| 26 Views
Kekerasan Pada Perempuan Dan Anak Tak Kunjung Usai, Islam Solusinya !

Oleh: Sri Runingsih
Aktivis Dakwah
"Arifatul Choiri Fauzi" selaku Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengatakan bahwa, sebagian besar penyebab kekerasan terhadap perempuan dan anak dipicu dari media sosial atau gadget. Mengingat tingginya keterpaparan anak terhadap dunia digital yang tidak disertai kontrol dan bimbingan yang memadai, sehingga menjadikan keseriusan atas fenomena ini.
Selain itu, menurutnya pola asuh juga turut mempengaruhi. Ia pun memaparkan berdasarkan dalam beberapa waktu terakhir kasus terhadap perempuan dan anak yang mengalami lonjakan.
Tercatat dari 1 Januari hingga Juni 2025 kasus terhadap perempuan dan anak mencapai 11.800 kasus. Kemudian totalnya sudah mencapai 13.000 kasus dari awal Januari hingga 7 Juli 2025. Arifatul menegaskan, "dalam hal ini kementerian PPPA tidak bisa bekerja sendiri, perlu adanya kolaborasi dengan kementerian, lembaga, dan masyarakat dalam menangani kekerasan terhadap perempuan dan anak." Begitulah ucapanya di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan pada Kamis 10 Juli 2025, Jakarta Pusat. (TEMPO.CO)
Tak bisa dipungkiri, kemajuan dunia digital ternyata juga tidak mampu dalam memajukan kemajuan anak-anak bangsa. Nyatanya dalam dunia pendidikan itu sendiri banyak berdalih demi kelangsungan belajar mengajar sehingga mengharuskan siswa memiliki handphone atau gadget. Namun bagaimana dengan yang orang tuanya berpenghasilan rendah, jangankan untuk membeli handphone bahkan untuk makan saja mereka pas-pasan. Lain lagi dengan anak-anak muda bahkan anak dibawah umur yang menggunakan media sosial tanpa arahan dan asuhan demi mengikuti trend biar bisa dibilang eksis. Alhasil pola pikir mereka terjajah dengan tayangan-tayangan yang merusak, konten-konten yang menunjukkan aksi kekerasan, pornografi, pembullyan, dan lain-lain, sehingga berpengaruh lah kepada pola sikap mereka sehari-hari.
Sehingga bukanlah suatu kemustahilan bila kekerasan bahkan aksi-aksi kriminal kian meningkat. Beginilah hasil dari penerapan sistem kapitalis sekuler dimana orang-orang sudah tidak lagi menjadikan baik dan buruk sebagai tolak ukur suatu perbuatan. Melainkan asas dari sebuah manfaat atau keuntungan semata.
Penggunaan gawai yang tidak berlandaskan iman telah mampu membuat manusia rela melakukan apapun demi mendapatkan uang. Tindakan-tindakan yang dikakukan demi sebuah konten dan popularitas mampu membuat manusia itu sendiri kehilangan rasa malu sebagai manusia yang berakidah. Sehingga timbullah kemerosotan keimanan, dan rusaknya cikal bakal masa depan bangsa, mengingat pemuda-pemuda saat ini adalah calon pemimpin masa depan.
Islam sebagai agama yang paripurna akan mengayomi umat berdasarkan aturan-aturan yang berasal dari sang pencipta. Tentu saja dalam bingkaian khilafah Islamiyah. Jadi setiap perbuatan itu harus berdasarkan hukum-hukum Allah, bukan hukum yang dibuat oleh manusia.
Seorang Khalifah sebagai pemimpin Negara bertanggung jawab penuh atas kemaslahatan ummatnya. Bukan hanya dari hal pendidikan, melainkan dari segala aspek, termasuk pula dalam hal beribadah.
Selain itu sistem pendidikan dan pergaulan yang berbasis akidah akan diberlakukan oleh Negara. Tujuannya adalah agar membentuk sumber daya manusia yang berkepribadian Islam dan generasi peradaban Islam yang cemerlang. (Muslimahnews.net)
Tekhnologi digital yang mandiri tanpa ketergantungan infrastruktur teknologi asing akan dibangun oleh Negara sebagai sarana informasi yang sehat bagi umat, ruang siber yang syar'i serta bebas dari pada pornografi dan hal-hal yang merusak lainnya.
Begitulah indahnya bila hidup dalam naungan Daulah Islam. Karena sesungguhnya peran Negara adalah sebagai Junnah (pelindung) bagi umat. Dan seorang pemimpin kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas umat yang di pimpinnya.
Wallahu'alam bishawab