| 16 Views

Grebeg Sadranan, Benarkah Ada Keberkahan?

Oleh : Rita Razis

Grebeg sadranan menjadi moment berkumpul dan makan-makan sebagian besar masyarakat di Boyolali. Sebelum bulan suci datang yaitu di bulan Sya'ban menjadi moment yang ditunggu-tunggu untuk bersilaturohmi. Berbagai pertunjukan dan tradisi dilakukan untuk pembukaan acara syadranan dimulai.

Seperti yang disampaikan Ketua Panitia Grebeg Sadranan tahun 2025, Mawardi, acara grebeg sadranan diawali dengan kirab oleh seluruh peserta dari 15 desa di kecamatan Cepogo. Di mulai dari rumah kepala desa Mliwis menuju Alun-alun Pancasila. Diarak pula berbagai makanan dan ada 9 gunungan. Kemudian dilakukan dzikir tahlil dan pembacaan doa. Setelah selesai, ribuan warga langsung ke tengah lapangan untuk berebut makanan dan gunungan yang ada dengan harapan mengalap berkah. Tradisi sadranan diawali dengan pembersihan makam, kemudian kirim doa ke leluhur, dan diakhiri dengan saling silaturahmi dari rumah ke rumah.

Sementara itu anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, yang juga warga Boyolali, Dwi Adi Agung Nugroho, menyampaikan grebeg sadranan ini merupakan salah satu cara untuk melestarikan tradisi sadranan yang sudah berlangsung turun temurun.

"Semoga juga akan menjadi destinasi wisata baik segi religi maupun budaya. Ini juga untuk mengajarkan kepada generasi muda untuk tidak lupa dengan tradisi leluhur. Nilai-nilai dan kearifan tradisi ini harus kita tanamkan di zaman digital ini," kata Dwi (detikJateng.com, 9 Februari 2025).

Kondisi Masyarakat

Tradisi memang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan masyarakat. Apalagi tradisi yang sudah lama bertahun-tahun dan turun temurun pasti akan menjadi moment yang ditunggu-tunggu. Apapun kondisi mereka sekarang meski baru sulit dari segi ekonomi. Seperti harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi, bahan-bahan makanan yang mahal dan berkurangnya pendapatan pasti akan diusahan dan diada-adakan dari segi materi untuk memperingati tradisi tersebut. Maka acara sadranan bukan lah bentuk kesejahteraan masyarakat melainkan tradisi yang harus diadakan.

Selain itu, dalam acara grebeg sadaranan meski niat awalnya baik yaitu tanda syukur atas nikmat Allah Swt berikan akan tetapi jika caranya salah dimana ada moment berebut makanan untuk mengalap berkah tentu amalan ini akan tertolak. Sebab niat benar tetapi caranya salah akan menjadikan aktivitas tersebut menjadi sia-sia.

Lemahnya aqidah masyarakat menjadikan aktivitas bercampur antara yang haq dan batil. Ditambah adanya dukungan dari pemerintah membuat masyarakat semakin bersemangat untuk melestarikan tradisi tersebut. Sedangkan sikap pemerintah hanya memanfaatkan moment grebeg sadranan sebagai daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Boyolali. Maka secara tidak langsung pemerintah akan mendapatkan keuntungan dari wisatawan yang datang. Kemudian destinasi wisata akan bertambah. Sedangakan nasib dan kesejahteraan rakyat terabaikan. Inilah dampak dari sistem yang rusak akan mengakibatkan kerusakan yang sistematis. Sistem kapitalis sekuler sistem yang mengabaikan aqidah masyarakat. Mereka akan dibebaskan melakukan apa saja meski merusak aqidahnya. Selain itu, sistem ini juga membuat negara lebih mementingkan keuntungan yang didapat dari pada nasib rakyat yang karut marut. Dimana ada keuntungan disitu menjadi kesempatan untuk menambah pendapatan.

Islam Memperjelas yang Haq dan Batil

Berbeda jika menerapkan sistem Islam. Sistem yang mengutamakan dan memprioritaskan nasib masyarakat dan menjaga aqidahnya. Sebab hanya ridho Allah lah yang menjadi tujuan utama. Sehingga negara bertanggungjawab penuh untuk menjaga aqidah umat agar tidak melenceng atau melakukan aktivitas yang sia-sia.

Dijelaskan dalam Al-Qur'an surat At Tahrim ayat 6,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Jadi, setiap kepala keluarga wajib menjaga keluarganya dari api neraka. Begitu pula negara memiliki ke wajiban yang lebih besar. Negara akan memantau acara tradisi dan budaya yang ada di masyarakat. Kemudian jika ada tradisi atau budaya yang melenceng dari syariat Islam maka akan dihapuskan dan tidak boleh dilestarikan. Sedangkan untuk acara tradisi dan budaya yang tidak menyimpang syariat Islam maka boleh dilakukan.

Oleh seba itu, hanya menerapkan sistem Islam yang mampu menjaga aqidah umat dan meninggalkan tradisi atau budaya yang batil. Kemudian kehidupan masyarakat juga terjaga dan sejahtera. Serta negara berperan sesuai kewajibannya.

Wallahu a'lam bissowab.


Share this article via

11 Shares

0 Comment