| 17 Views

Gaza Tak Butuh Solusi Dua Negara

(Getty Images)

Oleh: Leni

Konflik di Gaza telah menjadi salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam beberapa dekade terakhir. Wilayah yang padat penduduk ini tidak hanya menjadi pusat pertempuran antara berbagai kekuatan politik, tetapi juga menjadi saksi dari penderitaan yang mendalam akibat tindakan kekerasan yang mengancam keberlangsungan hidup jutaan warga sipil, terutama anak-anak, wanita, dan orang tua. Sejumlah pengamat dan organisasi internasional bahkan menggunakan istilah “genosida” untuk menggambarkan situasi yang terjadi di sana, di mana upaya penghancuran kelompok tertentu dilakukan secara sistematis dan terencana.

Gaza adalah wilayah kecil yang terletak di pesisir Laut Tengah dan dihuni oleh lebih dari dua juta jiwa. Penduduk Gaza hidup di bawah blokade ketat selama bertahun-tahun yang membatasi akses mereka pada kebutuhan dasar, seperti makanan, obat-obatan, air bersih, dan listrik. Selain itu, konflik militer berkepanjangan telah menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal, mengorbankan nyawa, serta hancurnya infrastruktur vital seperti rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum.

Korban tewas di Palestina terus bertambah dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak Kamis, 2 Oktober 2025. Menurut laporan Al Jazeera, serangan udara dan drone menargetkan permukiman warga dan menewaskan sedikitnya 53 orang. Seorang anak tewas akibat tembakan drone di kawasan Ansar, barat Kota Gaza.

Di kamp pengungsi Bureij, seorang pria Palestina dan istrinya juga tewas akibat serangan serupa. Serangan lain di selatan Deir el-Balah menewaskan satu orang dan melukai lebih dari sepuluh lainnya. Di Khan Younis, delapan orang luka-luka setelah drone Israel membom tenda pengungsi di dalam kampus Universitas Al Aqsa di al-Mawasi, wilayah yang sebelumnya dinyatakan Israel sebagai zona aman.

Pemerintah Israel kembali merilis ancaman. Menteri Pertahanan Israel Israel Katz, menulis di X pada Rabu, 1 Oktober bahwa siapa pun yang bertahan di Gaza City akan dianggap sebagai teroris dan pendukung teroris. Pemerintah Israel menyebut perintah evakuasi ini sebagai kesempatan terakhir bagi warga sebelum menghadapi kekuatan penuh dari serangan militernya.

Menurut sumber medis yang dikutip Al Jazeera, sembilan orang tewas dan 13 lainnya juga dilaporkan terluka akibat serangan yang menyasar pengungsi di Jalur Gaza tengah.

Serangan udara di lingkungan Al-Rimal, Kota Gaza, menewaskan satu orang dalam sebuah pertemuan warga. Di kamp pengungsi Shati, satu orang terbunuh akibat serangan rumah, sementara serangan drone di Al-Zeitoun juga menewaskan satu warga.

Menurut laporan Anadolu, pada hari yang sama, satu orang meninggal dan sejumlah lainnya luka-luka dalam serangan udara yang menargetkan perkumpulan sipil di Gaza City. Serangan lain menewaskan seorang perempuan di lingkungan Sabra. Lima orang juga tewas dan 37 lainnya luka-luka dalam serangan di bagian timur dan barat kota pada Kamis. Jumlah warga Palestina yang terbunuh saat mencari makanan di tengah kelaparan akibat blokade Israel kini mendekati 2.600 orang, dengan sekitar 19 ribu lainnya terluka.

Pemerintah Israel sebelumnya menyetujui rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada 8 Agustus untuk menduduki kembali Jalur Gaza secara bertahap, dimulai dari Kota Gaza yang dihuni sekitar satu juta orang. Operasi besar-besaran kemudian dilakukan dengan menghancurkan rumah, gedung, sekolah, hingga fasilitas kesehatan, serta memaksa puluhan ribu warga mengungsi ke selatan yang juga kerap menjadi sasaran. Sejak Oktober 2023, pemboman Israel telah menewaskan lebih dari 66.200 warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Analisis dari Perspektif Islam

Beberapa laporan PBB dan lembaga kemanusiaan menyebutkan bahwa serangan-serangan yang terjadi bukan hanya sekadar tindakan militer biasa, tetapi memiliki karakteristik yang mengarah pada genosida, yaitu upaya sistematis untuk menghancurkan suatu kelompok etnis dan nasional tertentu. Penghancuran fasilitas sipil, penargetan warga sipil, dan pembatasan akses bantuan kemanusiaan menjadi bukti nyata atas penderitaan yang berkepanjangan.

Israel jelas ingin membersihkan Gaza dari penduduk Palestina dan menguasainya secara penuh. Israel  mengancam puluhan ribu orang yang masih berada di Kota Gaza dan memaksa mereka untuk pergi. Israel mengatakan itu adalah kesempatan terakhir mereka melarikan diri atau menghadapi kekuatan penuh serangan Israel. Menteri Pertahanan Israel Katz menulis di X pada hari Rabu, 1 Oktober 2025, bahwa siapa pun yang bertahan akan dianggap sebagai teroris dan pendukung teror.

Bahkan Israel membajak dan mengintimidasi penumpang kapal Global Sumus Flotilla, yaitu kelompok pelayaran besar dari berbagai negara yang akan menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Sangat jelas bahwa Isarel memang menginginkan kemusnahan penduduk Palestina yang sengaja dibuat menderita secara fisik dan mental.

Solusi Islam Terhadap Genosida di Gaza

Islam sangat menentang segala bentuk penindasan dan kekejaman terhadap sesama manusia, apalagi jika dilakukan secara sistematis dan masif. Dalam Al-Qur’an, Allah Swt memerintahkan umat manusia untuk menegakkan keadilan dan menolak kezaliman, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan..." (QS An-Nahl: 90).

Selain itu, Islam menegaskan bahwa setiap jiwa itu sangat berharga, dan membunuh satu jiwa tanpa alasan yang benar sama dengan membunuh seluruh umat manusia (QS Al-Ma’idah: 32).

Oleh karena itu, tindakan genosida, yang menghancurkan kehidupan suatu kelompok secara sistematis, jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Islam juga mengajarkan bahwa umat Islam adalah saudara satu sama lain. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad Saw bersabda, "Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, dia tidak menzalimi dan tidak membiarkannya dizalimi." (HR Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, umat Islam memiliki tanggung jawab moral dan spiritual untuk membantu meringankan penderitaan sesama Muslim, termasuk saudara-saudara kita di Gaza. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu rakyat Palestina khususnya di Gaza adalah,

Doa dan Dukungan Moral
Dalam Islam, doa adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan, terutama dalam menghadapi ujian dan musibah. Umat Islam diajarkan untuk senantiasa memohon kepada Allah Swt, agar memberikan perlindungan dan keadilan bagi yang tertindas. Doa juga menjadi penguat dan penyemangat bagi mereka yang berjuang dalam kondisi sulit.

Menggalang Solidaritas dan Bantuan Kemanusiaan
Selain doa, tindakan nyata dalam bentuk bantuan kemanusiaan adalah bentuk kepedulian yang harus diwujudkan. Ini termasuk memberikan bantuan medis, pangan, dan pendidikan melalui lembaga-lembaga kemanusiaan yang terpercaya. Islam mengajarkan bahwa memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan adalah amal salih yang sangat besar pahalanya.

Diplomasi dan Advokasi Internasional
Islam memandang pentingnya upaya damai dan diplomasi untuk menyelesaikan konflik. Umat Islam didorong untuk menggunakan jalur diplomasi dan advokasi di forum internasional guna menggalang dukungan dunia, agar menghentikan kekerasan dan mengupayakan solusi yang adil dan manusiawi.

Pendidikan dan Kesadaran Umat
Penting untuk memberikan edukasi yang benar kepada umat Islam dan masyarakat dunia tentang pentingnya perdamaian, penghormatan hak asasi manusia, dan solidaritas antarumat manusia. Dengan pemahaman ini, diharapkan konflik serupa dapat dicegah di masa depan.

Menerapkan Prinsip Keadilan dalam Politik dan Kebijakan
Islam mengajarkan agar kebijakan politik dan hubungan antarnegara dilandasi oleh prinsip keadilan dan kemanusiaan, bukan sekadar kepentingan ekonomi atau politik semata. Umat Islam dan para pemimpin diharapkan memperjuangkan kebijakan yang melindungi hak-hak semua manusia tanpa diskriminasi.

Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza adalah panggilan bagi seluruh umat manusia, khususnya umat Islam, untuk bersikap tegas menentang segala bentuk penindasan dan kekerasan. Islam memberikan panduan jelas tentang pentingnya menjaga kehidupan, menegakkan keadilan, dan membantu yang tertindas.

Dengan mengedepankan doa, solidaritas, advokasi, pendidikan, dan kebijakan yang adil, kita dapat berkontribusi dalam mengakhiri penderitaan dan membangun masa depan yang lebih damai bagi Gaza dan dunia.

Dan kesemuanya itu hanya dapat benar-benar terwujud jika umat Islam mau menerapkan syariah Islam secara kaffah dalam sebuah negara yang dinamakan Khilafah Islamiyah.

Karena tanpa adanya Khilafah Islamiyah berbagai upaya yang dilakukan seolah tiada hasilnya, karena belum ada tindakan nyata yang benar-benar dapat membebaskan Palestina dari cengkraman Israel laknatullah, termasuk perjanjian damai ataupun gencatan senjata.

Karena, pada kenyataannya Israel selalu memiliki cara untuk melanggar berbagai perjanjian dan kembali melakukan genosida di Gaza. Maka, kita harus besama-sama terus berjuang untuk berdakwah, agar Khilafah Islamiyah Kembali tegak.

Wallahu'alam bishowab.


Share this article via

1 Shares

0 Comment