| 4 Views

Sudan Membara, Negeri Muslim Kembali Menderita

Oleh: Asmanah
Aktivis Muslimah

Dilansir Republika, Rabu 29 Oktober 2025 warga Sudan melarikan diri dari kota El-Fasher setelah para pasukanmiliter Sudan membunuh ratusan orang di wilayah Barat Darfur di Kamp Tawila, Sudan. Pasukan RSF dilaporkan telah membunuhi warga di banyak masjid dan rumah sakit. 

Sebanyak 1.500 warga Sudan meninggal dalam waktu tiga hari menyusul penguasaan pasukan dukungan cepat (RSF) di El-Fasher. Angka ini menunjukkan betapa mengerikannya perang saudara di Sudan. Krisis Sudan kembali membara, ribuan orang mengungsi, pembunuhan massal dan pemerkosaan terus terjadi semakin mengerikan. 

Sementara itu dilansir Minanews, kondisi kemanusiaan di El-Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara semakin mengkhawatirkan setelah lebih dari 62.000 warga mengungsi hanya dalam waktu empat hari terakhir yaitu antara 26 hingga 29 Oktober. Kondisi ini diperparah dengan kekurangan pangan, air bersih dan tempat berteduh yang layak. 

Sudan adalah negara terbesar di Afrika dan mayoritasnya muslim. Kekayaan Sumber Daya Alamnya melimpah, memiliki piramid lebih banyak dan sungai Nil yang lebih panjang dari Mesir. Selain itu, Sudan juga merupakan produsen emas Arab terbesar, tapi sayang mengalami krisis kemanusiaan sangat panjang. 

Konflik dan Kekejaman yang Melanda Warga Sudan
Sungguh memilukan umat muslim di dunia ini.  Selain Gaza yang terus diserang Israel, kini umat muslim di Sudan mengalami pembunuhan massal. Peristiwa ini adalah puncak krisis yang sudah berlangsung lama. Banyak kaum perempuan yang dirudapaksa sebelum akhirnya dibunuh dengan anak-anak mereka. Sementara kaum laki-lakinya baik tua maupun muda disiksa dengan kejam, digantung di tempat-tempat umum lalu ditembak secara masal. Sungguh sangat mengerikan mereka dibunuh tanpa alasan tanpa kesadaran. Mereka tidak bisa melarikan karena pasukan RSF yang didukung oleh Arab Imarat dan mengepung mereka dari seluruh arah. 

Sesungguhnya peperangan ini bukan murni konflik etnis. Akan tetapi ada keterlibatan negara adidaya (AS) dan Inggris yang melibatkan negara-negara bonekanya (Zionis dan UEA) terkait rebutan pengaruh politik (proyek timur tengah baru AS) demi kepentingan perampokan SDA yang melimpah ruah. Pembantaian ini merupakan perpanjangan dari apa yang terjadi di El-Fasher selama lebih dari satu setengah tahun lalu. Begitu banyak warga sipil terbunuh akibat pemboman, kelaparan dan eksekusi di luar hukum. Konflik ini telah menewaskan puluhan ribu orang, menyebabkan jutaan orang mengungsi dan mendorong sebagian besar wilayah Sudan ke ambang kelaparan meskipun gencatan senjata berulang kembali diserukan oleh PBB dan para mediator regional. 

Perang saudara di Sudan ini telah berlangsung selama 22 tahun antara tahun 1983 dan 2005. Ini merupakan perang saudara kedua setelah perang yang terjadi di Sudan Selatan pada tahun 1955 dan sekarang. Perang di Sudan ini telah memasuki tahun ketiga yang melibatkan tentara Sudan dan RSF. 

Meski perdamaian sudah ditandatangani, namun Sudan belum bisa dikatakan benar-benar damai. Konflik sporadis terus terjadi di berbagai penjuru Sudan baik di utara, selatan maupun di bagian barat (Darfur). Sejak perang terakhir ini pecah, RSF berada di atas angin. Namun, seperti karakter asalnya RSF kerap melakukan kekejian atas mereka yang dianggap sebagai pihak lawan. Sudah lebih dari 150.000 warga tewas dan 12 juta orang mengungsi itu terhitung dari sejak konflik meletus hingga penyerangan Pangkalan Militer El-Fasher di Darfaur pada tanggal 26 Oktober 2025. PBB pun menyebut kondisi Sudan sebagai krisis kemanusiaan terbesar dan Sudan sebagai rumah bagi krisis pengungsian terbesar di dunia. 

Lembaga-lembaga dan aturan internasional dibuat untuk kepentingan melanggengkan hegemoni negara-negara adidaya terhadap negeri-negeri kaum muslim. Faktanya krisis Sudan adalah skenario licik negara adidaya dengan melibatkan negara-negara boneka dan antek lainnya. Sudan yang kaya akan sumber daya alamnya hanya menjadi objek permainan dan perebutan negara-negara adidaya. Selama ini dunia termasuk umat Islam telah dibodohi dengan propaganda krisis Sudan sebagai konflik etnis atau perang saudara, teganya mereka membiarkan rakyat Sudan menderita dalam waktu yang sangat lama. 

Hal ini adalah akibat dari bercokolnya nasionalisme yang dicekokkan penjajah pada mereka, sehingga solidaritas seagamapun nyaris hilang tidak tersisa. Inilah potret umat Islam saat berada di bawah cengkraman sistem sekuler kapitalisme global. 

Sikap Umat Islam
Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai umat Islam? Sudan adalah negeri muslim dan bagian dari umat Islam secara keseluruhan. Wajib bagi kita untuk tidak membiarkan pertumpahan darah sesama umat Islam terjadi. Umat harus dinaikkan level berpikirnya sehingga mampu membaca seluruh problem dunia dalam kacamata ideologis. Ini merupakan keniscayaan perang peradaban antara Islam dan ideologi kufur. Kita sebagai umat muslim belum bisa melaksanakannya selama umat Islam tersekat-sekat dalam penjara nasionalisme dan ketiadaan pemimpin bagi seluruh umat Islam. Maka dari itu, mereka nyaris putus asa berharap pada para penguasa muslim dunia yang hanya peduli pada kursi kekuasaannya, apalagi para penguasa Arab yang jelas-jelas telah mengkhianati mereka. Umat harus disadarkan bahwa hanya sistem islam (khilafah) yang bisa diharapkan dan menyolusi berbagai krisis, baik politik, ekonomi dan lain lain. Kesadaran ini harus memotivasi umat untuk turut berjuang menegakkan khilafah karena dorongan iman agar kerahmatan bisa tercipta di dunia. 

Perang yang terjadi adalah perang perebutan kekuasaan atas harta kaum muslimin yang seharusnya menjadi milik kaum muslimin melalui tangan seorang khalifah. Persatuan negeri-negeri muslim di bawah naungan khilafah adalah sebuah keniscayaan untuk melawan hegemoni negara-negara kafir barat. Selama ini Barat terus menjajah dan memecah belah umat Islam hingga menderita.

Untuk itu, mari kita sama-sama memperjuangkan khilafah dengan penuh kesungguhan sebagaimana dahulu Rasulullah saw. dan para sahabatnya telah mencontohkan dengan menapaki jalan dakwah ilal islam. Hal ini dilakukan dengan membangun kesadaran di tengah umat tanpa kekerasan baik tentang kesempurnaan dan hukum-hukumnya, serta tentang bagaimana hukum hukum itu bisa diterapkan dan menyolusi berbagai persoalan kehidupan hingga terwujud rahmat bagi seluruh alam. 

Sudah saatnya bagi kita umat Islam bersatu untuk menegakkan keadilan dan menindak kedzaliman terhadap saudara-saudara kita kaum muslimin dengan menjalankan syari'at Islam secara kafah. 

Wallahu'alam bishawwab.


Share this article via

0 Shares

0 Comment