| 143 Views

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sistem Sekuler Kapitalis

Oleh: Siti Zulaikha, S.Pd
Aktivis Muslimah dan Pegiat Literasi

Seorang remaja berusia 14 tahun membunuh ayah dan nenek serta menikam ibunya dengan senjata tajam di rumah mereka di Jalan Lebak Bulus I, Cilandak, Jakarta Selatan, Sabtu (30/11/2024) dini hari.

Pelaku berinisial MAS tersebut langsung diamankan petugas keamanan perumahan saat berusaha melarikan diri, sementara sang ibu yang mengalami luka tusuk dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Gogo Galesung menyampaikan, MAS pada awalnya mengambil pisau di dapur dan masuk ke kamar ayah dan ibunya. Kemudian, MAS langsung menusuk sang ayah yang sedang dalam kondisi tidur. Setelah menusuk ayah dan ibunya, MAS menusuk sang nenek yang terbangun saat peristiwa penusukan tersebut. beritasatu.com, 30/11/2024

Banyaknya kasus pembunuhan yang dilakukan oleh anak menunjukkan bahwa telah terjadi problem yang sistemis. Problem ini tentu saja tidak bisa diselesaikan hanya dengan memperbaiki kepribadian individu anak semata. Pasalnya ada banyak faktor yang menjadi penyebab anak berkonflik dengan hukum yang itu semua saling berhubungan erat dengan sistem yang diterapkan saat ini, yaitu kapitalisme-sekularisme. Sistem kapitalisme-sekularisme yang berdiri atas asas pemisahan agama dengan kehidupan, ini sejatinya merusak fitrah manusia dan mengubah karakter masyarakat menjadi masyarakat yang terbiasa dengan kekerasan (kriminalitas).

Karakter generasi yang kita saksikan hari ini adalah buah dari seluruh kebijakan dan hukum yang lahir dari sistem kapitalisme demokrasi. Sistem pendidikan sekuler tentu akan melahirkan kurikulum pendidikan sekuler. Bagaimana mungkin kurikulum pendidikan sekuler yang mengabaikan peran agama dalam kehidupan mampu mencetak generasi beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.

Meskipun setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya sangat menginginkan dan mengharapkan terbentuknya kepribadian mulia pada anak mereka tentu mustahil terjadi jika sistem pendidikan masih di bawah kendali sistem kapitalisme yang bervisi materi.

Negara dalam sistem ini tidak menjalankan fungsinya sebagai pengurus rakyat, termasuk dalam menyelenggarakan sistem pendidikan. Alhasil pendidikan tidak diposisikan sebagai layanan yang harus disediakan negara dengan tujuan mulia, yakni membina kepribadian dan menjaga kesehatan mental generasi, tetapi pendidikan diposisikan sebagai objek komersial yang membutuhkan biaya mahal untuk mengaksesnya. Kalaupun ada sebagian rakyat yang mampu mengaksesnya, mereka hanya disiapkan untuk menjadi muda korporat. Inilah gambaran pelayanan pendidikan dalam sistem kapitalisme yang jauh dari terwujudnya kemaslahatan bagi rakyat.

Generasi pun menjadi korban kelalaian negara yang seharusnya berperan sebagai pelayan rakyat. Adalah sebuah kemustahilan munculnya pemimpin bertaqwa, sedangkan kepemimpinan yang dijalankan atas umat adalah kepemimpinan sekuler. Sesungguhnya problem generasi akan Tuntas di bawah kepemimpinan islam. Islam memposisikan pemimpin (khalifah) sebagai raa'in yang bertanggung jawab atas rakyatnya, termasuk membangun generasi.

Para pemimpin dalam Islam memahami bahwa tanggung jawab mengurus urusan rakyat ini agar dimintai pertanggungjawaban hingga ke akhirat. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menegaskan dalam sebuah riwayat hadits; " "Tidaklah seorang manusia diamanahi Allah subhanahu wa ta'ala untuk mengurus urusan rakyat, lalu ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya melainkan Allah mengharamkan surga baginya. (HR. Bukhari)

Kepemimpinan islam memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi cemerlang yang berkualitas melalui penerapan berbagai sistem kehidupan sesuai dengan syariat Islam. Sebab Allah telah membatasi hukum-hukum yang harus dijalankan dan diterapkan pemimpin yaitu hukum-hukum Islam saja bukan yang lainnya. Namun Allah memberikan hak kepada penguasa untuk berijtihad meski kemungkinan salah, tetapi Allah sangat menekankan pembatasan hukum tersebut dengan Islam.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka dengan apa yang telah diturunkan Allah dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka Quran." (Al Maidah:49)

Oleh karena itu, kepemimpinan islam mengharuskan negara membangun sistem pendidikan yang berasal akidah Islam. Kepemimpinan seperti ini akan jauh dari kepemimpinan zalim yang abai terhadap kemaslahatan rakyatnya, termasuk jauh dari kepemimpinan populis otoritarian yang mengklaim didukung rakyat, namun nyatanya bersikap sewenang-wenang atau otoriter dengan mengutamakan kepentingan sendiri dan kelompoknya.

Sistem pendidikan Islam yang diterapkan khalifah di bawah sistem politik dan ekonomi Islam akan menghadirkan pelayanan terbaik bagi umat, mulai dari pendidikan gratis hingga kurikulum pendidikan yang menghasilkan generasi beriman dan bertakwa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berjiwa pemimpin.

Sejarah panjang penerapan Islam telah membuktikan lahirnya banyak sosok ilmuwan yang juga menguasai ilmu agama dan optimal berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Semua ini tidak lepas dari hadirnya penguasa memberikan perhatian yang besar dalam kemajuan ilmu dan peradaban Islam serta penerapan aturan kehidupan yang bersumber dari Islam saja.

Wallahualam bissawab


Share this article via

115 Shares

0 Comment