| 41 Views
Ramai Gen Z Ikut Demonstrasi, Ada Apa Dengan Mereka?

Oleh : Fitra Asril
Akhir-akhir ini ramai dibicarakan di media sosial perihal gelombang aksi protes besar di beberapa negara. Setelah aksi demonstrasi "pecah" di negeri tercinta ini, tidak lama berselang, Nepal juga "diguncang" oleh ribuan anak muda yang turun ke jalan buntut dari kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat. Ternyata dalam lima tahun terakhir ini, deretan demonstrasi besar di berbagai belahan dunia memperlihatkan wajah serupa, yakni Gen Z (Generasi Z) berada di barisan depan.
Di Iran, protes atas kematian Mahsa Amini pada 2022 dengan cepat berubah menjadi gelombang menuntut kebebasan perempuan, dengan mahasiswa dan perempuan muda sebagai motor utama (CNBC Indonesia, 11/9/2025)
Psikolog anak dan remaja, Anastasia Satriyo, M.Psi, Psikolog, menilai Gen Z memiliki mekanisme tersendiri dalam menghadapi tekanan, yang berbeda dengan generasi sebelumnya (Kompas.com, 1/9/2025).
Usut punya usut, aksi tersebut bermula dari beberapa tuntutan, diantaranya penurunan harga kebutuhan pokok, penyediaan lapangan kerja layak, korupsi yang makin menggurita, hingga buruknya akses pendidikan. Jika ditinjau kembali, demonstrasi bukan hanya sekedar ruang ekspresi, namun juga sarat risiko. Generasi Z dilabeli kreatif, cinta kebebasan, akan tetapi sering kali emosional dan haus pengakuan. Tidak heran, mereka identik dengan "serba bebas" termasuk dalam mengekspresikan diri.
Alhasil pengklasifikasian karakteristik Gen Z dilihat dari ilmu psikologi diarahkan untuk sesuai dengan cara pandang kapitalis dalam menghilangkan kesadaran politik, tidak ada aturan yang mengikat mereka. Gen Z hanya difokuskan untuk mempertahankan nilai dan identitas sekaligus meminimalkan eskalasi politik.
Padahal, karakteristik manusia sejak awal penciptaannya dianugerahi naluri baqa' dalam menolak kezaliman, beserta solusi untuk melenyapkan kezaliman tersebut. Sejatinya, potensi Gen Z harus diarahkan untuk mewujudkan perubahan hakiki. Caranya adalah membekali para pemuda dengan akidah Islam dan ilmu pengetahuan yang penting untuk melejitkan potensi mereka. Hal ini hanya akan terwujud dalam sistem Islam kaffah. Rasulullah saw bersabda : "Aku wasiatkan kepada kalian, 'Perlakukanlah para pemuda dengan baik, sesungguhnya mereka tulus dan mudah disentuh (perasaannya), lihatlah mereka yang berkumpul denganku adalah para pemuda, sedangkan para orang tua menentangku'." (Imam As-Sya'rani Tanbihul Mughtariin).
Diantara kezaliman yang begitu keras diingatkan oleh syari'at adalah kezaliman yang dilakukan oleh penguasa terhadap rakyatnya, seperti yang terjadi hari ini, tidak menunaikan hak-hak mereka, malah menipu dan merampas hak-hak mereka. Ingkar janji yang dipertontonkan oleh penguasa, contohnya janji untuk menghentikan impor, tidak lagi menambah utang negara, dan tidak menaikkan harga kebutuhan pokok rakyat. Rasulullah saw telah mengingatkan penguasa semacam ini dalam haditsnya "Siapa saja yang diamanahi oleh Allah untuk mengurus rakyat, lalu mati dalam keadaan menipu rakyatnya, niscaya Allah mengharamkan surga atas dirinya". (HR. Muslim)
Oleh karena itu, ambillah peranmu wahai para pemuda muslim, peran yang tidak akan melenakanmu, yang tidak akan menjerumuskanmu ke lembah kehinaan dan kebinasaan, yakni berjuang demi tegaknya Islam. Allahuakbar
Wallahu a'lam bish showab