| 13 Views
Faherless Kenapa Bisa Terjadi?

Oleh: Yumna Daafiatumillah
Ayah adalah cinta pertama anak perempuan. Ayah adalah sosok teladan bagi anak laki-lakinya. Ayah you're my Hero, akan tetapi apakah itu kenyataan saat ini?
Dilansir dari Tagar.co (08/10/2025)- pernyataan yang mengejutkan saat ini, sekitar seperlima anak Indonesia atau lebih tepatnya 20,1% setara dengan 15,9 juta anak tumbuh tanpa pengasuhan ayah atau mengalami kondisi yang lebih dikenal dengan fatherless. Dikutip pula dari kompas.id (10/10/2025)- tim jurnalisme menyampaikan data dari survei sosial nasional (Susenas) terdapat 15,9 juta anak dari total 79,4 juta anak berusia kurang dari 18 tahun yang berpotensi mengalami fatherlass. Sebanyak 4,4 juta dikarenakan tidak tinggal seatap dengan ayahnya. Ada pula sekitar 11,5 juta anak disebabkan ayahnya sibuk bekerja.
Sebenarnya apa penyebab kondisi fatherles ini? Secara dominan fatherless dilatarbelakangi oleh kesibukan para ayah yang mencari nafkah dan ketiadaan sosok ayah sebagai pendidik. Sosok ayah bukan tak hadir secara fisik. Melainkan sebagian besar tak hadir secara emosional, para ayah tak mendampingi, mendidik dan mengawasi anaknya dalam proses berkembangnya. Mereka sibuk pada pekerjaan, sehingga lalai untuk memenuhi hak anaknya, yakni hak mendapat peran ayah dalam hidupnya.
Sistem hidup kapitalistiklah yang melahirkan kondisi seperti ini. Sistem merusak ini tak hanya memberikan dampak negatif pada sektor ekonomi melainkan pengaruhnya juga merembet pada lingkungan keluarga. Seperti bahan-bahan pokok mahal, pekerjaan yang banyak menyita waktu, namun gaji yang didapatkan kecil.
Dampak lainnya pun hilangnya fungsi qeowam dalam diri para ayah. Ayah adalah pelindung bagi keluarganya bukan sekedar pemenuh kebutuhan semata. Apabila seorang ayah merasa cukup telah memenuhi kewajibannya dengan memberi nafkah. Akibatnya ayah melupakan tugas yang tak kalah penting, yakni memberikan rasa aman bagi keluarganya. Akhirnya pun berimbas pada diri anak, mereka mencari pengganti figur ayah yang belum tentu baik dan bisa pula mengalami stress.
Allah telah menciptakan semua makhluk bersama fungsinya. Tidak ada satupun makhluk yang tidak bermanfaat. Begitu pula seorang ayah dan ibu, mereka memiliki peran dan fungsi yang penting. Ayah berperan sebagai pemberi nafkah dan teladan bagi anak-anaknya, seperti kisah Luqman yang ikut serta dalam mendidik anaknya. Sedangkan peran ibu pun tak kalah penting, dimana seorang ibu itu mengasuh, menyusui, mendidik dan mengatur urusan rumah tangga, yang tidak bisa digantikan oleh ayah. Ayah dan ibu bekerja sama dalam membesarkan anak-anaknya, dengan menjalankan peran mereka masing-masing.
Islam tak hanya mewajibkan para ayah untuk bekerja mencari nafkah, akan tetapi Islam juga mensupport mereka melalui negara, yang akan membuka lapangan kerja seluas-luasnya dan memberikan upah yang layak serta memberi jaminan kehidupan, sehingga para ayah mempunyai waktu yang cukup untuk membersamai anaknya dan bermain bersama mereka.
Islam pun memiliki sistem perwalian yang akan menjamin setiap anak tetap memiliki figur ayah. Meskipun seorang anak kehilangan ayahnya, anak tetap akan memiliki sosok ayah lain yang menggantikan. Inilah bukti kesempurnaan sistem Islam yang mana Islam menetapkan hak dan kewajiban pada setiap pemeluknya. Setiap orang berhak menerima haknya selama itu merupakan bagian miliknya.
Wallahualam bish showab