| 82 Views
Sistem Kapitalis, Ibu Predator untuk Anak Anaknya

Oleh : Ummu Aqilla
Aktivis Muslimah Ngaji
Miris, itulah kata yang bisa kita ucapkan ketika kita mendengar berita pembunuhan apalagi kasus pembunuhan kali ini dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri. Di Desa Membalong Kabupaten Belitung , seorang ibu bernama Rohwana (38) tega membunuh bayinya sendiri dengan cara menenggelamkan ke ember berisi air sesaat setelah dilahirkan. Dan setelah bayi tidak bernyawa, sang ibu membuangnya ke semak semak di kebun milik warga setempat.
Sang ibu mengakui tega membunuh bayinya karena tidak memiliki biaya untuk membesarkannya. Pasalnya, sang ibu telah memiliki 2 anak dan suaminya hanya bekerja sebagai buruh.
Alasan ibu yang tega menghabisi sendiri nyawa buah hatinya tersebut adalah karena tidak cukup biaya untuk membesarkan karena suaminya hanya seorang buruh.
Hal serupa sebelumnya terjadi di Gunung Kidul. Seorang ibu membekap anaknya yang masih bayi hingga meninggal juga dengan alasan karena kesulitan ekonomi (Radar Jogja;7/04/2024 ).
Kasus ini bukan yang pertama kalinya terjadi, sudah banyak kasus yang terjadi dengan alasan yang tidak jauh dari faktor ekonomi. Inilah buah dari sistem sekularisme yang menjauhkan agama dari kehidupan karena setiap aturan diambil dari buatan manusia tanpa melibatkan aturan-aturan Agama. Banyak ayah yang kehilangan pekerjaannya, hasil kerja serabutan tak mencukupi kebutuhan keluarga.
Sehingga sistem ini memaksa para ibu untuk kerja di luar rumah membantu perekonomian keluarga. Akhirnya anak bukan lagi menjadi takdir tapi pilihan, anak menjadi korban hidup atau mati. Na'udzubillahi mindzalik! Ada api ada sumbernya. Demikianlah yang terjadi pada banyak kasus pembunuhan yang dilakukan ibu terhadap anaknya. Faktor internal maupun eksternal telah mendorong seorang ibu tega menghilangkan nyawa anaknya, menyingkirkan fitrahnya sebagai ibu yang penuh kasih sayang.
Sistem kapitalisme secara tidak langsung sistem yang diterapkan sekarang mematikan fitrah ibu, yang seharusnya ibu itu menginginkan anak dan memiliki sifat penyayang. Tidak hanya itu, tugas ibu juga mengasuh, membesarkan serta mendidik, karena anak adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Namun fitrah keibuan kian terkikis oleh sistem kapitalisme, banyak dari ibu enggan punya anak karena khawatir dengan penghasilan keluarganya tak mencukupi kebutuhan anak karena mahalnya kebutuhan pokok dan biaya pendidikan.
Negara yang seharusnya memiliki peran utama dalam melindungi kaum ibu serta mampu untuk menanamkan keimanan yang kokoh pada kaum ibu agar kaum ibu kuat menjalani ujian hidup dan yakin bahwa dibalik kesulitan ada kemudahan, yakin bahwa Allah Ta'ala pasti turunkan pertolongan, negara lalai dalam merealisasikannya.
Jika kita hidup dengan sistem Islam, persoalan di atas tidak akan terjadi karena di dalam Islam sangat memuliakan kaum ibu. Negara berperan sebagai junnah (perisai) yang melindungi perempuan dari berbagai kesulitan termasuk kesulitan ekonomi dan juga menjamin kesejahteraan ibu dan anak melalui berbagai mekanisme.
Kepedulian sistem Islam itu bisa terwujud karena Islam memiliki sistem ekonomi dan politik yang mampu mewujudkan kesejahteraan individu per individu. Negara seharusnya menjadi aktor utama dengan sistem yang dijalankannya, sigap memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya, termasuk untuk kaum ibu. Alih-alih menyejahterakan, yang terjadi malah menyempitkan hidup rakyatnya (adanya pajak, regulasi yang merampas ruang hidup, dll). Penguasa lupa diri. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menyampaikan.
"Barang siapa menyulitkan (orang lain) maka Allah akan mempersulitnya pada hari Kiamat" (HR Al-Bukhari no. 7152).
Hukum asal seorang perempuan adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Perempuan merupakan kehormatan yang wajib dijaga. Maka dalam sistem Islam tidak akan kita temui ibu yang lelah dan pusing dalam mencari nafkah. Karena sistem Islam mewajibkan negara menjamin kesejahteraan Ibu dan anak melalui berbagai mekanisme, baik jalur nafkah, dukungan masyarakat dan santunan negara.
Islam mempunyai aturan yang sempurna, termasuk masalah ekonomi. Ekonomi dikelola oleh negara dengan baik sehingga dapat menyejahterakan rakyat, mulai dari bahan pokok (sandang, papan dan pangan), para ayah diberikan pekerjaan dengan gaji yang setimpal sehingga ibu dengan fitrah keibuannya fokus menjadi ummu warabbatul bait dan ummu madrasatul ula.
Demikianlah saat sistem Islam diterapkan, penjagaan fitrah ibu pasti terealisasi. Sistem kapitalisme yang telah menyingkirkan fitrah ibu harus segera dibuang sejauh-jauhnya dan menggantikannya dengan sistem Islam kafah secara paripurna, karena dengan sistem ini saja sejahtera menjadi niscaya adanya.
Saatnya kita tinggalkan sistem yang akan terus menuai berbagai masalah dan saatnya kita beralih ke sistem Islam yang mampu menyelesaikan problematika manusia dan hidup hanya dengan aturan dari Allah SWT. Hal tersebut tentunya tidak akan pernah terjadi jika kita menerapkan sistem Islam yang diridhoi Allah Swt. dalam naungan khilafah.