| 63 Views

Kelaparan Sistemik Gaza, Darurat Butuh Negara Adidaya Islam

Oleh : Yeni Ummu Alvin
Aktivis Muslimah

Seluruh penduduk jalur Gaza, sekitar lebih dari 2,3 juta orang telah terdesak ke ambang batas kelangsungan hidup akibat perang, hubungan penggabungan dan kebijakan kelaparan yang disengaja selama lebih dari 21 bulan. Laporan dari dalam Gaza menggambarkan kenyataan yang semakin suram, orang-orang bertahan hidup hanya dengan pakan ternak, rumput atau tidak makan apapun.

Kebiadaban zionis Yahudi semakin meningkat, bahkan tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, mereka bukan manusia, membiarkan krisis kelaparan yang sangat mengerikan, bahkan nampak kelaparan sebagai cara genosida baru, Gaza dengan 2 juta jiwa yang terjebak dalam blokade, merasakan kelaparan yang lebih sunyi tapi lebih brutal dari dentuman rudal.

Lembaga penyiaran Israel ( KAN ) mengkonfirmasi militer Israel telah menghancurkan puluhan ribu paket bantuan. Bantuan yang dihancurkan itu termasuk sejumlah besar makanan dan obat-obatan yang ditunjukkan bagi penduduk Gaza yang kelaparan, laporan tersebut mengungkapkan lebih dari 1.000 truk bantuan kemanusiaan sengaja dihancurkan. Meskipun tekanan internasional yang semakin meningkat untuk memfasilitasi pengiriman bantuan, namun otoritas Israel mengklaim penghancuran tersebut disebabkan oleh dugaan kegagalan dalam mekanisme distribusi bantuan di Gaza.

Sejak gencatan senjata enam pekan gagal diperpanjang dan Israel memberlakukan blokade penuh pada 2 Maret 2025, truk bantuan hanya diperbolehkan masuk dalam jumlah yang nyaris simbolik. Stok tangan yang sempat menumpuk selama masa gencatan habis perlahan, hingga wilayah yang sejak Oktober 2023 di bombardir ini mengalami kekurangan terparah dalam sejarah konflik. Data WHO sendiri menunjukkan lebih dari 50 anak meninggal karena malnutrisi sejak awal pengepungan. UNRWA badan PBB untuk pengungsi Palestina sudah memeriksa lebih dari 242.000 anak di bawah usia 5 tahun dan 1 dari 10 dinyatakan malnutrisi.

Menjadikan kelaparan sebagai alat genosida adalah cara yang sangat keji, hal ini menunjukkan semakin nyata bahwa kekejaman zionis tidak mempan hanya dengan retorika dan bantuan kemanusiaan semata, apalagi zionis Israel senantiasa dibela oleh Amerika Serikat beserta hak vetonya, mandulnya PBB semakin nyata. Pemimpin muslim sudah mati rasa abai pada seruan Allah dan Rasul-Nya. Mayoritas penguasa di dunia nampak memilih bungkam karena kepentingan politiknya, bahkan tidak sedikit dari mereka yang berdiri di sisi zionis dan Amerika baik secara tertutup maupun terang-terangan, para penguasa muslim sibuk bermain drama demi pencitraannya, mereka berkoar-koar membela Palestina dan Gaza tapi tangan dan kaki mereka terikat dengan aturan zionis dan Amerika.

Meskipun berbagai aksi telah dilakukan sebagai bentuk kemarahan dunia akan kejahatan yang dilakukan Israel yang sudah mencapai puncaknya, namun hal itu tidak memberi pengaruh signifikan atas kejahatan di Gaza, ekspresi kemarahan dan kesedihan serta ketidakberdayaan umat karena penguasa mereka tidak melakukan tindakan atas tragedi kelaparan massal, namun sejatinya berbagai aksi ini terjadi karena muncul dari rasa simpati dan tergerak secara kemanusiaan saja. Bagi umat Islam ada persoalan akidah dalam persoalan Palestina terkhusus di Gaza, bagaimana sikap kaum Muslim terhadap nasib saudara mereka, di sanalah terlihat sejak mana keimanan mereka. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Tidak beriman salah seorang dari kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri" ( HR Bukhari dan Muslim).

Sayangnya hari ini umat Islam terbelenggu dalam sistem kapitalisme, rasa kemanusiaan yang dijadikan dasar dalam menolong Gaza, bukan karena dorongan keimanan, padahal dorongan iman lah yang mewajibkan umat Islam untuk menolong saudaranya yang teraniaya, Karena tanpa itu langkah apapun yang dilakukan untuk menolong saudaranya di Gaza tidak akan bernilai ibadah di sisi Allah subhanahu Wa ta'ala.

Sejak runtuhnya Daulah, umat islam hidup tercerai berai, tidak punya kekuatan walaupun jumlahnya banyak namun terlihat seperti buih di lautan yang dijadikan hidangan dan diperebutkan oleh banyak orang kafir, dengan jumlah umat Islam lebih dari 2 miliar dan dengan segala sumber daya alam dan kekuatan militer yang dimiliki , namun mirisnya umat Islam tidak mampu mampu menghilangkan kelaparan yang menimpa saudaranya di Palestina Gaza.

Umat Islam telah termakan propaganda barat sehingga menjadi lemah, padahal sejatinya itu hanyalah ilusi yang ditanamkan oleh para penguasa yang berkhianat, hingga pasukan umat, para ulama dan rakyatnya pun menyerah. Padahal umat Islam memiliki kekuatan luar biasa yang bersumber dari akidah yang kokoh. Sejarah panjang telah membuktikan bahwa umat Islam memiliki kekuatan besar yang mampu menjadikan Khilafah sebagai negara adidaya.

Situasi hari ini harus digunakan sebagai sarana untuk menyadarkan umat akan solusi hakiki untuk Palestina yaitu dengan jihad dan tegaknya Khilafah. Penyadaran harus terus dilakukan dan makin ditingkatkan seiring dengan bukti nyata kejahatan zionis. Untuk itu dibutuhkan jamaah dakwah ideologis untuk memimpin umat mengembalikan kemuliaan Islam yang akan terwujud ketika Khilafah tegak kembali. Kebangkitan pemikiran umat harus diwujudkan sehingga akan terus berjuang mengikuti thoriqoh dakwah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Para pengemban dakwah harus meningkatkan keterampilan dalam berinteraksi dengan umat, dengan cara menggugah perasaan dan pikiran, meningkatkan keyakinan dan istiqomah di jalan dakwah yang ditempuh Rasulullah. Selain itu harus terus mendekatkan diri pada Allah subhanahu Wa ta'ala sembari melayakkan diri menjadi hamba Allah yang layak mendapatkan pertolongan Allah.

Wallahu a'lam bishowab.


Share this article via

11 Shares

0 Comment