| 169 Views

Maraknya Bunuh Diri Hanya Islam Solusi Tuntas

Oleh : Dewi yuliani 

Maraknya bunuh diri disetiap wilayah baik antar desa mau pun kota betapa mirisnya negri yang kita cinta ini tidak bisa menyelesaikan permasalahan umat, ini sebagai bukti kegagalan negara yang tidak bertanggung jawab penuh dalam pengurusan rakyat.

Baru - baru ini terjadi puluhan warga dibantul mati bunuh diri karena depresi dan Masalah ekonomi aksi bunuh diri marak terjadi dikabupaten Bantul (DIY) akhir - akhir ini bahkan kasus terbaru yakni ditemukannya pria meninggal dunia akibat gantung diri berinisial RH ( 46 tahun ) di Bantul pada Kamis (5/12/2024) polres Bantul bahkan mencatat sudah ada 25 kasus bunuh diri ini terjadi karena berbagai alasan, seperti depresi, sulit ekonomi, bahkan terjerat hutang. Tak cukup sampai disitu ada banyak beberapa wilayah dimana pun yang terlalu mudah memilih jalan pintas yaitu bunuh diri akibat tekanan sulitnya ekonomi dan Tak mampu menahan beban hidup yang begitu berat dijalankan oleh rakyat saat ini.

Sudah jelas kerusak kegagalan negara yang tidak mengayomi masyarakatnya dari segi pendidikan, ekonomi, sandang pangan dan papan membuktikan bahwa lepasnya tanggu jawab negara untuk tidak terpenuhinya pasilitas karyat bahkan tak cukup sampai disitu banyaknya beban rakyat yang menanggung berbagai pajak yang harus dibayar sehingga menyebabkan depresi serta sulitnya lapangan pekerjaan sehingga banyak rakyat yang mencari jalan pintas dengan cara mati bunuh diri.

Sejatinya didalam Islam bunuh diri bukanlah solusi tuntas dalam Islam melainkan jalan yang penuh kesesatan akibat mirisnya keimanan dan ketakwaan individu yang membuat mereka putus asa dalam menjalankan hidup. Serta tidak adanya aturan hidup didalam Islam yang membuat rakyat Putur akan rejeki yang Allah berikan, Padahal rejeki sudah Allah atur untuk kebutuhan umatnya namun sangat disayangkan masih banyak rakyat yang tidak begitu yakin dengan rejekj yang Allah berikan.

Sudah jelas negara kapitalisme sekuler tidak bisa menjadi wadah atau harapan bagi umat untuk terpenuhinya kebutuhan rakyat melainkan menjadi momok yang menakutkan bagi rakyat karna memalak rakyat dari berbagai pajak dan tidak aja jaminan kesehatan sulitnya lapangan kerja bahkan pendidikan serta tidak adanya pasilitas yang membuat masyarakat nyaman dalam kebutuhan hidup lainnya.

Ini berkebalikan dengan sistem Islam. Pemimpin dalam Islam adalah raa’in (pengurus) atau mas’ul (penanggung jawab) dan junnah (penjaga) bagi rakyat. Pemimpin ikut merasakan kesulitan rakyat dan bekerja keras untuk menyejahterakan rakyat. Penguasa dalam Islam yakin bahwa kepemimpinannya akan ia pertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. kelak pada Hari Akhir.

Sebagaimana dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khaththab. Ketika terjadi paceklik, banyak rakyat yang kesulitan makanan. Saat itu Umar ra. mencegah dirinya makan enak, demi empatinya kepada rakyat. Umar berkata, “Bagaimana saya bisa mementingkan nasib rakyat, kalau saya sendiri tidak merasakan kesulitan yang mereka alami.”

Akibat makan makanan yang sederhana, kulit muka Umar ra. menjadi hitam dan kering. Zaid bin Aslam mengatakan, “Andaikan musim kelaparan itu tidak lekas diakhiri Tuhan, besar dugaan kami bahwa Amirulmukminin Umar bin Khaththab akan tewas karena turut menderita bersama rakyatnya.”

Inilah pejabat yang layak dicintai rakyat dan pejabat seperti ini hanya bisa muncul dari sistem Islam. Kita tentu mendambakan pemimpin yang demikian,  hanya negara Islam satu - satunya yang layak menjadi solusi bagi kesejahteraan rakyat dan terjamin kehidupannya serta tidak adanya rakyat yang putus asa mati bunuh diri akibat kesulitan ekonomi.

Wallahu'alam bishawab


Share this article via

118 Shares

0 Comment