| 12 Views
Kekerasan Seksual Menjamur, Mengancam Keamanan Anak dan Perempuan

Oleh : Inne Mariana
Aktivis Dakwah
Pelecehan seksual kembali terjadi di Bekasi, setidaknya sebanyak 15 perempuan menjadi korban pelecehan seksual berkedok pengobatan alternatif yang berlokasi di Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat (megapolitan.okezone.com 14/5/2025)
Tak berselang lama, seorang anak berusia delapan tahun di Kota Bekasi, Jawa Barat diduga melakukan aksi pencabulan terhadap sejumlah anak. Disebutkan sudah ada empat anak yang menjadi korban, namun baru dua korban yang buka suara. (cnnindonesia.com 10/6/2025)
Kasus kekerasan seksual pada perempuan dan anak setiap tahunnya selalu bertambah. Menurut data Komisi Perlindungan Anak dan Perempuan (KPAD) Kota Bekasi terdapat 313 kasus kekerasan pada anak pada tahun 2025. Jumlah tersebut naik 42 persen dibandingkan 220 kasus pada tahun 2023.
Selanjutnya, Wakil Ketua KPAD Kota Bekasi Novrian, mengungkapkan bahwa kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan menjadi kasus yang paling dominan dengan jumlah 176 kasus atau 56,2 persen dari total kasus pada 2024 (Bekasisatu.com)
Sekularisme Liberal
Kasus pelecehan seksual terus terjadi dan bertambah korbannya dari waktu ke waktu. Belum selesai kasus yang satu, muncul kasus yang baru dengan korban yang lebih dari satu. Semakin menjamurnya kasus pelecehan seksual menjadikan negeri ini darurat pelecehan seksual terhadap anak dan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa negara telah gagal memberikan rasa aman serta perlindungan untuk anak dan perempuan secara hakiki.
Penerapan sistem sekularisme liberal telah mengikis ketakwaan individu sehingga semakin mengokohkan kasus kriminalitas, termasuk pelecehan seksual. Maraknya kasus pelecehan seksual menunjukkan betapa amoralisme individu masyarakat saat ini. Begitupun cara pandang sistem saat ini tidak pernah menyentuh akar permasalahan secara kompleks. Ditambah regulasi serta undang-undang yang dikeluarkan nyatanya tidak mampu memberikan solusi yang hakiki dalam menangani kasus pelecehan seksual terhadap anak dan perempuan.
Kapitalisme melahirkan sistem kehidupan sekulerisme liberal pada setiap individu. Kapitalisme juga menciptakan masyarakatnya individualis, di mana para individu-individu di dalamnya tidak saling peduli. Masing-masing sibuk mengamankan diri dan keluarganya sendiri. Tidak ada upaya apa pun dari individu masyarakat agar kriminalitas, termasuk penganiayaan, kekerasan, dan pelecehan seksual tak lagi terjadi berulang serta segera terdeteksi dan dicegah.
Sementara itu, Negara juga abai terhadap perannya dalam memberi penjagaan terhadap anak dan perempuan. Solusi pragmatis yang disajikan berupa edukasi yang juga tidak efektif. Tontonan yang vulgar penuh kepornoan serta sanksi hukum bagi predator seksual yang tidak jelas dan tegas.
Maka tidak heran, jika harapan kriminalitas serta kekerasan seksual hilang dalam kehidupan semakin sirna, selama sistem kapitalisme masih dijadikan pedoman serta jalan bagi kehidupan.
Solusi Islam
Sungguh berbeda dengan sistem Islam saat dipakai dalam kehidupan. Negara Islam yaitu Khilafah akan menjadi garda terdepan dalam penjagaan terhadap anak dan perempuan, serta memberikan rasa aman dan perlindungan bagi umat. Negara yang menerapkan sistem Islam secara kafah ini yang nantinya akan menjaga jiwa, harta, serta kehormatan tiap individu masyarakat dari kriminalitas termasuk penganiayaan, kekerasan, serta pelecehan seksual.
Dalam masyarakat Islam, suasana keimanan akan dibangun dan selalu dijaga oleh Negara dengan pembinaan terhadap hukum-hukum Islam melalui berbagai sarana termasuk sistem pendidikan. Negara juga melakukan penyaringan terhadap tontonan dan informasi yang berisi konten porno aksi dan kekerasan agar tidak beredar di tengah umat. Adapun penegakkan sanksi tegas bagi predator seksual juga mampu membuat efek jera dan pencegahan bagi orang lain. Maka, suatu keniscayaan kehormatan tiap individu masyarakat akan terjaga dengan diterapkannya sistem Islam secara kafah (menyeluruh).
Wallahu a'lam bishowab