| 352 Views
Mengaktivasi peran Gen Z dalam perjuangan menegakkan Islam kaffah

Oleh : Inang
Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Buton
Generasi muda saat ini tumbuh di tengah arus teknologi yang begitu deras, dari ponsel hingga media sosial, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Teknologi membawa banyak kemudahan, memperluas akses informasi, dan membuka peluang baru dalam berbagai bidang. Namun, di balik segala manfaatnya, muncul pertanyaan yang semakin penting: apa dampak penggunaan teknologi ini terhadap kesehatan mental generasi muda? Banyak penelitian menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan teknologi berlebih dengan peningkatan stres, kecemasan, hingga depresi.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas lebih dalam bagaimana dampak teknologi terhadap kesehatan generasi muda, serta peran penting yang harus dimainkan oleh berbagai pihak untuk memastikan generasi muda tumbuh dengan sehat secara mental di era digital.
Tekanan Sosial dan Media Digital, Media sosial, sebagai salah satu produk teknologi digital, menjadi arena bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri. Sayangnya, di balik itu, ada dampak psikologis yang serius. Banyak remaja merasa tertekan karena perbandingan sosial yang tak sehat. Fenomena fear of missing out (FOMO), di mana seseorang merasa tertinggal dari aktivitas sosial orang lain yang dipamerkan di media sosial, sering kali memicu kecemasan dan ketidakpuasan terhadap diri sendiri.
Di Indonesia, laporan dari Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa 6,1% penduduk berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Fakta lain menunjukkan bahwa lebih dari 15,5 juta remaja di Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, khususnya terkait kecemasan dan depresi.
Kecanduan Teknologi dan Dampaknya terhadap Tidur Selain itu, kecanduan teknologi menjadi masalah yang kian serius di kalangan generasi muda Indonesia. Remaja sering menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar untuk bermain game, berselancar di media sosial, atau menonton video online, yang berpotensi mengganggu kualitas tidur mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gadget secara berlebihan, terutama di malam hari, menyebabkan gangguan tidur yang berpengaruh pada kesehatan mental, seperti meningkatkan risiko depresi dan kecemasan.
Di Indonesia, masalah ini terlihat semakin nyata, di mana lebih dari 21,8% remaja mengalami gangguan tidur yang dipicu oleh penggunaan perangkat digital.
Stigma dan Akses Terbatas ke Fasilitas Kesehatan, MentalMeskipun masalah kesehatan mental semakin banyak dibahas, stigma sosial di Indonesia masih menjadi penghalang bagi generasi muda untuk mencari bantuan. Banyak remaja yang merasa malu atau takut dianggap lemah jika mengakui bahwa mereka sedang mengalami masalah mental. Padahal, berdasarkan data dari WHO, tingkat bunuh diri di Indonesia adalah 3,4 kasus per 100.000 penduduk, dan banyak di antaranya melibatkan remaja yang mengalami gangguan mental yang tidak tertangani.
Stigma sosial terkait kesehatan mental masih menjadi kendala besar bagi generasi muda Indonesia untuk mencari bantuan profesional. Walaupun semakin banyak yang membicarakan pentingnya kesehatan mental, banyak remaja yang enggan mengakui bahwa mereka membutuhkan bantuan karena takut dianggap lemah atau “tidak normal”. Ini diperparah dengan kurangnya layanan kesehatan mental yang mudah diakses oleh masyarakat luas.
Selain stigma, akses ke layanan kesehatan mental di Indonesia masih sangat terbatas, terutama di daerah pedesaan. Selain itu, Gen Z juga terjebak dalam arus besar gaya hidup rusak, mulai dari FOMO, game online, judi online (judol), seks bebas, konsumerisme, dan hedonisme.
Berbagai masalah yang dialami Gen Z adalah dampak dari sistem demokrasi kapitalisme yang banyak melahirkan aturan rusak. Generasi muda kehilangan identitas diri dan tujuan hidupnya Sehingga melahirkan tingkah laku dan pola pikir yang jauh dari islam. Kehidupan kapitalis membuat Gen Z lupa akan tujuan penciptaannya, mereka disibukkan untuk mencari materi dan kesenangan sesaat.
Di sisi lain, sistem ini membuat negara lepas tanggung jawab dalam menjamin pemenuhan kebutuhan generasi muda. Sedikitnya peluang pekerjaan yang diberikan oleh negara serta biaya pendidikan yang mahal lagi-lagi mengurangi kesempatan generasi dalam mengoptimalkan potensinya. Alhasil, Gen Z malah mengalihkan potensinya pada pekerjaan yang haram seperti judi online.
Maka sudah jelas bahwa sistem ini memandulkan potensi generasi muda sebagai agen perubahan, termasuk membangun sistem kehidupan yang shahih. Demokrasi menjauhkan Gen Z dari perubahan hakiki dengan Islam kaffah, padahal hanya dengan sistem Islam generasi dan umat manusia akan selamat.
Penerapan sistem demokrasi dengan akidah sekuler nya telah merusak generasi. Demokrasi telah membajak potensi pemuda hanya sekedar untuk menopang sistem ekonomi kapitalisme, mengikuti arahan barat penjajah melalui dunia pendidikan yang berbasis kerja dan pengejar materi.
Demokrasi telah menipu gen Z. Menjadikan gen Z sebagai agen penjaga demokrasi dengan melibatkan mereka sebagai pemilih pemimpin dalam pemilihan umum demokrasi.
Akibatnya gen Z kehilangan pemikiran kritis terhadap sistem rusak yang telah diterapkan atas mereka. Yang menimbulkan penderitaan dan semua persoalan manusia dan generasi. Gen Z tidak lagi peduli dengan kondisi negeri yang terpuruk dan terjajah akibat penerapan sistem demokrasi kapitalisme.
Gen Z tidak peduli masalah agama dan akidahnya serta nasib kaum muslimin diseluruh negeri muslim yang sedang tertindas apalagi genosida yang dilakukan oleh penjajah Israel laknatullah dan sekutunya yaitu kaum kuffar berupa negara kapitalis penjajah terhadap saudara muslim Palestina, Gaza. Gen Z benar-benar terlelap tidur dengan tipuan palsu dunia yang menyenangkan.
Pemuda dan generasi ini tidak faham akan perubahan hakiki yang akan menyelamatkan generasi dan umat manusia yaitu perubahan secara mendasar yaitu islam kaffah.
Maka untuk itu, gen Z membutuhkan adanya partai yang akan membina Gen Z secara shahih yang mendorong terbentuknya gen Z berkepribadian Islam, yang akan membela Islam dan membangun peradaban islam.
Wallahualam bissawab