Bantuan tambahan yang dijanjikan belum tiba, dan beberapa pengusaha, terutama yang juga menjadi tentara cadangan, menghadapi risiko bangkrut.