| 74 Views
Fenomena Gen Z Tentang Viral Tagar 'Kabur Aja Dulu'

Oleh : Dinna Chalimah
Ciparay Kab. Bandung
Tagar #KaburAjaDulu belakangan ramai diserukan warganet melalui media sosial, termasuk di X atau Twitter. Jika tagar #KaburAjaDulu dilihat di X, media sosial itu akan memunculkan unggahan warganet terkait kesempatan studi atau bekerja di luar negeri untuk "kabur" dari Indonesia. Lewat #KaburAjaDulu, warganet berbagi informasi seputar lowongan kerja, beasiswa, les bahasa, serta pengalaman berkarier dan kisah hidup di luar negeri. Warganet meramaikan tagar #KaburAjaDulu karena ingin kabur dari tekanan pekerjaan, pendidikan, maupun masalah sehari-hari di Indonesia. (www.kompas.com)
Baru-baru ini, tagar #KaburAjaDulu menjadi perhatian di media sosial, menggambarkan rasa kekecewaan Gen Z Indonesia terhadap keadaan sosial, ekonomi dan politik di negari ini. Negeri ini tidak sedang baik-baik saja. Seiring dengan viralnya tagar “KaburAjaDulu”, nasib bangsa ke depannya ditebak akan kian terpuruk. Berawal dari kegelisahan banyak anak Gen Z terkait berlanjutnya studi, sulitnya mengejar karir, atau sekadar mendapatkan pekerjaan dengan upah yang layak.
Fakta ini menggambarkan bahwa banyak orang Indonesia merasa terpaksa meninggalkan tanah air ini untuk mencari kesempatan yang lebih baik. Tentu ini tidak hanya disebabkan oleh ketidakjelasan politik, tetapi juga oleh kondisi ekonomi yang dianggap buruk. Banyak Gen Z merasa bahwa mereka tidak mendapatkan penghargaan dan kesempatan yang layak atas keterampilan dan pendidikan yang telah mereka dapatkan ketika sekolah dulu.Selain faktor ekonomi, banyak Gen Z juga mencari kualitas hidup yang lebih baik lagi, termasuk dalam faktor pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ketidakjelasan di Indonesia sering kali membuat Gen Z merasa bahwa masa depan mereka tidak akan lebih baik kalau masih di Indonesia, akhirnya memilih untuk pergi keluar negeri untuk mengundi nasib supaya lebih baik.
Fenomena ini tidak hanya merugikan seseorang yang pergi, tetapi juga negara. Hilangnya tenaga kerja yang mempunyai bakat dan keterampilan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan inovasi di dalam negeri, juga mengurangi kualitas layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan.
Lifestyle kapitalisme ini, meletakkan atas dasar manfaat atau keuntungan di atas segala-galanya. Dilahirkan oleh aqidah sekuler, sehingga tidak adanya peran Sang Pencipta di dalam aturan kehidupan setiap individu, masyarakat, dan negara. Ketika negara menjadikan kapitalisme sebagai akidah dalam semua kebijakannya, maka kesejahteraan hanya akan menjadi hayalan. Sistem Kapitalisme yang dijadikan sebagai dasar pengaturan urusan rakyat menjadi akar masalah atas kondisi ini. Kesenjangan ekonomi terjadi di dalam negeri, dan merambah juga ke global, di negara berkembang dan negara maju. Sebab fenomena kemiskinan itu mengalami masalah yang sama di berbagai penjuru dunia. Masalah utamanya adalah distribusi kekayaan yang terus diberikan kepada sebagian orang. Ini adalah konsekuensi karena penerapan Sistem Kapitalisme.
Di sinilah, peran Islam menghadirkan solusi secara tuntas, dari konsep yang mendasar sampai ke universal. Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani telah menjelaskan bahwa Islam tidak hanya sekadar aqidah ruhiyyah saja, tapi juga memiliki akidah siyasiyyah. Yaitu serangkaian pandangan hidup yang khas tentang pengaturan kehidupan manusia di dunia termasuk pengaturan pemerintahan dan ekonomi. Islam mewajibkan negara untuk menciptakan kesejahteraan rakyat dan membantu setiap warga negara memenuhi hak dan kebutuhannya. Ada banyak mekanisme yang harus dilakukan oleh negara, termasuk kewajiban untuk menyediakan lapangan kerja secara luas, baik di sektor pertanian, perdagangan, industri, maupun jasa.
Ini sebagaimana firman Allah SWT. “Sungguh, (apa yang disebutkan) di dalam (Al-Qur`ān) ini, benar-benar menjadi petunjuk (yang lengkap) bagi orang-orang yang menyembah (Allah). Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” (QS Al-Anbiya : 106-107).
Fungsi penguasa di dalam Islam adalah sebagai raa'in, yang bertanggung jawab atas urusan rakyatnya, melayani dan mengatasi segala masalah dengan dilandasi akidah kepada Allah SWT. Maka kepemimpinan berdiri berdasarkan hukum Allah. Di dalam konsep Islam, Khilafah mewajibkan rakyat terprnuhi kebutuhan dasarnya. Sandang, pangan, papan, dan mendapatkan pendidikan terbaik, fasilitas kesehatan berkualitas. Jika semua syariat Islam diberlakukan secara kaffah, maka kesejahteraan menjadi niscaya. Dan pasti Allah pun akan ridho dan memberkahi kita semua.
Wallahu a'lam bish shawwab