| 35 Views
Pemilu Membawa Malapetaka Bagi Umat
Oleh : Dewi yuliani
Tengah ramai menjadi bahan perbincangan di masyarakat mengenai bencana banjir yang baru saja terjadi di kota Medan dan sekitarnya, betapa luarbiasanya pemilu pada tanggal 27 November tahun 2024 ini akan dikenang menjadi duka bagi masyarakat Sumut umumnya. Bukannya merayakan pesta demokrasi justru pemilu kali ini membawa duka bagi kita. Harapan ummat bahwa pemilu ini akan melahirkan pemimpin yang adil dan amanah. Namun, harapan rakyat tampaknya akan kembali pupus. Sebabnya, aroma politik kotor pilkada menjelang pencoblosan malah makin pekat. Hal itu tampak dari mobilisasi kades untuk memilih paslon tertentu, praktik suap, kecurangan, hingga mempermainkan agama dengan menjanjikan para pemilihnya masuk surga.
Janji mereka bukan membawa kemaslahatan bagi umat melainkan malapetaka bagi masyarakat. Alih - alih mendapatkan serangan fajar yang ditunggu-tunggu masyarakat justru yang terjadi adalah serangan banjir yang melanda di tengah - tengah kita.
Semua ini terjadi akibat ulah para pemimpin zolim, Tanpa mereka sadari mereka telah mengundang azabnya Allah.
Betapa mirisnya, karena Masih banyak masyarakat yang mengharapkan siraman fajar dari para penguasa yang dimana tak kunjung datang dan hanya segelintir umat saja yang mendapatkan. Sedangkan yang lainnya malah mendapatkan kepastian dari Allah yaitu berupa siraman banjir dan air hujan berkepanjangan yang dimana hal itu sebagai bentuk murka nya Allah kepada penguasa yang hingga saat ini terus - menerus menzolimi rakyatnya hingga terjadi kemiskinan dimana mana.
Akar masalah yang menyebabkan datangnya malapetaka bagi masyarakat miskin tak lain adalah ulah para penguasa yang zolim yang tidak pernah adil dalam pengayoman terhadap masyarakatnya. Ketamakan dan kerakusan akan kursi jabatan membuat mereka lupa akan tanggung jawabnya terhadap rakyat. Dengan di persulitnya ekonomi saat ini, dan juga banyaknya bantuan yang tidak merata, serta kemiskinan yang menjamur dimana - mana yang akhirnya menyebabkan maraknya kasus bunuh diri dan perceraian dampak dari sulitnya ekonomi yg terjadi di tengah masyarakat.
Sejatinya Islam tidak pernah zolim kepada masyarakatnya, justru negara Islam berkewajiban mengayomi masyarakat dari segala aspek kehidupan, baik sandang, pangan dan papan, semua tercukupi dan di fasilitasi dengan baik oleh negara, namun sayangnya negara kapitalis hari ini tidak mampu memenuhi kebutuhan rakyatnya, mereka hanya peduli dengan kepentingan diri sendiri hingga mereka lupa akan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai periayah umat dan perisai bagi masyarakat.
Hanya Islamlah satu - satunya yang bisa membawa kesejahteraan bagi masyarakat dan memenuhi segala kebutuhan rakyatnya, hingga tidak ada satu pun manusia yang akan mengalami kemiskinan. Tidak ada jalan lain yang harus ditempuh umat Islam selain mereka segera kembali kepada tuntunan Allah SWT.
Mereka harus segera mewujudkan kepemimpinan Islam, dan siap membaiat khalifah untuk menerapkan syariat Islam kafah dalam naungan sistem politik yang disebut sebagai negara Islam, inilah yang akan menyatukan umat dan memobilisasi semua sumber daya yang mereka miliki demi kemaslahatan Islam. Juga untuk menjaga wibawa negara serta mengurus dan menyejahterakan seluruh rakyatnya tanpa terkecuali, baik muslim maupun nonmuslim.
Oleh karena itu, jangan pernah berharap bahwa sistem demokrasi mampu melahirkan pemimpin yang amanah, justru demokrasi sendirilah yang merupakan sistem rusak dan merusak sehingga individu dan parpol hanya bekerja berdasarkan materi, sehingga Rakyat pun menjadi korban kerakusan para elite oligarki.
Dengan demikian, sistem politik yang fokus kepada kemaslahatan umat hanya bisa terjadi melalui penerapan sistem politik Islam. Pemilihan kepala daerah yang ditunjuk oleh negara berfungsi untuk menyederhanakan proses pengangkatan sehingga tidak membutuhkan banyak biaya, dan yang terpenting sesuai dengan sunah Nabi saw..
Wallahualam bissawab.