| 28 Views

Membela Palestina, Solusi atau Simbol?

Oleh : Ummi Yourin

Untuk pertama kalinya, sejumlah negara Arab dan Muslim—termasuk Arab Saudi, Qatar, dan Mesir—secara resmi meminta Hamas untuk meletakkan senjata dan menyerahkan kendali Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina (PA). Pernyataan ini tertuang dalam deklarasi bersama yang diumumkan pada konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Selasa (29/7/2025).

Dalam upaya mengakhiri konflik di Gaza, Hamas diminta untuk mengakhiri kekuasaannya di wilayah tersebut dan menyerahkan seluruh persenjataannya kepada Otoritas Palestina. Pernyataan ini juga mengecam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, serta mengajukan pembentukan misi stabilisasi internasional sementara di Gaza di bawah koordinasi PBB. Deklarasi ini ditandatangani oleh 22 negara anggota Liga Arab, seluruh negara Uni Eropa, dan 17 negara lainnya.

Namun apakah benar yang dilakukan oleh para pemimpin muslim saat ini akan menjadikan solusi bagi kemerdekaan Palestina yang setiap saat menerima serangan dari entitas yahudi yang makin brutal dan keji, khususnya ke Gaza telah memakan korban yang sangat banyak? Selain serangan bom dan nuklir, penjajah Zionis sengaja menjadikan kelaparan sebagai cara baru genosida muslim Gaza. Kelaparan sistemik yang disengaja oleh kaum kafir dalam hal ini Israel, Amerika, Inggris dibantu oleh pemimpin kaum muslim yang mayoritas menjadi agen-agen mereka. Bahkan ibu hamil, bayi dan anak-anak yang tak berdosa tidak luput menjadi korban kekejian zionis Israel.

Banyak solusi yang diajukan seperti solusi two-state solution (solusi dua negara). Padahal ini sama saja membagi Palestina menjadi dua bagian dan memberikan sebagiannya kepada penjajah. Ada juga usulan untuk memindahkan sebagian penduduk Gaza ke Indonesia. Presiden Prabowo Subianto, misalnya, merencanakan hendak mengevakuasi 1.000 warga Gaza ke Indonesia. Katanya, mereka akan ditampung selama agresi Israel di Gaza masih terus terjadi.

Langkah-langkah tersebut seakan menawarkan penyelesaian, sejatinya hal ini merupakan penyesatan. Intinya, ini sama saja dengan mengosongkan tanah Palestina, menyerahkan Tanah Palestina kepada musuh kaum muslim. Padahal, Tanah Palestina adalah tanahnya kaum muslim. 

Memang, sebagian umat muslim dan masyarakat internasional memang sudah melakukan berbagai aksi kemanusian, baik boikot produk, mengirimkan bantuan kemanusiaan, juga long march dan aksi di berbagai kota di dunia, dengan jumlah massa yang sangat banyak. Namun, kegagalan berbagai upaya tersebut dalam membebaskan Muslim Gaza dari genosida menunjukkan perlunya solusi yang lebih efektif. Solusi yang dimaksud adalah pengerahan pasukan untuk mengusir tentara Zionis dari wilayah Palestina.

Sayangnya penguasa muslim tak juga tergerak mengirimkan tentara untuk mengusir penjajah Zionis Yahudi, padahal mereka memiliki pasukan yang sangat besar, yang akan mampu mengalahkan tentara Zionis. Tanpa malu, mereka bahkan menjalin hubungan mesra dengan penjajah, mengkhianati ikatan persaudaran muslim, dan solusi yang mereka upayakan hanya akan menambah atau mempertahankan kekuatan mereka bukan untuk rakyat dan bangsa palestina.

Sepatutnya kita mencontoh Rasulullah saw. saat menapaki aktivitas dakwah di Makkah hingga tegaknya Daulah Islam yang pertama di Madinah. Rasulullah saw. menempuh tiga tahapan (marhalah) dakwah.

Pertama, tahap pembinaan (tatsqif), yaitu tahapan ketika Rasulullah saw. membina para sahabat di Darul Arqam. Rasulullah saw. membangkitkan aktivitas berpikir di tengah-tengah para sahabat tentang ayat-ayat Allah. Beliau membina akal mereka dengan pemikiran dan pemahaman Islam. Beliau menjadikan mereka orang-orang yang sabar menghadapi penderitaan serta rida terhadap ketaatan dan kepemimpinan. Ketika tsaqafah mereka sudah matang, akal mereka telah terbentuk menjadi akal yang Islami (akliah islamiyah) dan jiwa mereka sudah menjadi jiwa yang Islami (nafsiah islamiyah). Kesadaran hubungan mereka dengan Allah tampak menonjol pengaruhnya dalam perilaku mereka.

Kedua, tahap interaksi dengan umat (tafa’ul ma’al ummah). Ini adalah momentum saat dakwah dilaksanakan secara terang-terangan. Dari tahap kontak dengan orang-orang yang simpati dan siap menerima dakwah, menuju tahap menyeru seluruh lapisan masyarakat. Pada saat itu akan terjadi benturan antara keimanan dan kekufuran, juga gesekan antara pemikiran yang benar dan rusak.

Ketiga, tahap pengambilalihan kekuasaan (tathbiq al-ahkam), yaitu dalam rangka mengemban dan melanjutkan tahapan dakwah kepada tahapan praktis berupa penerapan Islam dan pengembanan risalahnya dengan kekuatan negara dan penguasanya. Tahapan ini ditandai dengan peristiwa saat rombongan dari Madinah yang beranggotakan 75 orang membaiat Rasulullah saw. dalam momentum Baiat Aqabah II. Baiat ini tidak lagi sebatas komitmen dakwah dan kesabaran menghadapi kesengsaraan, tetapi juga mencakup kekuatan yang akan mampu membela dan melindungi kaum muslim dalam institusi negara. Orang-orang dari Madinah itu membaiat Rasulullah saw. dalam rangka melindungi beliau seperti mereka melindungi istri-istri dan anak-anak mereka.

Dakwah yang  dilakukan Rasulullah Saw. menunjukkan bahwa kemerdekaan hakiki dan perlindungan bagi umat hanya dapat dilakukan oleh kepemimpinan yang menerapkan Islam secara menyeluruh sehingga dapat melawan kekuatan penjajah. Palestina tidak akan bebas hanya dengan negoisasi atau solusi parsial melainkan dengan persatuan umat da kekuatan nyata untuk mengusir penjajah dari seluruh tanah mereka. Selama penguasa muslim lebih memilih duduk di meja diplomasi ketimbang bergerak menegakkan perintah Allah Swt. penderitaan Gaza akan terus berlanjut. Saaatnya umat menyadari bahwa membela Palestina bukan sekadar simbol tetapi sebuah kewajiban untuk memperjuangkan solusi yang tuntas.

Wallahualam bissawab.


Share this article via

13 Shares

0 Comment