| 6 Views

Keserakahan Manusia, Mengundang Bencana

Oleh: Siti Julianti, S.Si

Empat wilayah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yang meliputi Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan, dilanda bencana akibat cuaca ekstrem yang terjadi secara bertubi-tubi pada hari Senin (24/11) dan Selasa (25/11). Selain korban jiwa, peristiwa ini juga mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Genangan air yang sangat tinggi banyak menghancurkan pemukiman warga serta menghanyutkan harta benda milik masyarakat.

Hasil laporan sementara yang dihimpun oleh Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB per Rabu (26/11), pukul 07.00 WIB, dari Kabupaten Sibolga, cuaca ekstrem yang ditandai dengan hujan deras dalam durasi lebih dari dua hari telah memicu terjadinya bencana banjir dan tanah longsor.

Mirisnya saat banjir tiba, terlihat banyak kayu-kayu terbawa air. Dan jika dilihat dari citra satelit, tampak kondisi hutan yang gundul di sekitar lokasi bencana.

Bencana alam tidak terjadi begitu saja apabila tidak ada ekosistem yang di rusak untuk memenuhi hasrat keserakahan manusia, hal ini tentu tidak terlepas dari campur tangan manusia yang diwujudkan melalui keputusan politik atau kebijakan yang dikeluarkan atas nama pembangunan dan ekonomi. Kegagalan negara dalam mengurus lingkungan telah menyebabkan krisis ekologis yang berujung pada bencana ekologis. Artinya bahwa negara dalam hal ini pemerintah atau pengambil kebijakan berperan besar atas bencana ekologis yang terjadi saat ini.

Korban dari semua ini tentu adalah masyarakat itu sendiri, mereka tak menikmati hasil dari kebijakan diatas namun justru merasakan pahitnya kemarahan alam pada mereka. Pemerintah harusnya mulai mempelajari dan memperbaiki kebijakan-kebijakan yang mereka buat sebelum mengorbankan rakyat.

Sang pencipta memang telah menyediakan alam ini untuk manusia, namun apabila tidak di olah secara baik maka buka keberkahan yang di dapatkan melainkan kemurkaan, dari sini nampak jelas wajah kapitalis pada diri penguasa saat ini yang hanya mementingkan diri sendiri.

Dalam Islam pengambilan dan pengolahan sumber daya alam dilakukan dengan cara yang baik sehingga tidak merusak ekosistem, tidak merusak hutan dan berusaha tetap menjaga kelestarian alam dan hutan. Sehingga terwujud rahmatan lil alamin, Manusia sejahtera dengan mendapatkan bagian dari pengolahan sumber daya alam untuk kesejahteraan hidupnya begitupun hewan-hewan dan tumbuhan tidak akan terusik rumah dan kehidupannya karena negara mengolahnya secara baik.

Wallahu alam bishawab


Share this article via

2 Shares

0 Comment