| 18 Views
Islam Solusi Negeri saat ini dan Kemerdekaan Hakiki

Oleh : Yuliana, S.E.
Muslimah Peduli Umat
Kondisi ekonomi kelas menengah di Indonesia memasuki tengah tahun ini masih pontang-panting. Daya beli mereka masih lesu, dan cenderung habis untuk sekadar urusan sandang dan operasional harian.
Narasi pemerintah yang menyebut perekonomian Indonesia terus melejit, seolah sama dengan menyebut kelas menengah kita macam menjadi bonsai. Terus tumbuh, namun tak mampu berkembang lebih dari itu.
Aris (31), asal Kota Bandung, merasa keadaan keuangannya terus megap-megap sejak pandemi Covid-19 mereda. Untuk menghidupi istri dan satu anak perempuannya, ia bahkan sudah berganti pekerjaan dua kali sejak 2021.
Menurutnya, pengeluaran paling banyak masih untuk rumah tangga harian dan cicilan tempat tinggal. Biaya pendidikan anak menyusul menjadi pengeluaran yang paling menguras kantongnya.
"Seringnya mah belum tanggal gajian uang kadang udah habis juga, untungnya istri punya sampingan jadi bisa dipakai dulu sebelum cair (gajian)," ceritanya kepada wartawan Tirto, Rabu (6/8/2025).
Senasib Helen (28), perempuan asal Kota Bekasi, merasa sudah jarang sekali berbelanja ke mall atau sekadar menghabiskan uang berwisata ke tempat-tempat viral. Kondisi ini menurutnya mulai terasa dua tahun ke belakang, karena uang bulanannya cenderung tergerus untuk keperluan makan dan ongkos harian untuk bekerja.
Pekerja swasta di bidang kreatif ini mengaku, untuk menabung saja kini nominalnya tak lagi konsisten. Ia menilai sudah semakin selektif untuk berbelanja agar tidak memperparah kondisi keuangannya.
"Meskipun kita menghemat nih, kadang emang di hariannya udah gede gitu, apa-apa mahal rasanya. Di satu sisi, pendapatan kan sulit naik," ujar dia kepada wartawan Tirto, Rabu (6/8).
Sementara Caca (33), asal Jakarta Barat, merasa kondisi perekonomiannya relatif masih stabil. Justru perempuan yang bekerja di sektor finansial ini menilai usai Pandemi Covid-19, penghasilannya ada perbaikan.
Kantor, kata dia, mulai mampu memberikan kenaikan gaji setelah perekonomian dirasa mulai stabil. Meskipun, Caca turut merasa untuk daya beli saat ini memang terjadi penurunan untuk hal-hal yang bersifat hiburan dan leisure.
"Kayak konser aja itu kan makin menjamur, tapi rasanya festival terus mahal gitu loh harganya. Semakin ke sini untuk urusan hiburan pribadi ngerasanya selektif aja gitu," terang Caca kepada wartawan Tirto, Rabu (6/8).
Kelas Menengah Rawan Turun Kelas
Potret kelas menengah Indonesia yang terus bertahan dengan kaki bergetar memang seyogianya tak dianggap remeh pemerintah. Kelompok ini merupakan penyumbang perekonomian yang cukup besar, namun justru minim intervensi kebijakan sebagai jaring pengaman.
Senjakala kelas menengah akan terus terjadi apabila mereka terus dibiarkan berada di ambang kejatuhan. Tren penurunan kelas menengah dalam lima tahun ke belakang sebaiknya menjadi alarm bagi pemerintah untuk bertindak.
Jumlah kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan signifikan dalam kurun waktu lima tahun. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta pada 2024. Situasi itu berarti ada 9,48 juta orang yang turun kasta dari kelompok kelas menengah.
Pada tahun 2019, proporsi kelas menengah mencapai 21,45 persen dari total penduduk. Namun, tahun 2024, kelompok ini terkikis turun menjadi 17,13 persen dari total penduduk, menunjukkan penurunan sebanyak 4,32 persen. Secara absolut, jumlah kelas menengah Indonesia dalam lima tahun terakhir turun sebesar 16,5 persen. 7 Agustus 2025
Kehidupan di tengah-tengah Skulerisme
Usia ke 80 tahun kemerdekaan RI diliputi dengan berbagai kephitan. Ada banyak persoalan di berbagai bidang kehidupan. Di bidang ekonomi, banyak terjadi PHK terhadap pekerja pada berbagai sektor, seperti industri tekstil, teknologi, dll. Penghasilan masyarakat stagnan atau bahkan turun, sedangkan pengeluaran makin besar karena harga-harga melambung tinggi dan banyak pungutan dari negara, akibatnya masyarakat terpaksa makan tabungan. Kondisi ini rawan menjatuhkan warga kelas menengah ke jurang kemiskinan.
Permasalahan lain yang sangat memperihatinkan adalah terjadinya pembajakan potensi generasi untuk mengokohkan kapitalisme. Juga penanaman berbagai pemikiran rusak seperti deradikalisasi, islam moderat, dialog antar agama, dan banyak lagi perkara lain, yang menjadikan umat jauh dari pemikiran Islam. Pemikiran itu juga menjajah umat hari ini, sehingga tak bisa berpikir shahih.
Indonesia meski sudah merdeka dari penjajahan fisik, sejatinya Indonesia masih terjajah secara hakiki. Penjajahan fisik berupa kontak senjata memang sudah tidak ada di negeri kita, tapi penjajahan pemikiran, ekonomi, politik, dan ideologis masih nyata kita saksikan. Penjajahan bahkan datang dalam bentuk yang kian modern mengikuti perubahan zaman. Penjajahan itu kini berupa peraturan perundang-undangan dan perjanjian internasional yang terwujud akibat lemahnya posisi tawar kita di hadapan bangsa penjajah.
Kemerdekaan seharusnya tampak pada kesejahteraan rakyat, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar tiap rakyat. Namu saat ini rakyat kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, esensinya Indonesia belum merdeka secara hakiki.
Kemerdekaan juga akan nampak ketika umat Islam dapat berpikir sesuai dengan Islam. Faham hukum Islam, bisa membedakanantara hukum jahiliah dan hukum dari Allah. Mempercayai bahwa Allah bukan hanya sang kholiq tetapi juga sang al budabir. Menjalankan kehidupan sesuai aturan Allah azza wajala.
Tak bisa kita pungkiri bahwa kondisi saat ini merupakan akibat penerapan sistem sekuler kapitalisme yang tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat, tetapi malah melayani kepentingan kapitalis. Akibatnya, kapitalis makin kaya, sedangkan rakyat makin miskin.
Kondisi inilah yang selanjutnya bisa kita sebut neokolonialisme. Ini sekaligus menjadi legitimasi bahwa negeri kita sejatinya masih terjajah, bahkan secara ideologis dan sistemis. Sistem ekonomi dan politik dari negara penjajah sungguh telah tercetak sempurna di negeri kita karena ada motif ideologis yang turut penjajah itu sebarkan. Inilah pola sejati imperialisme global saat ini. Target besar penjajahan oleh ideologi kapitalisme adalah visi materiel. Tidak heran, semuanya berkelindan dengan kebijakan yang rakus dan serakah pesanan para kapitalis.
Sejalan dengan hal itu, beragam pemikiran dan peraturan kehidupan diproduksi dalam berbagai lajur sekularisasi dan liberalisasi, sebagai wujud upaya serius untuk meniadakan porsi agama (Islam) di dalam kehidupan sekaligus strategi penyebaran paham kebebasan di tengah-tengah umat. Ini telah menjadi bagian dari grand design untuk membajak potensi umat dalam rangka mengukuhkan sistem sekuler kapitalisme.
Kemerdekaan hakiki hanya ada pada system Islam kaffah
Penerapan sistem Islam kafah adalah kebutuhan dan solusi hakiki atas kondisi negeri kita saat ini juga kemerdekaan negeri ini. Sistem Islam mampu menyejahterakan rakyat dengan mengelola kepemilikan umum dan mengalokasikan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat. Negara menjamin kesejahteraan rakyat dengan memenuhi kebutuhan pokok rakyat (sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, keamanan).
Negara melakukan industrialisasi sehingga membuka lapangan pekerjaan. Negara juga memberikan tanah bagi yang mau menghidupkan. Bagi fakir miskin, negara memberikan santunan dari baitulmal. Sistem Islam kafah juga akan menjaga pemikiran umat islam tetap selaras aturan syariat, dan hidup dalam ketaatan kepada Allah.
Untuk meraih kemerdekaan hakiki, butuh aktivitas perubahan hakiki. Saat ini sudah ada geliat perubahan di tengah masyarakat, seperti fenomena One Piece, dll. Namun, belum menyentuh akar permasalahan, yaitu keberadaan sistem kapitalisme. Untuk itu, perlu perubahan hakiki yang dipimpin oleh jemaah dakwah Islam ideologis yang melakukan perubahan hakiki dari sistem kufur menuju Islam.
Di dalam negara Islam (Khilafah), Islam diterapkan sebagai ideologi negara dan penguasa berperan sentral sebagai pelaksana syariat Islam secara kafah. Penguasa juga sebagai raa’in (pengurus) dan junnah (pelindung) bagi rakyat.
Rasulullah saw. bersabda di dalam hadis,
“Imam (khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR Bukhari).
Juga di dalam hadis,
“Sungguh Imam (Khalifah) adalah perisai. Orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung dengan dirinya.” (HR Muslim)
Sepanjang sejarah emasnya, Khilafah mampu menyejahterakan rakyat di seluruh wilayah kekuasaannya. Khilafah menerapkan sistem ekonomi Islam yang menjamin distribusi harta secara adil dan merata di tengah-tengah masyarakat. Khilafah mengelola harta kepemilikan umum dan mengalokasikan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat, sekaligus mengharamkan penguasaan oleh individu/swasta (privatisasi). Khilafah menjamin kesejahteraan rakyat dengan memenuhi kebutuhan pokok rakyat (sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan) secara individu per individu dengan cukup dan makruf.
Hanya sistem Islam yang telah terbukti mensejahtrakan rakyat. Karena sistem Islam menerapkan semua hukum yang bersumber dari sang kholiq. Sebaik-baiknya peraturan adalah peraturan Allah swt. Kemerdekaan hakiki hanya akan terwujud dengan kembalinya kita kepada Islam secara kaffah dan tegaknya khilafah.
Wallahua’lam bishowab.