| 78 Views
Kurikulum Cinta VS Kurikulum Islam

Oleh: Ummu Choridah Ummah
Aktivis Muslimah
Kementrian agama meluncurkan kurikulum baru berbasis cinta untuk tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Kurikulum ini dibuat dengan tujuan membentuk gererasi yang toleran dan inklusif, serta membentuk kebiasaan sosial yang lebih baik dalam hubungan sosial dan kepedulian terhadap lingkungan. (kemenag.go.id 24-07-2025)
Prof Nurhayato selaku rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) mendukung kurikulum berbasis cinta yang diluncurkan oleh KEMENAG. Beliau mengatakan bahwa kurikulum cinta sebuah kebutuhan mendesak, ia berharap kurikulum ini dapat menghasilkan generasi yang tidak hanya taat agama, melainkan juga mampu hidup dalam beragam agama. Ia meminta agar kurikulum ini segera diimplementasikan terutama di perguruan tinggi Islam karena ini bukan sekadar kurikulum, tetapi sebuah gerekan moral. (antara.com 25-07-2025)
Menteri agama Nasaruddin Umar telah resmi meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) kurikulum ini dibuat karena terjadi krisis kemanusiaan intoleransi dan degradasi lingkungan yang kian mengkhawatirkan. KBC sebagai wajah baru pendidikan Islam yang lebih humanis, inklusif dan spiritual. Sekilas bak mawar yang tumbuh di gurun pasir, menawarkan gagasan yang sangat baik di tengah kondisi masyarakat saat ini. Namun, apakah benar kurikulum ini dapat menghasilkan generasi seperti yang diharapkan?
Kurikulum Cinta, Lanjutan Moderasi Beragama
Keberadaan kurikulum cinta tidak dapat diterima sepenuhnya, kurikulum yang dibuat oleh pemikiran manusia tidak akan memberikan dampak yang konkrit bagi perkembangan anak. Terlebih kurikulum cinta yang didasari oleh pemikiran sekuler tentu akan menghasilkan generasi yang sekuler. Kurikulum sekularisme belum tentu mampu memecahkan persoalan karena tidak sesuai dengan fitrah manusia yaitu akidah Islam. Sekularisme jelas sebuah ideologi yang batil, tidak sesuai dengan Islam. Maka, tidak akan sesuai dengan fitrah seorang manusia.
Kebebasan berpikir tanpa sebuah landasan yang sahih hanya akan menimbulkan persoalan yang baru. Dengan kebebasan berpikir kurikulum ini menjauhkan generasi kepada akidah Islam. Nampak jelas bahwa kurikulum cinta adalah lanjutan dari program moderasi beragama. Indikator dari moderasi beragama adalah bersikap toleran terhadap perbedaan di masyarakat. Sedangkan ide toleransi yang berkembang saat ini bukanlah ide toleransi meurut perspektif Islam, malainkan menurut paham liberal.
Kurikulum berbasis cinta hanya perubahan penyebutan saja dari moderasi, penyebutan yang dibuat halus sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Namun, ternyata ini adalah proyek besar yang disiapkan Barat untuk umat Islam. Barat menginginkan Islam yang susai dengan cara beragama ala Barat yaitu memisahkan agama dari kehidupan, politik dan negara. Barat menginginkan Islam hanya diterapkan pada skala ibadah mahdhoh saja, sedangkan dalam skala negara Islam dilarang ikut campur di dalamnya.
Ketika ide toleransi berpaham sekuler ini berkembang dan diajarkan kepada anak-anak muslim, maka akan membawa dampak yang buruk bagi keberlangsungan penerapan Islam secara kaffah. Generasi muslim terkikis keyakinannya akan Islam sebagai agama yang benar, agama yang Allah ridai. Kemudian generasi akan melepas keterikatan terhadap ajaran Islam. Generasi diajarkan untuk berlemah lembut kepada nonmuslim, tetapi keras kepada sesama muslim, muslim yang menerapkan Islam secara kaffah justru dilabeli radikal dan ekstrim. Sehingga muncul permusuhan sesama muslim. Maka, misi barat untuk memoderasi umat muslim telah berhasil. Namun, kebijakan ini tidak melemahkan pelaku dakwah ideologis untuk terus menggencarkan opini ideologi Islam kaffah di tengah masyarakat. Dengan rida Allah Islam akan merata di muka bumi.
Kurikulum Islam
Pendidikan Islam terlahir dari sebuah paradigma Islam atau kerangka berpikir Islam. Islam adalah pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan dunia, sebelum dan sesudah kehidupan. Serta hubungan antara kehidupan dunia dengan kehidupan sebelum dan sesudahnya. Maka, Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Tidak ada perdebatan untuk hal itu.
Kembali kepada asal usul manusia diciptakan yaitu sebagai abdullah/ khalifatullah, seseorang yang diciptakan untuk beribadah kepada Khalik. Maka pendidikan Islam harus menjadi upaya yang disadari dan terstruktur secara sistematis untuk mensukseskan misi penciptaan manusia itu sendiri. Sehingga pencapaian pendidikan Islam bukan hanya membentuk kepribadian Islam, tetapi juga membekali pemahaman terhadap tsaqafah Islam dan menguasai sains dan teknologi secara mendalam.
Dasar pendidikan Islam adalah akidah Islam, dasar ini yang menjadi pondasi dalam pendidikan Islam karena berpengaruh dalam penyusunan kurikulum pendidikan, cara belajar mengajar, kualifikasi guru, budaya dan interaksi diantara komponen ini. Akidah Islam dijadikan sebagai asas atau dasar dalam pendidikan namun, tidak berarti semua ilmu harus bersumber dari akidah Islam, karena tidak semua ilmu pengetahuan berasal dari akidah Islam. Hanya saja akidah Islam menjadi tolok ukur dalam pemikiran dan perbuatan.
Seperti halnya toleransi beragama, dalam Islam telah diatur sejauh mana tolerasi yang diperlukan dalam beragama. Maka tolok ukur dalam kurikulum Islam adalah Islam itu sendiri, tidak menjadikan perspektif asing atau Barat sebagai tolok ukur yang kemudian diterapkan. Dalam Islam toleransi beragama adalah menghargai dan menghormati dalam sebuah perbedaan terutama perbedaan keyakinan beragama. Tanpa mencampuradukkan keyakinan seperti saling mengucapkan di hari besar agama lain. Dijelaskan oleh Allah dalam surat Al-Kafirun :
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ .١ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ .٢ وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ .٣ وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ .٤ . وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ .٥ . لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ .٦
1.Katakanlah: “Hai orang-orang kafir 2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah 3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah 4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah 5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah yang aku sembah 6. Untukmu agamamu dan untukku agamaku
Kemudian proses pendidikan bukan hanya di sekolah saja, melainkan di lingkungan dan keluarga. Maka kurikulum Islam perlu diterapkan oleh skala negara, karena negara bertanggung jawab dalam menjaga akidah masyarakat dalam setiap kebijakan yang dibuatnya. Ketika negara berlandaskan akidah Islam maka lingkungan menjadi islami oleh negara dan menyejahterakan di dalam rumah. Sehingga melahirkan generasi generasi hebat dengan kepribadian Islam. Hal ini hanya bisa diterapkan oleh negara yang menjalankan sistem Islam secara menyeluruh.
Wallahualam bishawab