| 179 Views
Fenomena Generasi Bermental Strawberry, Tidak Bisa Diselesaikan dengan Konseling

Oleh : Aktif Suhartini, S.Pd.I.,
Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok
Merebaknya fenomena generasi yang diberi label generasi strawberry, menggambarkan generasi lebih cenderung mengutamakan berpenampilan indah bagus dari luar tetapi memiliki mental yang rapuh dan mudah membusuk. Ada juga yang memberi label generasi kita belimbing sayur yang menggambarkan generasi lebih bersenang-senang, bergerombol dengan bergaya hura-hura, namun memiliki mental cepat berguguran, tidak kuat terpaan dari luar.
Kedua label yang disematkan itu menandakan generasi kita mengalami gangguan kesehatan mental, gampang terkena stres karena rapuhnya mental yang dimiliki. Bagaimana kelanjutan negeri ini, apabila generasi penerus calon pemimpin bangsa tidak memiliki mental yang kuat dan tangguh dalam menghadapi setiap permasalahan yang akan dihadapi? Sudah dipastikan tidak bisa menjadi harapan untuk di masa yang akan datang.
Namun, ada kabar baik, sebagai usaha mengobati mental generasi strawberry dan belimbing wuluh, saat ini Rektor UI telah membentuk Tim Peningkatan Penjamin Mutu Akademik Program Doktoral SKSG, karena banyak ditemukan mahasiswa khususnya atau kaum remaja pada umumnya mengalami gangguan kesehatan atau lebih sering disebut rawan stres. Kondisi tersebut harus segera ditangani karena kesehatan mental mahasiswa atau pemuda yang ada di Indonesia adalah pondasi penting menghadapi tantangan akademik dan kehidupan. Melalui program ini, diharapkan dapat memberikan akses layanan psikologi yang lebih mudah dan berkualitas bagi mahasiswa UI khususnya.
Apalagi, UI satu-satunya kampus yang ada di Indonesia peraih 5 Star Plus pada Healthy University Rating System 2023. UI menawarkan layanan yang mencakup konseling individu oleh psikolog profesional. Dan diadakan pelatihan Psychological First Aid (PFA) untuk memberikan dukungan emosional kepada individu dalam situasi krisis, Lalu diberikan juga kelas psikoedukasi yang membahas topik seperti manajemen stres, pengembangan diri, dan keterampilan interpersonal.
Selain memberikan dampak langsung kepada mahasiswa UI, program ini juga diharapkan dapat menciptakan efek positif yang lebih luas di masyarakat melalui edukasi dan layanan kesehatan mental yang terintegrasi. Dan sangat diharapkan program ini dapat memberikan akses yang lebih mudah ke layanan psikologi berkualitas.
Walaupun demikian, sesungguhnya akar masalah dari kesehatan mental di kalangan mahasiswa, bukan hanya diselesaikan dengan memberikan layanan knsultasi atau konseling individu. Karena solusi ini tidak akan menyelesaikan sampai pada akar permasalahan. Diperlukan perubahan paradigma dari kampus dan masyarakat untuk melihat mahasiswa atau para pemuda bukanlah hanya sekadar calon pemimpin bangsa yang merupakan aset intelektual negara atau segai motor penggerak perekonomian negara karena sebagai calon tenaga kerja, tetapi siapkanlah mereka sebagai manusia yang utuh dengan hak untuk hidup sehat secara mental, fisik, sosial dan spiritual.
Dalam menyelesaikan masalah ini perlu melakukan pemikiran yang kritis, dan serius mencari apa yang menyebabkan semakin meningkatnya gangguan mental pada kalangan mahasiswa. Program ini memang bermanfaat dalam memberikan akses layanan psikologi, namun tidak akan mampu menyelesaikan fenomena makin maraknya gangguan kesehatan mental pada mahasiswa tanpa adanya perubahan mendasar dalam sistem pendidikan tinggi dan sistem kehidupan yang lebih luas dalam bermasyarakat dan bernegara. Dan perubahan tersebut yakni perubahan dari sistem kapitalis sekuler menjadi sistem Islam sebagai acuannya.
Tanpa itu, program layanan konseling hanya menjadi solusi sementara yang parsial tanpa menyelesaikan inti masalah. Pasalnya, dalam sistem Islam, kurikulum akidah, akhlak lebih diutamakan untuk membangun generasi yang kuat, paham arti menjalani kehidupan yang telah diatur oleh Sang Pemilik dunia tanpa harus bingung tanpa stres karena ada Allah SWT yang selalu mengawasi.