| 6 Views

Hanya Khil*fah Satu-satunya Solusi Membebaskan Palestina

Oleh : Dewi yuliani

Perlu kita ketahui bahwasannya Netanyahu yg didukung oleh Amerika dan Barat menyadari konsekuensi ini. Yaitu cepat atau lambat mereka akan menghadapi kenyataan pahit. Bahwa kekuatan masyarakat akan menggusur kepentingan mereka yg selama ini dijalankan oleh kekuasaan Arab pro 9 tidak bisa menghindari kenyataan itu. Saat ini, satu-satunya yg bisa dilakukan Israel dan Barat hanya memperlambatnya dengan mencoba menahan kecepatan dampak kejatuhan itu.

Cara yang paling populer adalah mengendalikan penguasa Arab untuk tetap mengelola perbedaan masyarakat, memlihara perpecahan dan berlaku arogan kepada kelompok masyarakat penggerak perlawanan terhadap rezim. Dalam kaitan ini, memaksa Netanyahu berbicara soal kekhalifahan secara terbuka. Potensi besar yg akan menjadi alternatif peralihan tatanan demokrasi Barat yg menjajah ke penerapan sistem Islam yg ideologis.

Kecemasan Netanyahu sangat nyata. Bahwa kita semua paham, Istilah Khilafah tidak digunakan secara sembarangan dalam lingkaran diplomatik. Dalam imajinasi Barat, istilah ini memunculkan gambaran kekacauan dan ekstremisme. Namun, bagi jutaan Muslim, istilah ini mewakili sesuatu yang jauh lebih mendalam: sebuah alternatif. Sebuah model pemerintahan komprehensif yg berakar pada hukum ilahi, bukan sekularisme Barat.

Akhirnya kaum muslim telah mendengar  kata yang disebutkan secara terbuka, Khilafah. Tak mampu lagi menyimpan beban besarnya, Setanyahu mengakui ketakutannya terkait kebangkitan kembali Khilafah. Artinya potensi kebangkitan khilafah sangat nyata dan makin dekat. Kalau tidak realistis, kenapa harus menjadi prioritas Israel dan Barat menghalau kebangkitannya ?

Di saat potensi kebangkitan khilafah menjadi sumber ancaman yg nyata, fenomena yg saat ini memicu kepanikan dan ketakutan Israel-Barat, ada bagian dari umat Islam yg justru meremehkannya bahkan menolaknya, menilainya hanya sebatas sejarah yg mustahil bisa diulang, tidak realistis, ilusi dan utopia.
Kalimat Netanyahu ini bukan sekedar bernada ancaman perang. Melainkan bentuk kesadaran dan kejujuran paling dalam negara Zionis tentang kenyataan akan kebangkitan peradaban Islam secara ideologis di seluruh kawasan timur tengah.

Kalimat Netanyahu secara langsung mempertegas maksudnya. Khilafah adalah alternatif kekuatan universal umat Islam yg sangat diperhitungkan sebagai sumber ancaman yg secara langsung akan menggusur penerapan tatanan demokrasi liberal yg saat ini sedang dijalankan oleh penguasa negara-negara Arab pro Barat dan Israel.

Israel yg didukung Amerika dan Eropa menyadari, bahwa tatanan pemerintahan dan politik yg mereka rajut di negara-negara timur tengah selama puluhan tahun, terus mengalami degradasi. Pemerintahan yg mereka kendalikan dengan kekuatan uang dan militer, makin ke sini, makin hilang legitimasi dan kepercayaan rakyatnya. Cepat atau lambat, para penguasa Arab akan runtuh akibat beban kontradiksinya sendiri.

Kasus Palestina, Suriah, Lebanon dan Yaman menjadi pemantik mutakhir. Arogansi Israel, Amerika dan Eropa selama 2 tahun terkahir meningkat di wilayah-wilayah tersebut. Di saat yg sama, pemerintah negara-negara Arab lainnya, diam tanpa aksi nyata selain donasi kemanusiaan. Hanya mengandalkan bacot dan diplomasi dengan aksi-aksi negosiasi yg hasilnya justru makin menguatkan aneksasi Amerika, Eropa dan Israel.

Sikap memalukan para pemimpin Arab ini, telah lama memantik pemberontakan masyarakatnya. Belajar dari kasus Arab Spring, bukan sekedar merefleksikn kerusakan yg membara secara luas. Lebih dari itu, menunjukan masyarakat muslim tidak lagi mempercayai pemerintahan mereka yg dikendalikan dan diatur oleh kekuata Barat yg menjajah. Di saat yg sama, di hampir setiap negara, terjadi gonjang-ganjing yg makin menjatuhkan legitimasi rakyat terhadap pemerintahannya yg tidak becus mengelola kepentingan mereka berdasarkan sistem Demokrasi yg cacat, melahirkan krisis politik dan ekonomi berkepanjangan.

Ketundukan pemerintahan terhadap Amerika lewat titipan program reformasi ekonomi ala IMF, Bank Dunia dan seluruh lembaga turunannya, dikritik sebagai sumber utama ketidakstabilan ekonomi berkepanjangan. sebagaimana aksi rutin yg terjadi di Yordania. Bahkan negara sekelas Saudi pun tak luput dari krisis internal akibat perlawanan yg semakin besar namun ditanggapi secara otoriter dan ditutupi dengan istilah reformasi hubungan kerajaan dan kemasyarakatan.

Penguasa Arab saat ini telah sampai pada masa kadaluarsanya. rakyat benar-benar telah di ujung rasa muak. Masyarakat menilai para pemimpin mereka tidak lebih dari sampah yg terus menyemai kebusukan, beban dan kerapuhan. Posisi mereka yg selama ini bertindak sebagai perwakilan Washington dan Barat perlu segera diakhiri.

Namun apa daya, para penguasa itu masih tetap eksis karena ditopang uang dan militer Barat. Mengekang masyarakat dengan berbagai bentuk intimidasi dan perilaku otoriter. Siapa mengkritik, ditangkap, ditempeleng, disebut kelompok teror pemberontak kekuasaan bahkan banyak yg berakhir di tiang gantung kekuasaan. 

Namun Tanpa legitimasi dan kepercayaan rakyat, sejatinya para penguasa Arab saat ini tidak lagi efektif. Mereka sedang memupuk kejatuhan yg menyakitkan. Berlindung dibalik kekuatan Barat tidak akan menjamin mereka terhindar dari kejatuhan yg makin menyakitkan.

Bahkan sebuah peradaban yang didefinisikan bukan oleh pagu utang IMF dan Europan Council, resolusi PBB dan dukungan militer Barat. Tetapi oleh visi kenabian dan nilai-nilai Al-Qur'an. Inilah alasan utama kecemasan Netanyahu yg mewakili keresahan Barat merespon kebangkitan kekhalifahan di pesisir Mediterania.

Urgensi ketakutan Israel dan barat terhadap Khilafah, bukan soal ancaman roket Yaman, persenjataan Hizbullah atau gerilya Hamas. Ini tentang simbol universal untuk mendorong kembalinya persatuan umat Islam sedunia, visi ideologis yg tidak dibatasi sekat nasionalisme, batas negara apalagi presiden boneka.

Khilafah adalah Kekuatan simbol yg mengutuhkan kekuatan umat Islam dunia menjadi satu dan absolut yg secara langsung akan menabrak imperialisme Zionisme dan imperialisme Barat tanpa bisa dihalau kekuatan apapun.

Klaim Netanyahu menolak khilafah sejatinya menggambarkan ketakutan akan kekuatan umat islam yang mulai terbentuk kesadarannya dengan menyerukan jihad dan tegaknya khilafah sebagai solusi di tingkat global. Umat mulai menyadari bahwa solusi yang ditawarkan Barat bukanlah solusi hakiki. Makin jelas pula bahwa dakwah menyerukan jihad dan Khilafah bukan hanya sekedar bicara  alias NATO – No Action Talking Only. 

Sudah seharusnya umat menyambut seruan ini

Khilafah adalah ajaran Allah dan bisyarah Rasulullah yang pasti akan terwujud.  Musuh Allah pasti menghalangi tegaknya khilafah.  Begitu juga penguasa muslim pengkhianat akan mendukung mereka karena kecintaan mereka pada kekuasaan dan dunia.

Umat harus menguatkan keyakinannnya dan berjuang untuk menjemput nashrullah. Hari ini tampak jelas kerusakan sistem kapitalisme sekulerisme. Kebutuhan akan khilafah sudah makin nyata. 

Perjuangan ini harus dipimpin oleh jamaah dakwah ideologis yang mengikuti metode Rasulullah. Para pengembannya harus makin menguatkan dakwah kepada umat dan memanfaatkan situasi hari ini untuk membangun kesadaran umat. Dengan demikian, “PR” kita hari ini adalah untuk mewujudkan tegaknya Daulah Khilafah itu. menegakkan Daulah Khilafah tidak mungkin dilakukan oleh sedikit orang sehingga harus merujuk kepada tuntunan Allah dalam QS Ali Imran ayat 104, yakni butuh jemaah. Dengan merujuk ayat ini, jemaah tersebut haruslah jemaah dakwah yang menyeru kepada al-khair (Islam) dan melakukan amar makruf nahi mungkar.

Yang mampu melakukan itu hanyalah jemaah dakwah Islam ideologis, yang menjadikan akidah Islam sebagai landasannya serta melakukan aktivitas politik Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. Jemaah dakwah inilah yang akan memimpin umat untuk mewujudkan solidaritas global yang akan mendorong terealisasinya jihad dan Khilafah.

Wallahualam bissawab.


Share this article via

1 Shares

0 Comment