| 23 Views
Petani Kecil Kian Tertekan: Harga Gabah Meroket, Namun Manfaat Terbatas
CendekiaPos - Di tengah gebrakan harga gabah yang melonjak di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, ada sorotan menyedihkan yang menghantui petani kecil. Meski harga gabah mencapai puncaknya, para petani kecil justru terpinggirkan dan kesulitan merasakan manfaatnya.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon, Tasrip Abu Bakar, mengungkapkan kenyataan pahit ini. Harga gabah kering panen (GKP) yang mencapai Rp 8.500 per kilogram dan gabah kering giling (GKG) sekitar Rp 10 ribu per kilogram jauh melampaui harga pembelian pemerintah.
Meski demikian, fenomena ini tidak mengalir merata kepada semua petani, terutama yang disebut sebagai petani gurem atau yang memiliki lahan di bawah dua hektare. Mereka sudah menjual gabah mereka saat baru panen, sehingga tak dapat menikmati lonjakan harga saat ini.
"Saat panen gadu (kemarau) 2023 lalu, sekitar 80 persen hasil panen langsung dijual oleh petani," ungkap Tasrip. Hanya sebagian kecil gabah yang disimpan untuk kebutuhan pribadi, dan sekarang sisanya juga sudah habis terjual untuk tanam rendeng.
Tasrip juga menyoroti ketimpangan ini, dimana petani dengan modal besar atau lahan di atas lima hektare masih bisa menikmati lonjakan harga gabah. Begitu pula dengan petani yang menerapkan indeks pertanaman (IP) 300, yang saat ini sedang panen.
Dalam situasi ini, petani kecil menjadi pihak yang paling dirugikan. Meski harga gabah meroket, namun manfaatnya tak sampai pada mereka yang paling membutuhkan. Diperlukan langkah nyata untuk memastikan keadilan bagi seluruh petani dalam mendapatkan manfaat dari lonjakan harga gabah yang signifikan.