| 12 Views
Perang antara Pakistan dan India, Nasionalisme Penghambat Jihad Pembebasan Palestina

Oleh : Siti Rodiah
Perang antara India dengan Pakistan kembali terjadi. Diberitakan Tempo.co (11/5/2025), bahwa terjadi ketegangan yang meningkat antara India dan Pakistan. Ujungnya terjadi perang India Pakistan saat India meluncurkan serangan rudal ke sejumlah wilayah di Pakistan dan Kashmir yang dikuasai Pakistan pada Rabu pagi, 7 Mei 2025. Serangan ini mengakibatkan sejumlah ledakan yang terdengar di berbagai daerah, termasuk Kota Bahawalpur, Muridke, Bagh, Muzaffarabad, dan Kotli di wilayah yang disengketakan.
Konflik bersenjata antara India dan Pakistan dimulai setelah terjadi serangan di Lembah Baisaran, Pahalgam, wilayah Kashmir yang berada di bawah kendali India, pada 22 April 2025. Dalam insiden tersebut, sekelompok pria bersenjata menewaskan 26 orang, 25 di antaranya wisatawan dan satu lainnya penunggang kuda lokal.
India menuding Pakistan dibalik serangan dengan mendukung, mempersenjatai, dan melatih kelompok-kelompok bersenjata yang dianggap menjadi sumber kerusuhan di daerah tersebut. Namun di sisi lain Pakistan menegaskan bahwa mereka hanya memberikan dukungan moral dan diplomatik untuk gerakan pemisahan diri di Kashmir. Setelah serangan tersebut India menuding kelompok bernama The Resistance Front (TRF) sebagai pelaku, dengan klaim bahwa kelompok itu mendapatkan dukungan dan perlindungan dari Pakistan.
Perdana Menteri Narendra Modi menyatakan bahwa India akan mengejar para pelaku serangan di Kashmir "hingga ke ujung dunia”. Namun, dikutip dari Al Jazeera, lebih dari dua pekan setelah kejadian, pasukan India masih melakukan pencarian di hutan-hutan Kashmir untuk menemukan pelaku serangan tersebut, meskipun India sudah melancarkan serangan ke wilayah di seberang perbatasan.
Menilik dari sejarah, India dan Pakistan telah tiga kali berperang karena sengketa Kashmir sejak merdeka dari Inggris pada tahun 1947. Dahulu juga, ketika momen puncak Perang Dingin terjadi, Uni Soviet mendukung India, sedangkan Amerika Serikat dan China mendukung Pakistan. Hari ini setelah Uni Soviet runtuh, AS semakin leluasa mewujudkan kepentingan nya yang lebih strategis dikawasan tersebut. China juga tidak mau ketinggalan, perang India Pakistan dijadikan ajang ujicoba bagi alutsista China.
Syekh Taqiyuddin An-Nabhani didalam kitab Mafahim Siyasiyah li Hizbi at-Tahrir menjelaskan bahwa ada tiga hal besar yang membuat masalah di anak benua India (India-Pakistan) menjadi besar hingga mendorong perhatian AS. Pertama, meluasnya Islam yang muncul akibat permasalahan Kashmir. Kedua, kekuatan China yang makin membesar. Ketiga, tergabung nya India dan Pakistan ke dalam kelompok negara-negara pemilik nuklir.
Mengenai meluas nya Islam, AS menganggapnya sebagai lonceng bencana, apalagi setelah dilihat kekuatan umat Islam makin nyata di Kashmir dan mendapatkan banyak dukungan. Tentu saja hal ini membuat AS lebih fokus untuk menghambat dan mengentikan tiap geliat gerakan Islam di sana dengan berbagai cara, khususnya melalui penguasa setempat yang bekerja sebagai antek-antek nya.
Selain menekan dan membatasi setiap gerakan pembebasan Islam di Kashmir, AS juga memiliki target untuk menjaga stabilitas di kawasan tersebut. AS harus memastikan agar pergolakan antara India dan Pakistan tidak terjadi, sehingga India bisa menghadapi China dalam kondisi yang aman. Bisa kita lihat bahwasanya AS hanya menjadikan India sebagai alat untuk menghadapi dan menyibukkan China dikawasan tersebut. Karena AS menyadari bahwa China merupakan rival terkuat yang sulit ditaklukkan. Apalagi China sudah melampaui kedigdayaan AS dalam berbagai bidang. Maka tidak mengherankan jika AS menginisiasi untuk segera melakukan mediasi gencatan senjata antara India dan Pakistan baru-baru ini.
Menjadi alasan yang logis pula ketika AS membiarkan bahkan merestui India dan Pakistan untuk mengembangkan senjata nuklir nya. AS juga dengan senang hati membantu India secara khusus untuk memiliki persenjataan modern dan mempermudah dalam mendapatkan nya. Tujuan nya sudah sangat jelas, yaitu agar India menjadi kekuatan yang mampu dalam menghadapi China.
Pakistan adalah salah satu negeri Islam yang mempunyai militer terbesar di dunia. Militer Pakistan juga disebut sebagai militer kaum muslimin yang paling kuat, baik dari sisi tentara maupun senjata nya. Pada tahun 2023 saja, ada lebih dari 650.000 personel aktif dan 550.000 pasukan cadangan. Bahkan pada tahun 2024, Pakistan termasuk dalam 20 negara dengan pengeluaran militer tertinggi di dunia, yaitu sekitar US$ 10 miliar per tahun. Sungguh jumlah yang fantastis. Belum lagi Pakistan juga tercatat sebagai satu-satunya negeri muslim yang memiliki senjata nuklir dengan kekuatan sekitar 170 hulu ledak nuklir.
Seharusnya dengan potensi militer sebesar itu, Pakistan mampu membebaskan tetangga muslim terdekatnya yaitu Kashmir dan menghancurkan kesombongan India. Mengingat betapa luar biasanya sepak terjang militer Pakistan di kancah dunia, bukan mustahil bahwa mereka juga bisa membebaskan Palestina dari penjajahan yang dilakukan zionis Israel.
Namun faktanya, pemimpin militer Pakistan malah terjebak dalam kubangan lumpur nasionalisme arahan penjajah. Mereka dengan mudah mengangkat senjata demi kepentingan nasionalisme yang remeh temeh, tapi tidak untuk kepentingan Islam dan kaum muslimin. Seharusnya tentara Pakistan mengangkat senjata mereka untuk menolong saudara mereka di Palestina. Sebagaimana dalam surat at Taubah 14 dan Al Baqarah 191
قَاتِلُوْهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللّٰهُ بِاَيْدِيْكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُوْرَ قَوْمٍ مُّؤْمِنِيْنَۙ ١٤
"Perangi lah mereka! Niscaya Allah akan mengazab mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu, menghinakan mereka, dan memenangkan kamu atas mereka, serta melegakan hati kaum mukmin."
(QS. At-Taubah : 14)
وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ وَاَخْرِجُوْهُمْ مِّنْ حَيْثُ اَخْرَجُوْكُمْ وَالْفِتْنَةُ اَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِۚ وَلَا تُقٰتِلُوْهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتّٰى يُقٰتِلُوْكُمْ فِيْهِۚ فَاِنْ قٰتَلُوْكُمْ فَاقْتُلُوْهُمْۗ كَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْكٰفِرِيْنَ ١٩١
"Bunuhlah mereka (yang memerangimu) di mana pun kamu jumpai dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusirmu. Padahal, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Lalu janganlah kamu perangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangimu di tempat itu. Jika mereka memerangimu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir."
(QS. Al-Baqarah : 191)
Sudah sangat jelas ayat-ayat diatas untuk menyadarkan para pemimpin negeri muslim agar segera menerjunkan tentaranya untuk membebaskan negeri-negeri muslim dari cengkraman kafir penjajah. Bukan disibukkan dengan perang demi membela kepentingan atas dasar ashobiyah yang Allah benci dan larang. Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa yang berperang karena fanatisme kesukuan (ashobiyah) atau karena semangat kesukuan atau karena fanatisme golongan, maka dia tidak termasuk golongan kami (umat Islam)." (HR. Abu Dawud)
Umat Islam harus segera bersatu kemudian mengangkat pemimpin (Khalifah) dibawah naungan daulah khilafah Islamiyyah. Mereka harus mencampakkan paham nasionalisme yang selama ini menghambat persatuan tersebut. Dengan tegaknya sistem khilafah maka komando jihad akan segera terealisasi, sehingga kehormatan dan kemuliaan kaum muslimin di seluruh dunia dapat kita raih dan kita jaga selamanya.
Wallahu a'lam bisshawab