| 234 Views

Keseimbangan Alam Ditentang, Banjir Bandang Datang Berulang

Oleh : Yeni Ummu Alvin
Aktivis Muslimah

Memasuki bulan September, bencana banjir kembali melanda berbagai wilayah di Indonesi, seperti halnya yang terjadi di pulau Bali atau yang lebih dikenal dengan Pulau Dewata yang biasanya selalu dibanjiri dengan kehadiran wisatawan turis mancanegara, namun kali ini ( Selasa 9//9/2025),yang datang adalah bencana banjir di kawasan Bali dan menyebar di 123 titik, di Denpasar, Gianyar, Tabanan, Karangasem, Jembrana dan Badung. Banjir ini menyebabkan 14 orang meninggal dan kerusakan infrastruktur bangunan serta jembatan. (Sumber kompas.id)

Badan Penanggulangan bencana Daerah ( BPBD) Provinsi Bali mengungkap jumlah korban meninggal akibat bencana banjir bertambah, per hari Jumat, 12 September 2025 jumlah korban meninggal tercatat 18 orang ,5 masih hilang dan ratusan orang mengungsi. Meskipun banjir yang terjadi telah surut namun yang menjadi fokus utama saat ini adalah mencari korban hilang, membersihkan sisa-sisa material, serta penyedotan genangan air di basement pasar Badung dan beberapa titik lainnya yang terdampak. (Sumber Metrotvnews.com)

Banjir besar yang melanda Bali dalam beberapa hari terakhir memunculkan sorotan tajam terhadap tata ruang Pulau Dewata, derasnya pembangunan hotel, villa dan cottage disebut sebagai salah satu penyebab utama bencana hidrometeorologi yang merenggut korban jiwa dan menimbulkan kerugian besar, Bali mengalami lonjakan pembangunan yang cukup signifikan terutama di kawasan lereng bukit, sawah hingga daerah resapan air. Lahan yang seharusnya berfungsi menyerap air hujan berubah menjadi bangunan permanen dan area beton sehingga daya serap berkurang drastis. "Alih fungsi lahan ini menyebabkan melemahnya daya dukung terhadap lingkungan dan meningkatkan resiko bencana, ungkap Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq.(Dikutip dari beritasatu.com).

Dalam 20 tahun terakhir jumlah akomodasi wisata di Bali melonjak hingga 2 kali lipat, alih fungsi lahan masif dari lahan produktif seperti sawah, subak dan hutan menjadi hotel, villa dan bangunan pariwisata, menjadi penyebab utama terjadinya banjir. Selama ini pembangunan di Bali tidak berorientasi pada antisipasi bencana, banyak mengabaikan aturan tata ruang dan mengalami kelebihan turis. Pembangunan ala kapitalistik menjadikan pemerintah memprioritaskan turis dan investasi ketimbang menjaga lingkungan. Kapitalisme juga lebih mengedepankan keuntungan ekonomi, sedangkan kelestarian ekologi diabaikan bahkan dikorbankan.

Banjir kerap dinyatakan sebagai bencana yang dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi, apalagi setiap musin penghujan, alih fungsi lahan dari lahan-lahan perkebunan, pertanian yang berubah menjadi kawasan wisata, kawasan perindustrian, perumahan dan perhotelan. Dilihat dari sebab terjadinya banjir tersebut, maka banjir termasuk dalam bencana yang bisa dikendalikan oleh manusia. Dalam hal ini terkait kepada kebijakan yang dikeluarkan oleh penguasa negeri ini, yakni izin terkait pengelolaan pembangunan dan terkait pengelolaan tata ruang kawasan. Namun sayangnya dalam paradigma sekuler kapitalis yang menjadi fokus tujuan adalah keuntungan yang penting ada pembangunan yang memberikan keuntungan, maka faktor di luar itu termasuk keselamatan rakyat dan bumi terabaikan. Tidak heran jika kebijakan yang dikeluarkan justru melegalkan para pemilik modal untuk atas nama menggenjot investasi demi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi.

Kebijakan seperti ini tentu sangat bertentangan dengan Islam. Dalam Islam telah disampaikan bahwa manusia memiliki kewajiban untuk menjaga dan mengelola alam, bahkan tugas ini kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Sebagaimana firman Allah dalam QS Ar Ruum ayat 41, artinya :

"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah diciptakan dengan baik. Berdoalah kepada Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan" 

Makna surat ini sangat jelas bahwasanya Islam tidak hanya memerintahkan untuk mengelola bumi dengan baik dan melarang untuk merusaknya tapi juga memberi cara-caranya, yakni berupa seperangkat aturan dalam Islam yang melekat pada karakter manusia sebagai individu, sebagai masyarakat bahkan dalam konteks negara.

Alam adalah amanah dari Allah, air, hutan, sungai adalah milik Umum bukan objek untuk dikomersialisasi, ayat di atas telah dengan jelas memaparkan kerusakan ekologis akibat ulah manusia dilarang oleh Allah. Dan negara wajib menjaga tata ruang serta melindungi rakyatnya dari bencana. Islam tidak menjadikan pariwisata sebagai sumber utama pemasukan negara. Adapun sumber utama pendapatan negara dalam sistem Islam adalah, dari 1.Kepemilikan umum contohnya contohnya minyak,gas, tambang, laut, hutan, air dan lain-lain.2.Kharaj dan Jizyah yaitu pajak atas tanah pertanian dan kontribusi keuangan dari non muslim sebagai balasan atas perlindungan negara.3.Ghanimah dan Fai' yaitu harta rampasan perang dan harta yang diperoleh tanpa peperangan.4.Zakat.5.Usyur dan Rikaz.

Penguasa dalam Islam tidak hanya bertanggung jawab terhadap rakyat tapi juga pada pemilik alam semesta, Oleh karena itu pemimpin yang menjadi penguasa dalam Islam akan mencegah terjadinya konflik kepentingan dalam setiap kebijakan-kebijakannya, dengan sistem ekonomi Islam juga akan membagi dengan jelas terkait kepemilikan, dan sesuai dengan aturan kepemilikan maka penguasa dalam sistem Islam tidak akan membiarkan para kapitalis untuk merusak alam demi mendapatkan keuntungan sesaat dan apabila terjadi Islam juga akan memberikan sistem sanksi yang tegas agar pelanggaran serupa tidak terulang.

Paradigma pembangunan dalam Islam juga jelas yang tujuannya semata-mata demi mewujudkan kemaslahatan umat dan menjaga alam dan lingkungan dari kerusakan tangan manusia, termasuk juga dalam perkara tata kelola wilayah, pembangunan ekonomi serta dalam setiap kebijakan yang dihasilkannya. Sungguh hanya aturan Islam yang telah memberi aturan komprehensif agar segala bencana tidak kerap terjadi. Dengan penerapan Islam secara Kaffah yang didorong oleh spirit ketakwaan maka dipastikan akan mendatangkan keberkahan dalam kehidupan dan rahmat bagi seluruh alam

Wallahu a'lam bishowab.


Share this article via

15 Shares

0 Comment