| 417 Views

Tindak Asusila di Kampus, Akibat Sistem Pendidikan yang Salah

Oleh : D Budiarti Saputri
Tenaga Kesehatan

Pergaulan antara laki-laki dan perempuan saat ini sudah tidak mengenal batasan, terutama pada anak muda dan remaja. Banyak aturan norma sosial dan keagamaan yang dilanggar oleh mereka dan dianggap angin lalu. Pelanggaran norma dan syariat pun sudah berani dilakukan di ruang publik, tanpa ada rasa malu. 

Seperti yang belum lama terjadi. Ada dua video asusila beredar. Diduga pemeran dalam video tersebut adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya di mana kampus tersebut juga yang menjadi tempat pembuatannya. Investigasi mendalam pun dilakukan oleh pihak kampus untuk mengungkap kebenaran video tersebut. Wakil Rektor III UINSA Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Prof Abdul Muhid menuturkan salah satu video diduga kuat direkam di gedung Uinsa Kampus Gunung Anyar, Surabaya.

Sementara satu video lainnya, kata Muhid, belum diketahui di mana lokasi kejadiannya. Tapi yang jelas, kata dia, pihak rektorat Uinsa sedang mendalami kedua video itu. Pemeriksaan mendalam itu salah satunya dengan mengecek rekaman CCTV yang terpasang di lingkungan kampus. Di sisi lain, ia juga mengaku masih menjunjung tinggi asas praduga tidak bersalah. Dikutip dari cnnindonesia.com (17/5/2024). 

Peristiwa ini menjadi ironis, karena dilakukan di kampus berbasis agama Islam, pelakunya pun mahasiswa di kampus tersebut. Di mana seharusnya kampus berbasis Islam yang paling menjunjung tinggi norma-norma agama dan sosial. hal ini sekaligus menegaskan bahwa sistem pendidikan di kampus Islam saat ini tidak menjamin kualitas keimanan dan ketakwaan peserta didiknya, justru membuktikan bahwa kehidupan pergaulan pemuda saat ini makin liberal.

Ini semua terjadi karena penerapan sistem kapitalis, yang berasas sekuler liberal. Di sisi lain kegagalan pembentukan kepribadian dalam sistem Pendidikan yang mengakibatkan kerusakan berfikir menunjukan bobroknya sistem kapitalis. Ini menggambarkan tingginya taraf pendidikan tidak menjamin mereka memiliki prinsip dalam hidup, malah justru mudah terbawa arus. 

Rusaknya pemikiran pemuda saat ini, membuat mereka tidak memedulikan tempat dan waktu, mereka hanya menuruti hawa nafsu tanpa menggunakan akal sehat. Di sisi lain, Lemahnya sistem hukum negeri ini pun memberi andil hilangnya rasa takut ketika melakukan pelanggaran.

Berbeda dengan sistem Islam. Dimana, Islam memiliki sistem hidup dan pendidikan yang dibangun atas asas akidah Islam yang meniscayakan terbentuknya kepribadian Islam, termasuk memahami tata pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga, kemaksiatan tidak akan dilakukan dimanapun, apalagi di lingkungan pendidikan. 

Islam yang memiliki standar halal dan haram yang sahih memberikan solusi komprehensif untuk menanggulangi tindakan amoral yang dalam hal ini terdiri atas tiga pilar. 

Pertama, individu yang bertakwa. 
Kedua, masyarakat yang memiliki pemikiran dan perasaan Islam, sehingga aktivitas amar makruf nahi mungkar adalah bagian dari keseharian mereka. 
Ketiga, negara yang menerapkan sanksi tegas sehingga keadilan hukum akan tercapai. Sistem sanksi dalam Islam akan bersifat menjerakan orang yang melakukan kemaksiatan serta membuat takut orang lain untuk melakukan dosa yang sama. 

Dengan ke 3 pilar ini, maka kemaksiatan dapat ditanggulangi dan diminimalisir, bukan hanya di lingkungan pendidikan tetapi juga di seluruh wilayah negara. 

Maka, sudah jelas hanya sistem Islam yang dapat mengatasi dan menjadi solusi dalam setiap problematika hidup manusia. Sudah saatnya kita kembali ke dalam sistem Islam, sistem hakiki yang berasal dari Sang Pencipta, Allah Swt. Wallahu'alam bissawab.


Share this article via

65 Shares

0 Comment