| 13 Views
Fungsi Alam Dialihkan, Yang Ada Bencana Datang Tak Terelakkan

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/nym.
Oleh : Sumarini
Berulang bencana datang dan terus melanda, tak terpikir kan mungkin oleh kita jika saat itu datang dan kita yang ada diposisi sebagai korban dari bermacam bencana yang hari ini gencar terjadi. Tidak menutup kemungkinan sebab apapun hari ini bisa saja terjadi, sistem saat ini mengajarkan kita semua untuk selalu bersiap diri menghadapi imbas dari semua kerusakan. Baik itu kerusakan manusia maupun kerusakan lingkungan dan alam, yang sewaktu-waktu akan memporak porandakan kita , akibat nya sungguh tidak adil hanya kita rakyat kecil yang terdampak, sedangkan mereka para penguasa bisa terjaga dari semua bencana yang terjadi, Dan semoga Alloh mengampuni dosa-dosa yang telah mereka buat.
Muslimah News, FOKUS — Banjir bandang melanda Bali sejak Selasa (9-9-2025). Terdapat 123 titik terdampak yang tersebar di 6 kabupaten/kota, di antaranya Denpasar, Gianyar, Tabanan, Karangasem, Jembrana, dan Badung. Hingga Jumat (12-9-2025), berdasarkan keterangan di laman Pemprov Bali, jumlah korban meninggal tercatat sebanyak 17 korban jiwa. Banjir tersebut juga menyebabkan kerusakan infrastruktur bangunan, jembatan, serta terganggunya akses pelayanan publik.
Faktor penyebab utama dari terjadinya banjir di bali tak luput dari akibat alih fungsi lahan yang gencar dilakukan. Lahan produktif seperti sawah, subak dan hutan disulap menjadi hotel, tempat tempat penginapan yang semua sengaja disiapkan untuk Wisatawan2 asing yang datang dari luar negeri demi meningkatnya objek dibidang pariwisata hingga mengesampingkan efek yang terjadi ketika pada akhirnya banjiri datang melanda diakibatkan sebab mengalih fungsikan lahan oleh mereka.
Akibat dari lebih mementingkan pembangunan infrastruktur dan pengembangan disektor pariwisata lantas tega melukai kehidupan hayati dengan merusak alam. Tidak lagi menempatkan lahan produktif seperti sawah, hutan dan lainnya sesuai fungsi nya, justru menggantikannya dengan gedung gedung bertingkat. Alhasil sebab telah mengeksploitasi alam dampaknya adalah Bali rentan terhadap perubahan iklim. Implementasi dari tata ruang wilayah pun seakan hanya formalitas belaka.
Berikut sedikit data terkait beberapa sektor lahan produktif yang telah dialihfungsikan hingga berakibat bencana banjir melanda dibali.
Berdasarkan temuan Kementerian Lingkungan Hidup (LH), 459 hektare hutan di Bali beralih fungsi sejak 2015 hingga 2024. Pada periode tersebut, terjadi konversi lahan dari hutan menjadi nonhutan. Menurut data Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Bali, sejak 2019 hingga 2024 Bali kehilangan 6.521,81 hektare sawah atau 9,19% dengan rata-rata penurunan 1,53% setiap tahun.
Dari sini jelas demi kepentingan ekonomi pemerintahan di bali tega mengeksploitasi alam, semua disulap dalam sekejap mata. Hutan,, sawah dan subak dalam hitungan hari telah dirubah menjadi hotel mewah dan apapun demi kepentingan wisatawan yang nantinya akan menghasilkan pundi-pundi yang tanpa perduli dampak dari perbuatan mereka.
Demikian pembangunan kapitatalistik telah membawa bencana bagi manusia, alam dan kehidupan. Sungguh Hari ini pemerintah tidak lagi bisa memilih apakah dalam perencanaan pembangunan akan berdampak baik atau buruk bagi rakyat nya, ketika itu menguntungkan maka mereka tak segan2 membiarkan rakyat dengan segala permasalahan yang itu adalah dampak buruk dari apa yang telah mereka lakukan.
Bencana seakan sesuatu yang biasa bagi penguasa hari ini. Justru yang lebih menyakitkan dalam keadaan banjir pemerintahan di bali masih tetap berusaha bagaimana supaya wisatawan tetap datang tanpa perduli dengan kondisi yang sedang terjadi. Arus kedatangan para wisatawan tetap tidak dihentikan, benar benar kepentingan ekonomi lebih penting dari pada urusan warganya.
Islam memiliki panduan dalam penanganan bencana yang harus dilakukan secara fundamental, yaitu dengan tindakan preventif dan kuratif. Pada aspek preventif, Islam akan menetapkan kebijakan pembangunan yang ramah lingkungan, pemanfaatan SDA untuk kemaslahatan umat manusia, serta politik ekonomi berbasis syariat Islam. Negara Khilafah memprioritaskan pembangunan infrastruktur dalam mencegah bencana seperti bendungan, kanal, pemecah ombak, tanggul, reboisasi (penanaman kembali), pemeliharaan daerah aliran sungai dari pendangkalan, relokasi, tata kota yang berbasis pada amdal, serta pengaturan memelihara kebersihan lingkungan. Khilafah akan menetapkan daerah-daerah tertentu sebagai cagar alam, hutan lindung, dan kawasan penyangga yang tidak boleh dimanfaatkan kecuali dengan izin. Khilafah juga akan menyosialisasikan pentingnya menjaga kebersihan dan memelihara lingkungan dari kerusakan serta mendorong kaum muslim menghidupkan tanah mati (ihya’ al-mawat) sehingga bisa menjadi penyangga lingkungan yang kukuh. Negara juga akan memberlakukan sistem sanksi yang tegas bagi siapa pun yang mencemari dan berupaya merusak lingkungan.
Demikian islam ketika memutuskan sesuatu tak akan kita dapati sebagai mana hari ini. Membangun insfrastruktur contohnya selalu meninggal kan dampak negatif selain dari pada hanya dampak positif nya.
Allah telah menciptakan seluruh alam dan isinya berikut dengan segala fungsinya, jadi apa daya ketika manusia mencoba untuk mengalihkan fungsi2 itu maka terimalah akibatnya oleh mu, sebagaimana saat ini, dan ini adalah imbas dari apa yang telah kita buat.
Wallahu a' lam bishawab