| 39 Views
Kecelakaan Fatal Tesla dengan Mode 'Full Self-Driving'
CendekiaPos - Tesla Model S mengalami kecelakaan tragis saat menggunakan mode 'Full Self-Driving' (FSD) di Seattle pada April lalu, menewaskan seorang pengendara motor berusia 28 tahun, menurut laporan kepolisian setempat. Ini merupakan kecelakaan fatal kedua yang melibatkan teknologi FSD Tesla tahun ini, meskipun CEO Tesla, Elon Musk, sering mengklaim bahwa FSD lebih aman daripada pengemudi manusia.
Insiden Kecelakaan
Pengemudi Tesla Model S yang berusia 56 tahun, yang kini telah ditahan, mengaku sedang mencari ponselnya saat fitur FSD aktif, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters pada Kamis (1/8/2024). Tesla menyatakan bahwa perangkat lunak FSD membutuhkan pengawasan penuh dari pengemudi manusia dan tidak membuat kendaraan sepenuhnya otomatis.
National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) sebelumnya telah melaporkan satu kecelakaan fatal yang melibatkan perangkat lunak FSD pada mobil Tesla antara Agustus 2022 dan Agustus 2023. Badan ini terus mengumpulkan informasi dari pihak berwenang setempat dan Tesla untuk investigasi lebih lanjut.
Keterbatasan Teknologi FSD
Para ahli menunjukkan adanya keterbatasan signifikan dalam teknologi FSD Tesla, yang hanya mengandalkan kamera dan kecerdasan buatan (AI) untuk navigasi. Berbeda dengan pesaing seperti Waymo dari Alphabet, yang menggunakan berbagai sensor mahal seperti lidar untuk mendeteksi lingkungan sekitar pengemudi, ketergantungan Tesla pada kamera menimbulkan kekhawatiran keamanan.
Sam Abuelsamid, seorang analis di Guidehouse Insights, menyatakan bahwa ketidakakuratan pengukuran jarak dengan sistem Tesla dapat menyebabkan kecelakaan fatal. Raj Rajkumar, seorang profesor di Universitas Carnegie Mellon, menambahkan bahwa mengintegrasikan data dari berbagai elemen seperti sepeda motor dan sepeda dalam kondisi cuaca, jalan, dan lalu lintas yang berbeda sangat menantang.
Visi dan Kontroversi Musk
Meskipun mengalami berbagai kendala, Elon Musk tetap fokus pada pengembangan kemampuan FSD Tesla. Musk bercita-cita mengubah kendaraan menjadi 'mini lounge' di mana pengemudi dapat menonton film, bermain game, bekerja, atau bahkan tidur saat mobil mengemudi sendiri. Namun, visi ini mendapat kritik dan pengawasan ketat.
NHTSA telah memantau sistem Autopilot Tesla sejak Agustus 2021 setelah mendeteksi banyak kecelakaan yang melibatkan teknologi ini. Ratusan insiden ini mendorong tindakan regulasi, termasuk penarikan kembali pada Desember 2023 yang mengharuskan Tesla menambahkan fitur keamanan pada perangkat lunaknya.
Rencana Investasi Tesla di Indonesia
Sejak akhir 2020, telah ada pembicaraan mengenai rencana Tesla untuk berinvestasi di Indonesia. Meskipun ada pertemuan langsung antara pejabat Indonesia dan perwakilan Tesla di Amerika Serikat, belum ada kesepakatan konkret yang tercapai.
Pada 2021, rumor muncul bahwa Tesla memilih India dibanding Indonesia, tetapi ini kemudian dibantah oleh Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia. Pada Maret 2022, Luhut menyatakan kekecewaannya atas ketidakpastian Tesla, namun menegaskan bahwa Indonesia tidak bisa didikte oleh calon investor.
Pada Januari 2023, Elon Musk akhirnya memberikan pernyataan mengenai kabar investasi Tesla di Indonesia, memperingatkan agar tidak bergantung pada sumber anonim. Pada Maret 2023, Tesla justru mengumumkan pembukaan kantor di Malaysia.
Sementara rencana Tesla di Indonesia masih belum pasti, perusahaan Musk lainnya, Starlink, telah beroperasi di Indonesia sejak Mei tahun ini.