| 74 Views
Fenomena #KaburAjaDulu: Antara Kekecewaan Generasi Muda dan Hilang Harapan

Oleh : Rasmawati Asri, SE
Tagar #KaburAjaDulu yang viral di media sosial menggambarkan fenomena kekecewaan generasi muda Indonesia terhadap kondisi dalam negeri. Mereka melihat negara lain menawarkan peluang yang lebih menjanjikan, baik dalam hal pendidikan maupun pekerjaan. Fenomena ini tidak hanya sekadar tren, tetapi juga mencerminkan kegagalan sistem ekonomi dan politik dalam negeri dalam menciptakan kesejahteraan bagi rakyat. Di balik fenomena ini, tersimpan masalah mendasar: kesenjangan ekonomi global dan ketidakmampuan negara memenuhi kebutuhan dasar warganya.
Kekecewaan Generasi Muda terhadap Kondisi Dalam Negeri
Generasi muda Indonesia merasa kecewa dengan rendahnya kualitas pendidikan dan sulitnya mencari pekerjaan yang layak di dalam negeri. Sementara itu, media sosial memperlihatkan kehidupan yang lebih baik di negara maju, seperti akses pendidikan berkualitas, lapangan kerja yang luas, dan upah yang lebih tinggi. Hal ini mendorong banyak anak muda untuk memilih "kabur" ke luar negeri, baik melalui beasiswa maupun tawaran kerja. Fenomena ini dikenal sebagai brain drain, di mana talenta muda berbondong-bondong meninggalkan negara asal untuk mencari peluang yang lebih baik.
Beberapa pihak mungkin berargumen bahwa fenomena brain drain adalah hal yang wajar dalam era globalisasi, di mana setiap individu memiliki kebebasan untuk mencari peluang terbaik bagi dirinya. Namun, argumen ini mengabaikan akar masalahnya, yaitu kegagalan negara dalam menciptakan kondisi yang layak bagi warganya. Jika negara mampu menjamin kesejahteraan dan kesempatan yang adil, generasi muda tidak akan merasa perlu untuk "kabur" ke luar negeri.
Kesenjangan Ekonomi Global dan Kegagalan Sistem Kapitalisme
Fenomena #KaburAjaDulu tidak bisa dilepaskan dari kesenjangan ekonomi global yang semakin melebar antara negara maju dan berkembang. Sistem kapitalisme yang dianut oleh banyak negara, termasuk Indonesia, justru memperparah ketidakadilan ini. Kapitalisme menciptakan ketimpangan dalam distribusi sumber daya dan kesempatan, di mana hanya segelintir orang yang menikmati kekayaan, sementara mayoritas rakyat hidup dalam kesulitan. Sistem ini gagal menjamin kesejahteraan rakyat, termasuk menyediakan lapangan kerja yang layak dan akses pendidikan berkualitas.
Islam Menawarkan Solusi Nyata
Islam memiliki solusi komprehensif untuk mengatasi masalah ini. Dalam sistem Islam, negara wajib memenuhi kebutuhan dasar setiap warganya, termasuk pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja. Islam mewajibkan negara untuk mengelola sumber daya alam dengan adil dan memastikan distribusi kekayaan yang merata. Selain itu, sistem pendidikan dalam Khilafah dirancang untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga beriman dan bertanggung jawab terhadap pembangunan negara. Negara juga wajib menyediakan lapangan kerja di berbagai sektor, seperti pertanian, perdagangan, industri, dan jasa, sehingga setiap individu dapat hidup sejahtera.
Fenomena #KaburAjaDulu adalah cerminan dari kekecewaan generasi muda terhadap kondisi dalam negeri dan kesenjangan ekonomi global yang semakin melebar. Sistem kapitalisme yang dianut saat ini terbukti gagal menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat. Islam menawarkan solusi nyata melalui sistem Khilafah yang menjamin pemenuhan kebutuhan dasar, distribusi kekayaan yang adil, dan pendidikan berkualitas. Tegaknya Khilafah bukan hanya menjadi solusi bagi Indonesia, tetapi juga rahmat bagi seluruh dunia, menciptakan tatanan global yang adil dan sejahtera. Wallahu'alam.