| 17 Views

Rumah Moderasi Membahayakan Akidah Generasi

Oleh : Anne
Ciparay Kab. Bandung.

Pemerintah saat ini tengah menggalakkan moderasi beragama, dan menjadi salah satu agendanya yakni didirikan Rumah Moderasi Beragama (RMB) di sejumlah kampus Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) yang berada di seluruh Indonesia. Hal ini dikarenakan potensi konflik terkait isu agama, kerap bermunculan di berbagai wilayah di Indonesia. Oleh karenanya, Kementerian Agama (Kemenag) berupaya mencegah terjadinya konflik berbau agama. Di antaranya, melalui rumah moderasi beragama (RMB), sebagai terobosan besar untuk mewujudkan kerukunan beragama.(www.jawapos.com) 

Sebagaimana, pernyataan ketua panitia peluncuran Griya Moderasi Beragama Universitas Brawijaya, In'amul Wafi, M.Ed. Menuturkan bahwa, moderasi beragama dapat dipahami sebagai upaya serta proses peletakan pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang dilakukan secara benar, seimbang, dan fungsional. Upaya serta proses ini diyakini dimiliki semua ajaran agama. Hadirnya program ini, menurutnya sangat relevan bagi kehidupan kampus, terlebih bagi generasi muda seperti halnya mahasiswa. Karena hanya dengan cara itulah keragaman dapat disikapi dengan bijak serta toleransi dapat diwujudkan.
(prasetya.ub.ac)

Maraknya pendirian RMB menunjukkan cara pandang negara atas konflik dan solusinya. Padahal, ini bukan solusi mengingat moderasi beragama sejatinya justru upaya untuk menjauhkan umat dengan aturan agamanya (Islam). Karena, prinsip-prinsip yang diajarkan bertentangan dengan Islam yang lurus. Didirikannya RMB di berbagai kampus Perguruan Tinggi, Inti tujuannya sama, yakni menjadikan moderasi beragama sebagai solusi dari kekhawatiran terjadinya perpecahan di tengah masyarakat, terutama terkait isu agama.

Moderasi beragama yang dipahami dengan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem adalah hal baru yang dimunculkan untuk membuat umat Islam tidak memahami agamanya dengan menyeluruh atau agar mereka beragama dengan setengah- setengah saja ( sekuler). Pendirian RMB juga, sejatinya menguatkan program moderasi beragama yang merupakan arus global, untuk menghadang bangkitnya Islam sebagaimana rekomendasi Rand Corporation, yang berdiri di atas asas sekularisme.

Generasi muda, memang menduduki posisi penting dalam masyarakat, karena merekalah yang menjadi para pelaku pada masa depan. Oleh karenanya, generasi muda haruslah dibekali dengan hal-hal yang dibutuhkan agar dapat menghadapi tantangan zaman, yakni pemahaman Islam yang utuh, bukan dengan moderasi beragama. Orang yang moderat dalam beragama, akan memandang agama dengan tidak menyeluruh, sehingga mereka menjadi rentan melakukan kemaksiatan atau pelanggaran. Mereka akan menjadi sekuler karena agama hanya dipahami sekadar ritual belaka dan urusan kehidupan lepas dari aturan agama.

Padahal agama Islam adalah "way of life" yakni panduan dari Allah Sang Pencipta untuk manusia agar dapat menjalani kehidupan dengan baik, sehingga terwujud ketenteraman, kedamaian, dan kesejahteraan. Oleh karena itu, moderasi beragama justru akan menggerus identitas generasi muda Islam.

Berbeda solusi, jika datangnya dari Islam. Dalam Islam, menjaga akidah adalah salah satu kewajiban negara yang ditetapkan Islam. Oleh karena itu, negara dalam sistem Islam tidak akan memfasilitasi berbagai hal yang justru dapat merusak akidah dan agama umat seperti dengan mendirikan RMB.

Selain itu, penguasa dalam Islam memiliki kewajiban memberikan nasihat takwa dan menjaga kehidupan agar tetap terikat aturan syarak. Serta juga, mengingatkan umat melalui berbagai media, melalui Departemen Penerangan Negara maupun penempatan qadi hisbah yang akan secara langsung menjaga akidah umat. Tanpa penguatan terhadap pemahaman Islam secara utuh ( kaaffah), seorang muslim akan berat melakukan kebaikan dan ringan melakukan keburukan atau kejahatan, akibatnya kerusakan akan terus merajalela.

Sesungguhnya, Islam jauh dari tuduhan sebagai pemicu konflik terkait isu agama. Sebab, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah yang Maha Sempurna. Islam adalah agama yang sempurna yang ketika diterapkan secara menyeluruh akan mendatangkan kemajuan dan kegemilangan peradaban. Sejarah telah membuktikan, bahwa penerapan Islam selama 13 abad di bawah naungan Khilafah telah berhasil menyatukan berbagai perbedaan suku, bangsa, dan budaya dalam kehidupan yang harmonis, tenteram, dan sejahtera.

Mahasiswa hari ini butuh gambaran Islam kaaffah, bukan yang lainnya. Jadi sekali lagi, yang dibutuhkan adalah pemahaman Islam yang menyeluruh, bukan moderasi beragama, seperti yang di gadang-gadang sistem sekularisme.

Wallahu a'lam bish shawwab.


Share this article via

2 Shares

0 Comment