| 33 Views
Bencana Dimana-mana, Saatnya Muhasabah Bersama
Oleh : Siti Rodiah
Sepertinya Indonesia tidak bisa lepas dari yang namanya bencana alam. Dari tahun ke tahun semakin banyak bencana alam yang menimpa negeri ini. Contohnya saja banjir dan tanah longsor. Apalagi ketika musim berganti kepada musim penghujan bisa dipastikan di beberapa wilayah Indonesia banyak terjadi bencana banjir dan tanah longsor.
Di lansir dari tirto.id, Pemerintah Kabupaten Sukabumi menetapkan status tanggap darurat bencana dalam sepekan ke depan pascabencana hidrometeorologi yang melanda daerah itu. Selain menetapkan status tanggap darurat, pemda juga sudah mendirikan posko tanggap darurat dan penanggulangan bencana di Pendopo Kabupaten Sukabumi.
"Status tanggap darurat bencana ini kami tetapkan selama tujuh hari atau sepekan dan bisa diperpanjang setelah dilakukan evaluasi," kata Sekda Kabupaten Sukabumi Ade Suryaman di Sukabumi, dikutip Antara, Kamis (5/12/2024).
Penetapan status tanggap darurat bencana ini bertujuan untuk mempercepat penanganan bencana mulai dari pendataan bangunan terdampak, evakuasi korban, hingga penyaluran bantuan darurat atau sementara kepada penyintas bencana.
Melihat kondisi ini pemerintah tidak cukup hanya sekedar menetapkan status tanggap darurat bencana. Begitu ada bencana baru bereaksi, tetapi harus melihat sampai ke akar permasalahan nya, kenapa bencana itu bisa terjadi? apa faktor penyebab nya? Itu yang seharusnya di cari solusinya.
Ketika rakyat sudah tidak berdaya akibat bencana, seperti hilangnya nyawa, harta benda dan lain sebagainya. Pemerintah hanya memberi solusi jangka pendek dengan memberikan bantuan tenda, makanan dan minuman, obat-obatan, pakaian itu pun tidak cepat tanggap dan terkesan lama realisasi nya. Pemerintah kalah cepat dengan organisasi-organisasi sosial dan para sukarelawan yang sudah terlebih dahulu terjun ke lokasi bencana guna membantu rakyat.
Jika kita lihat dengan seksama faktor penyebab terjadinya bencana bukan hanya karena faktor alam saja, tetapi lebih kepada ulah tangan-tangan manusia yang jahil yang melanggar syari'at. Banyak nya pelanggaran syari'at karena kehidupan manusia tidak diatur dengan syari'at yang benar (Islam). Termasuk eksploitasi alam atas nama pembangunan.
Banyak lahan seperti hutan yang dijadikan perumahan, hotel, villa, perkebunan, lahan pertanian dan sebagainya tanpa memperhatikan dampak lingkungan yang akan menimpa masyarakat. Dalam sistem kapitalis yang diterapkan negeri ini penguasa tidak peduli dengan nasib rakyat. Karena penguasa hanya melayani kepentingan pemilik modal atau pengusaha bukan rakyat. Apapun kebijakan yang dibuat hanya menguntungkan pemilik modal terutama dalam regulasi ijin mendirikan bangunan yang semakin dipermudah.
Semua pembangunan ini berkonsekuensi terjadinya alih fungsi kawasan hutan yang berperan penting bagi fungsi ekologis tanah dan penyerapan air. Namun sayang, upaya untuk menyolusi bencana alam akibat faktor lingkungan tersebut selama ini masih berupa langkah-langkah teknis. Misalnya dengan meningkatkan edukasi dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah, membangun dan memperbaiki sistem pengelolaan sampah seperti Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS), melakukan pengolahan air limbah dan menjaga kelestarian sumber air, serta menerapkan tata ruang yang berkelanjutan dan upaya mitigasi kebencanaan.
Faktor selanjutnya yang mengundang terjadinya bencana adalah dari segi maksiat yang kita lakukan baik level individu, masyarakat dan negara. Banyaknya tindak kejahatan seperti pembunuhan, perzinahan, pencurian, korupsi, riba dan lain sebagainya. Dengan ini semua sudah melegalkan turun nya azab Allah. Contohnya dalam hadis berikut;
Rasul SAW pernah bersabda, “Jika zina dan riba tersebar luas di suatu kampung, maka sungguh mereka telah menghalalkan atas diri mereka sendiri azab Allah (HR al-Hakim, al-Baihaqi dan ath-Thabrani).
Terjadinya bencana alam memang layak membuat kita muhasabah diri dan bertobat. Walaupun bencana alam yang terjadi bersifat sistemis yang tampak dari penanganan bencana dari tahun ke tahun tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.
Bencana yang berulang dan menjadi langganan ini menegaskan lalai dan abainya penguasa untuk mengurus rakyatnya. Ini sekaligus membuktikan bahwa solusi teknis sudah tidak mampu menanggulangi. Ini juga harus menjadi pelajaran untuk mitigasi bencana alam di daerah yang lain.
Sudah seharusnya kita berupaya untuk menerapkan sistem Islam. Karena dengan kepemimpinan Islam telah di atur pembangunan tanpa merusak sehingga bencana bisa diminimalisir. Pembangunan yang dilakukan benar-benar untuk kepentingan rakyat seluruhnya tanpa merugikan siapapun.
Pembangunan dalam Islam juga mengandung visi ibadah, yaitu bahwa pembangunan harus bisa menunjang visi penghambaan kepada Allah Taala. Untuk itu, jika suatu proyek pembangunan bertentangan dengan aturan Allah ataupun berdampak pada terzaliminya hamba Allah, pembangunan itu tidak boleh dilanjutkan.
Semua ini bisa terwujud jika negara mau menerapkan sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Negara berperan sebagai raa'in dan junnah sehingga rakyat hidup sejahtera penuh berkah.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al- A'raaf: 96)
Wallahu a'lam bisshawab