| 449 Views
Contoh Umat Islam itu Rasulullah SAW, Bukan Paus!

Oleh : Ros Rodiyah
Jakarta (antara). Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan tiga pesan utama yang diungkapkan oleh pemimpin umat katolik dunia yang juga kepala negara Vatikan Paus Fransiskus untuk masyarakat Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Paus Fransiskus kepada Menag Yaqut saat mengantarkan Bapak Suci itu ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, untuk melanjutkan perjalanan apostoliknya di Asia Pasifik.
“Ada 3 pesan pokok yang juga disampaikan Paus Fransiskus.
Pertama, keragaman Indonesia merupakan kekuatan dan harus dipelihara dan menjadi anugerah bagi bangsa Indonesia.” Kata Menag Yaqut melalui keterangan di Jakarta jum’at.
Kedua, menurut Yaqut, Paus Fransiskus berpesan agar senantiasa mengedapankan dialog untuk mengatasi setiap perbedaan dan perselisihan.
Ketiga, lanjut dia, Paus Fransiskus berpesan agar masyarakat menjaga lingkungan untuk tetap hijau, karena itu menjadi milik atau hak generasi yang akan datang.
Menurut Menag Yaqut, ketiga pesan itu sejalan dengan pesan yang selalu disampaikan Presiden RI Joko Widodo. “Ada kesamaan pesan antara Presiden Joko Widodo dengan Paus Fransiskus yang disampaikan beliau hari ini. Dan saya kira ini menjadi pesan yang penting untuk kita.” Ujarnya.
Secara umum, ungkap Yaqut, Paus Fransiskus merasa senang telah mengunjungi Indonesia, dan memiliki kesan yang baik terhadap bumi pertiwi ini. “Kalimat pertama yang tadi disampaikan Paus Fransiskus, “I’m happy”. Ujarnya.
Adapun Menag Yaqut yang selama kunjungan apostolik Paus Fransiskus bertugai sebagai Menteri pendamping mengaku amat terkesan dengan keterangan pemimpin nomor satu umat katolik ini.
“Saya exited, saya bertemu beliau sudah 3 kali, untuk mengingatkan beliau bahwa undangan Presiden Jokowi masih berlaku.” Kata Yaqut. “Tiga kali saya datang ke vatikan bertemu langsung dengan beliau. Beliau menyanggupi dan kita tahu 3 hari belakangan ini beliau sudah memenuhi janjinya dan kita semua senang.” Ujarnya.
Menurut Yaqut, Paus Fransiskus bukan hanya sekedar tokoh. Lebih dari itu, Paus Fransiskus adalah sosok yang bisa menjadi contoh. “Beliau bisa menjadi contoh bagi kita semua. Bagaimana kita menjaga keimanan, bagaimana kita bertoleransi, bagaimana menjaga kesederhanaan.” Tutur Yaqut Cholil Qoumas.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya umat islam mempunyai sosok panutan, sosok yang harus kita agungkan dan kita muliakan. Ucapannya dapat dipercaya dan tidak pernah berbohong, sehingga Rasulullah SAW menyandang gelar al amiin. Gelar ini diberikan oleh para penduduk Mekkah secara langsung kepada Rasulullah SAW.
Maka dari itu, haram hukumnya seorang muslim mengagungkan atau memuliakan tokoh kafir Paus Fransiskus. Hal ini karena sikap tersebut dapat menunjukan kecintaan dan penghormatan yang tidak semestinya kepada orang yang tidak beriman kepada Allah SWT dan RasulNya.
Larangan ini dijelaskan dalam berbagai kitab klasik (kitab kuning) yang menjadi rujukan utama dalam fiqih. Contohnya dalam kitab Tuhfatul Muhtaj, dalam syarah dari Imam Ibnu Hajar Al Haitami, dijelaskan bahwa seorang muslim yang mengagungkan orang kafir dianggap telah melakukan perbuatan yang tidak diperbolehkan, bahkan dapat mengarah kepada perilaku kufur jika pemuliaan tersebut mengandung unsur pengagungan terhadap agama atau keyakinan mereka. “Tidak boleh mengagungkan orang kafir karena hal itu termasuk menyerupai mereka.”
Islam mengajarkan kita toleransi kepada orang kafir yaitu dengan cara membiarkan mereka beribadah perayaan non muslim, bukan turut mengagungkan dan memuliakan tokoh katolik (kafir).
Allah SWT berfirman “Untukmu Agamamu, dan untukku Agamaku.” (Qs Al Kafirun ayat 6).
Namun sangat disayangkan apa yang dilakukan Menag Yaqut Cholil Qoumas itu terlalu berlebihan dalam memperlakukan orang suci dari Vatikan tersebut. Bagaimana tidak makna toleransi itu sendiri cuma berlaku untuk orang kafir saja, tidak untuk orang muslim.
Kenapa bisa seperti itu? Karena ketika para Ulama, Kyai mendakwahkan islam kaffah ditengah-tengah umat, ada stigma negatif yang dilabelkan kepada para pengemban dakwah. Misalnya saja radikal, teroris, anti pancasila, tidak mengemban moderasi beragama dan sebagainya.
Ini jelas pilih kasih atau intoleran terhadap umat islam. Jadi, Menteri Agama saat ini adalah Menteri yang tugasnya mengayomi dan melayani umat islam atau Menteri untuk semua agama?
Itulah gambaran pluralisme beragama atau menganggap semua agama sama. Pluralisme berkembang di negara yang mengemban ideologi kapitalisme dan sekulerisme. Berbeda dengan negara islam atau khilafah, negara islam menjadikan Al qur’an dan As sunah pedoman dalam bernegara.
Menjadikan Rasulullah SAW suri tauladan yang baik, dimana semua perkataan, perbuatan dan bahkan diamnya Rasul wajib kita ikuti.
Wallahu A’lam