| 145 Views

"All Eyes On The World", Malapetaka Sekuler Kapitalisme

Oleh : Lestia Ningsih S.Pd

Nasib pilu yang terjadi di Palestina sungguh menyayat hati setiap manusia. Genosida yang dilakukan Israel belum juga berhenti hingga orang-orang Palestina terpojok di daerah Rafah. Wilayah kecil ini adalah pilihan terakhir setelah semua tanah palestina telah dikuasai Israel. Bentuk kekejaman yang terjadi menggerak siapapun yang berstatus manusia untuk mengutuk, mengecam perbuatan Israel hingga aksi  Boikot, blackout, demonstrasi baik dijalan-jalan, gedung pemerintahan bahkan berbondong-bondong mem-booming-kan Hastag "All Eyes on Rafah" sebagai bentuk aksi membela Palestina.

Saat di Rafah terjadi situasi genting, dari dalam negeri Indonesia viral hastag "All Eyes on Papua". Kampanye "All Eyes on Papua" pun semakin menjadi sorotan publik dan mendapatkan momentum setelah para pejuang lingkungan hidup dari suku Awyu dan Moi bersama solidaritas mahasiswa Papua dan sejumlah organisasi masyarakat melakukan aksi protes diiringi ritual adat dan doa di depan gedung Mahkamah Agung, Jakarta, pada 27 Mei 2024 pekan lalu. (Kompasiana.com, 6/6/2024)

Hastag-hastag yang viral tidak perlu menjadi perdebatan, bukan membicarakan mana yang paling penting dalam negeri atau luar negeri dulu yang harus diperhatikan. Masalah kompleks yang terjadi saat ini tentu butuh penanganan yang kompleks pula tidak bisa hanya diselesaikan oleh individu, kelompok, dan organisasi-organisasi kemanusiaan melainkan harus negara dengan sistem yang independen.

Perkara yang terjadi di Palestina adalah hal urgen yang memang harus segera dihentikan dan ditolong dari penjajahan Israel dan kasus Papua juga masalah yang urgen juga karena Papua adalah wilayah kedua yang menjadi paru-paru dunia yang kini habis dicaplok oleh kerakusan perusahaan-perusahaan milik para kapital. Lalu mana yang harus didahulukan? Palestinakah ? Atau Papua?

Harus dengan ketelitian dan pemahaman yang cemerlang untuk menyelesaikan semua kasus dan penderitaan yang terjadi di dunia saat ini. Maka yang lebih utama untuk dituntaskan adalah menyelesaikan masalah akar yang menjadi biang kerok dari semua masalah didunia yaitu sekuler-kapitalisme. Dari sekulerisme yang menjadi induk pemikiran individualisme yang ini juga menjangkiti masyarakat hingga sistem negara hingga muncul-lah paham nasionalisme yang menjadi sekat bagi negeri-negeri kaum muslim dan negeri lainnya yang tidak bisa saling mengelurkan tangan untuk saling tolong-menolong.

Sekulerisme juga yang melahirkan paham Kapitalisme untuk menjajah seluruh dunia dengan mengeruk kekayaan alamnya dan mengeksploitasi manusianya. Mak, tidak heran dari sekulerisme lahir berbagai pemahaman rusak seperti nasionalisme, kapitalisme, liberalisme yang ini merusak seluruh dunia. Penderitaan yang terjadi di Palestina juga terjadi di Myanmar, Uighur, Suria, Afganistan, India ini terjadi akibat sekuler-kapitalisme. Dan yang terjadi di Papua juga terjadi di tanah Indonesia yang lainnya, seperti di Kalimantan, tanah Rempang, Riau, dan daerah lainnya. Bukan hanya di Indonesia bahkan kasus tanah dan kemanusiaan yang sangat memprihatinkan juga terjadi di negara-negara lain seperti di Afrika, Yaman, India, bahkan di negera imperium sekuler-kapitalisme yaitu Amerika juga terjadi krisis kemanusiaan dan ketimpangan sosial akibat kerakusan kapitalisme seperti jurang yang sangat lebar dan dalam.

Akibat sistem rusak sekuler-kapitalisme inilah maka yang menjadi fokus kita tidak hanya satu atau dua negara melainkan seluruh dia maka pantas jika hastag yang dinaikkan "Allah Eyes on the world" karena dunia sedang sakit dan rusak bahkan menuju kehancurannya akibat sekuler-kapitalisme.

Maka benarlah apa yang telah Allah firmankan dalam Alquran bahwa kerusakan akan semakin merajalela ketika manusia menggunakan sistem buatannya sendiri. Islam telah dijadikan standar yang sempurna bagi umat manusia yang telah Allah turunkan melalui Rasul-Nya Muhammad SAW yang menjadikan Islam sebagai sistem Paripurna dan Rahmat bagi seluruh alam. Artinya Islam tidak hanya memberikan rahmatnya kepada kaum muslimin saja melainkan juga non-muslim. Tidak hanya pada manusia tetapi juga seluruh makhluk dan alam semesta merasakan rahmatnya.

Islam telah membuktikan selam tiga belas abad lebih berkuasa didunia mampu menaungi dua pertiga dunia dalam satu payung yaitu Daulah Islamiyyah. Sistem Islam mampu menjamin setiap manusia dalam kesejahteraannya berbeda dengan sistem buatan manusia seperti sosialisme yang telah hancur akibat sistemnya sendiri berikut menyusul sistem sekuler-kapitalisme yang merusak pasti akan menemui lonceng kematiannya sendiri.

Fokus pada "Allah Eyes on the world" bahwa dunia butuh pertolongan yang mendesak dan genting yaitu dengan disegerakantegaknya sistem Islam ala manhaj kenabian dan segera meninggalkan sekuler-kapitalisme.


Share this article via

42 Shares

0 Comment