| 16 Views
Muharram, Refleksi Hijrah dan Kebangkitan Islam

Oleh: Diana Nofalia, S.P.
Aktivis Muslimah
Peringatan 1 Muharram sebagai awal tahun dalam kalender Hijriah mengandung makna mendalam dan menjadi saat yang tepat untuk refleksi spiritual serta memperkuat keimanan.
Merujuk pada kalender Hijriah Indonesia tahun 2025, tanggal 1 Muharram 1447 H bertepatan dengan hari Jumat, 27 Juni 2025. Tanggal ini sekaligus menjadi titik awal pergantian tahun dari 1446 ke 1447 Hijriah, dan diperingati oleh umat Islam sebagai Tahun Baru Islam (https://www.antaranews.com/berita/4915485/tahun-baru-islam-2025-dan-jadwal-puasa-sunnah-tasua-serta-asyura)
Bagi umat Islam, tahun baru Islam bukan sekadar perayaan tahunan. Pergantian tahun adalah momentum untuk memperbaiki diri dari tahun-tahun sebelumnya. Di penghujung tahun inilah menjadi waktu yang pas untuk memperbaiki diri agar tahun berikutnya lebih baik (https://www.liputan6.com/islami/read/6055829/naskah-khutbah-jumat-20-juni-2025-jelang-tahun-baru-islam-1447-h-introspeksi-diri-di-penghujung-tahun-hijriah)
Tahun baru Islam hadir kembali di tengah berbagai persoalan yang masih terus menimpa umat Islam dan nasib umat makin suram. Hal ini tampak jelas dengan adanya genosida Palestina masih terus terjadi di tengah pengkhianatan penguasa negeri muslim.
Tahun baru Islam seharusnya menjadi momen untuk introspeksi bagi umat Islam. Peristiwa hijrah menjadi titik awal terwujudnya kemuliaan umat. Pada peristiwa tersebut Umat Islam bersatu di bawah naungan Daulah Islam, hidup Sejahtera di bawah aturan Allah. Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Namun hari ini predikat sebagai umat terbaik tak nampak nyata dalam kehidupan. Umat Islam bak buih di lautan tanpa kekuatan. Berbagai macam persoalan menimpa negeri-negeri kaum Muslimin. Penjajahan langsungg maupun tak langsung menerpa kaum Muslimin.
Umat Islam harus merenungkan kembali apa akar masalah kondisi buruk ini sehingga umat Islam kehilangan kemuliaannya sebagai umat terbaik. Umat terpuruk karena makin jauh dari aturan Allah. Keimanan dan ketaqwaan yang menjadi pondasi kehidupannya makin hari makin tergerus sedemikan rupa. Sekularisme kapitalisme meracuni pemikiran kaum Muslimin.
Sekularisme juga telah menjauhkan pribadi-pribadi kaum Muslimin dari jadi diri mereka sesungguhnya. Kehidupan dunia bagaikan kehidupan abadi yang harus dikejar mati-matian. Demi kebahagiaan semu, halal-haram tak jadi soal.
Satu-satunya cara untuk meraih kembali kemuliaan adalah dengan kembali kepada aturan Allah dan menerapkannya dalam kehidupan secara menyeluruh. Umat harus disadarkan akan kebutuhannya pada kepemimpinan Islam dalam sebuah institusi yang menjadi junnah dan pemersatu umat.
Umat harus disadarkan hakekatnya sebagai Muslim yang memiliki kewajiban yang sama dalam mengupayakan dan memperjuangkan kemuliaan Islam. Penyadaran umat ini membutuhkan bimbingan dari jamaah dakwah yang tulus dan istiqamah berjuang di jalan Allah.
Wallahu a'lam.