| 57 Views
Tujuh Faktor Penyebab Pergaulan Bebas
Oleh : Fatmah R. Ginting
Reportase
Setidaknya ada tujuh faktor penyebab pergaulan bebas. “Ada tujuh faktor penyebab terjadinya pergaulan bebas, anak-anak remaja menjadi menyimpang, menentang, berperilaku berontak, tidak mau diatur, dan tidak mau patuh," ungkap Mubalighah Kota Depok, Ustadzah Nanik Wijayati dalam Kajian Muslimah Bulanan, _Rasulullah Teladan Atasi Pergaulan Bebas Generasi Muda_, Sabtu, (14/09/2024) di Curug, Cimanggis.
Adapun ketujuh faktor tersebut yakni: Pertama, rendahnya kontrol diri. “Kadang anak-anak remaja berperilaku tanpa sadar karena dia tidak bisa mengontrol dirinya. Di dalam diri manusia sebenarnya Allah sudah persiapkan agar bisa mengontrol diri dengan karunia akal. Salah satu yang bisa berkontribusi pada akal agar dia bisa berpikir baik dan mengontrol dirinya adalah otak depan,” jelasnya di hadapan puluhan peserta.
Lanjutnya, “Otak depan ini Allah beri kemampuan sebagai tempat menyimpan memori. Semua yang dilihat, semua yang dirasakan, semua yang didengar masuknya ke otak depan. Tapi otak depan ini tidak akan bisa berpikir kalau otak belakangnya terganggu, emosi misalnya. Kalau dirinya merasa tegang, itu terganggu otak depannya, dia tidak bisa berpikir. Anak-anak kita itu belajarnya banyak, tapi kalau dia tegang dia tidak bisa gunakan ilmunya untuk berpikir. Itulah yang menyebabkan tidak bisa mengontrol diri.”
Ia pun menambahkan, semua itu terjadi karena informasi yang diserap anak-anak bukan selalu ilmu yang baik. “Kebanyakan informasi yang diserap anak-anak kita di otak depan itu bukan selalu ilmu yang baik. Misalnya game online yang banyak digemari, apalagi yang sampai berantem-berantem dan menyiksa. Kebayang Bu, kasus anak yang dibunuh dengan cara disiksa dan diperkosa? Kira-kira pelakunya yang juga masih usia anak pernah main game online semacam itu, kah? Pasti pernah. Karena kalau tidak pernah, di otak depannya itu tidak akan tersimpan pikiran begitu. Dia bisa melakukan begitu karena pernah melihat. Lihat dari mana? Media," ungkapnya panjang lebar.
Kedua, rendahnya kesadaran bahaya pergaulan bebas. "Kita harus sering ajak anak-anak bercerita nih, Bu. Supaya dia punya kesadaran bahwa ada bahaya pergaulan di sekitarnya. Dengan banyak cerita pasti dia punya kontrol untuk menilai bahaya. Kalau kita ga pernah ajak cerita, mereka tidak akan sadar bahaya di sekitar," ustadzah Nanik memaparkan.
Ketiga, ada nilai keagamaan yang berkurang, keempat, gaya hidup kurang baik, kelima rendahnya taraf pendidikan, keenam, keadaan lingkungan keluarga, dan terakhir pengaruh media sosial.
“Tujuh hal ini, bahkan masih mungkin ditambahkan ya Bu,” pungkasnya.