| 53 Views
Generasi Sadis, Buah dari Penerapan Sistem Sekuler
Oleh : Raodah Fitriah, S.P
Peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh seorang remaja berusia 14 tahun di Cilandak, Jakarta Selatan terjadi Sabtu (30/11/2024). Pelaku menusuk ayah dan nenek hingga tewas. Tak hanya itu, ibunya pun ditikam hingga mengalami luka parah. (Suara.com, 30/11/2024). Dilansir dari sumber berita lain, pelaku dikenal sopan, penurut dan tidak temperamental. Menurut penuturannya, ia melakukan pembunuhan karena tidak bisa tidur dan mendapat bisikan. (Detiknews, 03/12/2024).
Anak Durhaka ataukah Orang Tua Durhaka?
Ketika mendengar cerita anak tentang orang tuanya pasti penuh dengan rasa hormat, bangga dan rasa syukur atas perjuangan dalam menafkahi kehidupannya. Namun hari ini berbeda, jika menjelaskan tentang orang tua, pasti akan mendengar beragam respon yang diluar nalar. Ada yang dendam, memutuskan hubungan hingga terjadi pembunuhan karena menganggap orang tua hanya sebatas alat untuk memenuhi kebutuhan.
Kasus pembunuhan terhadap orang tua sudah sering terjadi dan merupakan persoalan yang terjadi secara sistemis. Ada banyak faktor penyebabnya, pertama, pola asuh keluarga yang menuntut seorang anak sesuai dengan kehendak orang tua dan anak dibiarkan untuk memegang gadget sehingga dengan mudah untuk mengonsumsi informasi yang buruk. kedua, lingkungan yang mendukung untuk melakukan tindak kejahatan, seperti yang kita lihat peristiwa anarkisme terjadi di mana-mana. Ketiga, pendidikan hari ini gagal membentuk generasi yang bertakwa.
Di sisi lain, orang tua juga bisa berpotensi durhaka kepada anak. Ada wilayah tertentu yang tidak bisa memaksa seorang anak sesuai dengan kehendak orang tua, misalnya tiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda. Jika hal ini dipaksa sama, akan terjadi perlawanan dari seorang anak, karena yang ia lakukan tidak sesuai dengan potensi yang ia miliki. Wilayah yang bisa diusahakan oleh orang tua untuk anaknya dan tidak boleh beda, yakni hanya pada wilayah syariat, iman dan ketaatan pada Allah SWT. Hal semacam ini yang ternyata luput dari kesadaran orang tua.
Penyelesaian yang kita lihat hari ini tidak mampu menjadi pencegah dan menjadi solusi kalau hanya sekedar membina dan dikasih sanksi (dipenjarakan). Hal semacam ini mustahil terjadi karena anak tersebut masih di bawah umur. Sementara itu, negara abai dari perannya, yakni tidak membatasi dan mengontrol konten-konten negatif yang merusak generasi. Jika negara menjalankan perannya dengan baik, maka mustahil terjadi peristiwa anak yang membunuh orang tuanya.
Buah Penerapan Sistem Sekularisme Kapitalisme
Penerapan sistem hari ini berhasil merusak hubungan anak dengan orang tua. Hubungan keduanya hanya sebatas asas manfaat. Saat permintaan anak tidak terpenuhi, menjadikannya gelap mata bahkan nyawa menjadi taruhannya. Hal ini menjadi bukti mengakarnya sistem sekularisme di tengah umat saat ini. Sekularisme juga telah merobohkan pandangan masyarakat tentang keluarga. Awalnya keluarga adalah ruang untuk menumpahkan kasih sayang, sekarang menjadikan generasi bebas berbuat sesuai kehendaknya.
Kapitalisme menjadikan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Banyak orang tua menuntut anaknya mencari materi sebanyak-banyaknya dan menjadikannya sebagai satu-satunya standar kebahagiaan. Jadi wajar saat ini banyak anak yang abai dari kewajiban birrul walidain dan menjadi generasi yang durhaka pada orang tuanya.
Tak heran, banyak generasi yang rusak karena sistem sudah berhasil mereduksi peran seorang anak dan orang tua. Menjauhkan manusia dari tujuan penciptaannya yakni sebagai seorang hamba dan khalifah yang akan membawa rahmat bagi alam semesta.
Kembali Pada Islam
Islam memerintahkan untuk berbuat baik pada orang tua, Allah SWT berfirman. "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. "Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS Al-Isra’ [17]: 23-24).
Birrul walidain tentu akan terlaksana ketika ditopang dengan pola asuh dan pendidikan yang berasaskan Islam. Pemimpin dalam daulah Islam (khalifah), membangun sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam yang jauh dari kepemimpinan yang abai terhadap kemaslahatan rakyat. Termasuk akan terhindar dari kepemimpinan populis otoritarian yang melindungi rakyat.
Sistem pendidikan yang diterapkan khalifah yang akan memberikan pelayanan terbaik bagi umat, seperti pendidikan gratis dan kurikulum yang terarah yakni berasaskan akidah Islam. Sehingga akan mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam yang taat terhadap syariat dan orang tuanya. Memiliki kemampuan untuk mengendalikan gharizah baqa' (naluri mempertahankan diri) sehingga terhindar dari emosi dan hawa nafsu yang menyesatkan.
Sudah jelas bagaimana Allah menjelaskan kisah luqman dalam Al-qur'an dalam menasehati anaknya adalah contoh terbaik. Sejalan dengan sabda Rasulullah SAW "Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua". (HR. At-Tirmidzi).
Wallahu a'lam.