| 106 Views
Mewujudkan Infrastruktur Transportasi Yang Layak Hanya Dengan Sistem Islam

Oleh : Siti Rodiah
Majunya ekonomi suatu negeri salah satunya di topang oleh infrastruktur transportasi nya. Jika infrastruktur transportasi nya bagus akan memicu perkembangan ekonomi yang positif. Tapi pada kenyataannya di negeri kita masih banyak masalah terkait infrastruktur transportasi yang tidak memadai dan tidak layak, khususnya transportasi darat.
Di kutip dari ANTARA bahwasanya Jalan Raya Ponorogo-Pacitan di kilometer 233, tepatnya di Desa Ploso, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, amblas sepanjang 50 meter akibat tergerus arus air Sungai Grindulu.
Kerusakan ini terjadi pada Sabtu (7/12) dan menyebabkan hampir separuh badan jalan hilang, sehingga mengganggu lalu lintas kendaraan yang melintas di jalur tersebut, demikian disampaikan Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Pacitan, Djoko Putro Utomo saat dikonfirmasi awak media, Minggu.
Djoko juga menjelaskan bahwa akses bagi kendaraan bertonase di atas tujuh ton sementara waktu ditutup. Pantauan di lokasi juga menunjukkan upaya tanggap darurat sudah dilakukan. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Jalan dan Jembatan DPU Bina Marga Jawa Timur wilayah Pacitan memasang garis polisi (police line) sebagai penanda agar pengguna jalan berhati-hati, terutama pada malam hari karena kurangnya penerangan.
Kalau kita cermati lebih dalam banyak sekali infrastruktur jalan umum terutama di pedesaan yang rusak parah dan belum ada upaya perbaikan dari pemerintah setempat. Ini menandakan pembangunan infrastruktur transportasi masih belum merata, padahal transportasi merupakan pilar penting yang menghubungkan antar wilayah dan merupakan urat nadi perekonomian rakyat. Bisa dibayangkan ketika infrastruktur berupa jalan umum rusak pasti akan menghambat proses distribusi barang dan jasa. Ujung-ujungnya ekonomi rakyat yang terkena imbasnya.
Infrastruktur jalan yang rusak juga menjadi masalah serius bagi anak-anak sekolah di wilayah pedesaan. Apalagi ketika musim penghujan datang bisa dipastikan jalanan yang rusak dan tidak layak disebut jalan ini akan menjadi kubangan lumpur yang siap ditanami padi. Banyak anak-anak sekolah maupun para warga yang terjatuh dan terjebak kubangan lumpur bahkan kendaraan mereka tidak bisa di kendarai seperti biasanya. Jadi bukan hanya sektor ekonomi saja yang terkena dampaknya, dunia pendidikan juga terkena dampaknya.
Kita juga tidak bisa mengkambinghitamkan letak geografis dan karakteristik topografi Indonesia yang beragam dan keterbatasan dari segi anggaran pembiayaan nya. Karena sejatinya, masalah utamanya adalah gagalnya negara dibawah kepemimpinan sekuler dalam mengurus, melayani dan menjaga rakyatnya. Selama ini penguasa dalam sistem kapitalis sekuler hanya menempatkan dirinya sebagai regulator dan fasilitator bagi kepentingan pemilik modal sekaligus pebisnis yang menghitung untung dan rugi dalam pemenuhan hak rakyat. Seharusnya penguasa atau negara sebagai pemeran utama dalam mengurus kepentingan rakyat bukan pemilik modal, tetapi yang terjadi tidak seperti itu negara malah membuka keran investasi selebar-lebarnya atas nama pembangunan infrastruktur transportasi bagi para pemilik modal.
Rakyat sudah sering mengajukan usulan perbaikan jalan kepada pemerintah setempat tetapi berulang kali tidak ditanggapi dan ini menjadi bukti abainya penguasa atas kebutuhan rakyat. Bahkan ada jalan yang sudah diperbaiki tetapi tidak menunggu waktu lama rusak kembali karena perbaikan jalan yang terkesan asal-asalan. Apalagi kalau ada pejabat yang mau datang ke daerah, jalan yang rusak tanpa pikir panjang pun akan langsung diperbaiki. Sungguh sangat menyedihkan negeri kita.
Didalam sistem Islam, infrastruktur jalan adalah salah satu hak rakyat yang wajib ditunaikan oleh negara dengan kualitas dan kuantitas yang memadai dan mempermudah kehidupan mereka. Dimana jalan dibuat mulus (di aspal), rambu-rambu lalu lintas juga dilengkapi seperti lampu-lampu penerangan jalan, trotoar dan lain sebagainya.
Bahkan di masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab, beliau di ceritakan sedang bersedih dan gelisah setelah mendengar informasi tentang keledai yang tergelincir dan jatuh ke jurang karena jalan yang rusak dan berlubang. Ajudan Umar bin Khattab bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, bukankah yang mati hanya seekor keledai?". Umar bin Khattab menjawab dengan nada serius dan wajah menahan marah, "Apakah engkau sanggup menjawab dihadapan Allah ketika ditanya tentang apa yang telah engkau lakukan ketika memimpin rakyatmu?". Begitulah ketika pemimpin yang mempunyai ketakwaan individu yang luar biasa, karena sistem yang menaunginya adalah sistem yang dapat melahirkan manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa
Penerapan syariat Islam secara kaffah harus segera diwujudkan di semua aspek kehidupan karena meniscayakan negara dalam memenuhi hak rakyat nya tersebut tanpa memperhitungkan keuntungan dan tanpa bergantung kepada swasta. Karena negara dalam sistem Islam memiliki banyak sumber pemasukan anggaran seperti sumber kepemilikan umum (barang tambang ) dengan deposit yang melimpah yang memungkinkan negara membangun sarana transportasi secara mandiri.
Wallahu a'lam bisshawab