| 642 Views

Menteri dan Kurikulum Berganti, Mampukah Memperbaiki Generasi?

Oleh : Lilis Tri Harsanti, S.Pd 
Aliansi Penulis Rindu Islam

Perbincangan mengenai kemungkinan perubahan Kurikulum Merdeka menjadi Kurikulum Deeplearning semakin gencar terdengar. Hal ini menyusul pernyataan terbaru dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti. Rencana ini menandai niat pemerintah untuk mengevaluasi Kurikulum Merdeka dan mengarahkan pendidikan menuju pendekatan baru yang lebih dalam dan berpusat pada keterlibatan siswa secara aktif.

Kurikulum Deep Learning sendiri dimaksudkan untuk memperdalam pemahaman siswa dengan metode yang mengajak mereka tidak hanya memahami materi, tetapi juga menghayatinya melalui pendekatan Mindful Learning, Meaningfull Learning, dan Joyful Learning. Kurikulum ini merupakan adaptasi dari konsep deep learning dalam kecerdasan buatan, yang mengacu pada pendekatan pemrograman yang memungkinkan komputer mengenali pola kompleks dari berbagai jenis data, seperti gambar dan teks. Dalam konteks pendidikan, deep learning dapat membantu siswa memahami materi lebih mendalam melalui pengalaman yang lebih bermakna.

Pendekatan Mindful Learning berarti pembelajaran yang memperhatikan karakteristik unik siswa. Pendekatan Meaningful Learning berfokus pada pemahaman mendalam tentang materi yang terkait erat dengan kehidupan nyata. Pendekatan Joyful Learning memprioritaskan lingkungan belajar yang mendukung kesenangan dan rasa penasaran.

Seiring perkembangan teknologi, pola pembelajaran yang konvensional mulai dinilai kurang relevan dalam membekali generasi muda. Dengan peralihan ke Kurikulum Deep Learning, diharapkan peserta didik tidak hanya menghafal atau memahami secara dangkal, tetapi juga terlibat secara emosional dan intelektual (Melintas, 9-11-2024).

Sungguh berat tugas guru karena nasib masa depan anak bangsa ada di pundaknya. Oleh karenanya, sangat wajar jika kita berterima kasih kepada mereka ‘sang pahlawan tanpa tanda jasa’.

Namun, seberat apa pun beban amanah yang ada, mereka hanya bisa mengikuti titah penguasa. Mereka menjalankan kurikulum yang diputuskan, tidak mampu menolak meskipun menjumpai banyak kesalahan. Tahun lalu kurikulum Merdeka Belajar dan saat ini ganti Kurikulum Deep  Learning.

Pertanyaannya, akankan perubahan kurikulum ini membawa perubahan? Melihat kondisi generasi sekarang yang sarat dengan problematika, seperti maraknya kasus bunuh diri. Alasannya pun bermacam-macam, ada yang karena cinta, terlilit utang, hingga permasalahan keluarga. Masalah lain yang turut menerpa generasi muda saat ini adalah perundungan, perkelahian, perzinaan, narkoba, hingga pembunuhan.

Berbagai macam kerusakan generasi ini harusnya menjadi alarm bagi penguasa. Mereka perlu introspeksi untuk menemukan akar masalahnya. Namun, alih-alih menemukan penyebabnya, mereka malah pengganti kurikulum lagi dan berharap ada perbaikan. Ini menunjukkan bahwa pemerintah tampak tidak serius mengatasi permasalahan generasi.

Fenomena kerusakan generasi menunjukkan bahwa pembelajaran selama ini tidak berjalan dengan baik. Setiap ganti menteri, kurikulum ikut berganti. Akan tetapi, bukannya generasi bertambah baik, yang ada justru mengalami degradasi. Sudah sepatutnya kita mengoreksi akar masalah sebenarnya.

Kita ketahui, penguasa sekarang memegang sekularisme, konsep yang menyatakan tidak ada campur tangan Sang Pencipta dalam kehidupan bernegara. Hasilnya, semua aturan dibuat oleh akal manusia. Manusia, sebagai makhluk yang tidak pernah puas, menjadikan hawa nafsu sebagai tuntunan. Hasilnya, hanya ada keinginan untuk mendapat materi atau kepuasan dunia semata.

Kesombongan manusia karena merasa pandai dengan akalnya dan ambisi mereka untuk sebanyak-banyaknya mendapatkan materi, melahirkan kurikulum yang jauh dari firman Ilahi. Beginilah kondisinya jika kepemimpinan diambil alih oleh orang-orang yang menjadikan kapitalisme sebagai ideologi.

Oleh sebab itu, sesering apa pun negara tersebut mengganti kurikulum, selama pemimpinnya masih memakai kapitalisme dan sekularisme sebagai landasan dalam berbuat, generasi akan sulit untuk diperbaiki.

Islam memandang generasi sebagai aset besar bagi bangsa dan negara. Mereka adalah calon pemimpin masa depan yang akan menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia. Dalam hal ini. Islam memiliki konsep khusus untuk mewujudkan generasi emas yang berkepribadian Islam.

Sistem Islam (Khilafah) akan menerapkan sistem pendidikan Islam yang menjadikan akidah Islam sebagai landasannya. Adapun tujuan dari penerapannya adalah untuk memuliakan manusia agar memiliki pola pikir dan sikap Islam. Khalifah akan membuat kurikulum sesuai dengan pandangan Islam, bukan berorientasi materi belaka.

Contohnya, pada tingkat dasar, anak-anak akan ditanamkan tentang akidah Islam agar paham mana yang benar dan salah. Pada tingkat tinggi, baru diberikan soal pendidikan yang mengandung hadharah. Ini agar pemahaman generasi dari hadharah yang bertentangan dengan Islam, dapat terjaga.

Konsep pembelajaran sistem pendidikan Islam pun jauh berbeda dengan sistem sekarang. Pembelajaran dalam Islam adalah lebih untuk diamalkan. Apa pun yang dipelajari, nantinya untuk diamalkan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Alhasil, generasi akan selalu berpikir membuat karya untuk umat, bukan untuk kepuasan akal pribadi.

Begitu pula dengan para pendidiknya, penghargaan untuk mereka tidak sekadar dengan mengadakan Hari Guru. Negara juga tidak akan membiarkan gelar ‘pahlawan tanpa tanda jasa’, melainkan akan memuliakan dan memberikan gaji yang senilai dengan kerjanya. Pada masa Khalifah Umar bin Khaththab, misalnya, gaji guru mencapai 15 dinar (1 dinar setara 4,25 gram emas).

Guru pun akan berupaya sebaik mungkin untuk menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan menjalankan amanahnya dengan baik. Pada saat yang sama, Islam juga mengajarkan murid untuk menghormati guru mereka.

Pada intinya, sistem pendidikan Islam merupakan bagian dari satu kesatuan sistem Islam yang wajib diterapkan. Dengan sistem Islam, generasi akan terjaga dari segala kerusakan. Gambaran generasi cemerlang ini dapat kita saksikan pada masa Kekhalifahan Islam yang pernah tegak selama berabad-abad silam.

Wallahualam.


Share this article via

124 Shares

0 Comment