CendekiaPos - Lebanon menghadapi masa-masa sulit di tengah eskalasi konflik dengan Israel. Sejak Oktober tahun lalu, serangan Israel telah menewaskan setidaknya 3.102 orang dan melukai 13.819 lainnya, menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Lebanon.
Konflik ini meningkat setelah perang di Gaza juga melibatkan kelompok bersenjata Lebanon, Hezbollah, yang mendukung rakyat Palestina dan memiliki aliansi dengan kelompok Hamas. Pada September tahun ini, Israel memperluas serangannya dari Gaza ke wilayah selatan Lebanon.
Korban Serangan dalam 24 Jam Terakhir
Pada Kamis, Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa dalam waktu 24 jam terakhir, serangan Israel menewaskan sedikitnya 52 orang dan melukai 161 lainnya. Korban luka termasuk lima penjaga perdamaian asal Malaysia dari Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL), tiga tentara Lebanon, dan tiga warga sipil Lebanon setelah serangan Israel di Sidon, kota utama di Lebanon selatan.
PBB Serukan Penghentian Kekerasan
UNIFIL mengeluarkan pernyataan yang mengingatkan semua pihak untuk tidak melakukan tindakan yang membahayakan penjaga perdamaian atau warga sipil, menekankan bahwa "perbedaan sebaiknya diselesaikan di meja perundingan, bukan melalui kekerasan". UNIFIL dan pengamat teknis tanpa senjata dari UNTSO telah lama bertugas di Lebanon selatan untuk memantau konflik di sepanjang garis demarkasi antara Lebanon dan Israel, yang dikenal sebagai Blue Line.
Kerusakan Warisan Budaya Lebanon
Selain korban jiwa, serangan ini juga mengancam situs warisan dunia UNESCO di Lebanon, termasuk reruntuhan Romawi di Baalbek dan Tyre, daerah-daerah yang bersejarah dan penting secara budaya. Lebih dari 100 anggota parlemen Lebanon menyerukan PBB untuk melindungi situs-situs ini, menyebutkan bahwa serangan Israel telah menyebabkan pelanggaran hak asasi manusia dan ancaman terhadap warisan budaya yang tak ternilai.
Di Baalbek, serangan pada hari Rabu merusak rumah warisan dan hotel bersejarah di dekat kuil Romawi di kota tersebut. Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, meminta gencatan senjata demi melindungi situs-situs bersejarah negara tersebut, termasuk Baalbek dan Tyre.
Lebanon Sedikit Berharap dari Kepemimpinan Baru Amerika Serikat
Di tengah ketegangan yang terus berlanjut, sebagian rakyat Lebanon berharap adanya perubahan kebijakan dengan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat. Mereka berharap kepemimpinan baru ini dapat membawa peluang diplomatik untuk mengurangi konflik di kawasan tersebut. Namun, seperti yang dilaporkan oleh Zeina Khodr dari Al Jazeera, upaya diplomatik kemungkinan besar baru akan terlihat ketika Trump mulai menjabat pada Januari mendatang.
Konflik ini tidak hanya mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan properti, tetapi juga menciptakan penderitaan besar bagi warga Lebanon yang terjebak di tengah medan perang.