| 19 Views
Idul Adha Momentum Mewujudkan Persatuan Umat Dalam Naungan Khilafah

Oleh : Siti Rodiah
Dilansir dari antaranews.com (30/5/2025) bahwa pemerintah Arab Saudi sudah menetapkan Idul Adha jatuh pada Jum'at (6/6), sedangkan Hari Arafah (Wukuf di Arafah) sebagai rangkaian puncak musim haji pada 5 Juni 2025. Momen tersebut akan diikuti 1,83 juta muslim dari berbagai penjuru dunia termasuk dari Indonesia yang tahun ini memiliki kuota sebanyak 221.000 jamaah.
Berbeda halnya dengan di Indonesia. Perayaan Idul Adha 1446 Hijriah di Indonesia sendiri kemungkinan akan mengalami perbedaan, disebabkan oleh perbedaan metode penentuan awal bulan Dzulhijjah antara hisab (perhitungan astronomi) dan rukyat (pengamatan hilal).
Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin, mengungkapkan bahwa berdasarkan analisis garis tanggal, saat matahari terbenam (Maghrib) pada 27 Mei 2025, posisi bulan telah memenuhi kriteria penetapan awal bulan yang digunakan oleh negara-negara anggota MABIMS (Majelis Ulama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), khususnya di wilayah Aceh.
Oleh karena itu, menurut metode hisab, 1 Dzulhijjah 1446 H akan dimulai pada 28 Mei 2025. Dengan perhitungan tersebut, Hari Raya Idul Adha diperkirakan jatuh pada hari Jumat, 6 Juni 2025.
Berkumpulnya jutaan kaum muslim dari berbagai bangsa di tanah suci untuk berhaji mengindikasikan adanya persatuan yang melampaui sekat antar bangsa, ras, dan bahasa. Bisa kita lihat bahwa persatuan umat Islam tersebut tidak didasari oleh kesamaan budaya atau etnis, melainkan disatukan oleh aqidah Islam yang menghapus segala perbedaan duniawi.
Namun rasanya sungguh menyedihkan ketika perayaan hari raya Idhul Adha justru dirayakan tidak serentak akibat perbedaan negara dan berbagai kebijakan nya. Sungguh aneh bila hari raya berbeda, padahal kita hidup di bumi yang satu dan memiliki waktu 24 jam dalam sehari semalam. Ditambah lagi dengan kondisi saudara-saudara kita di negara lainnya yang tidak dapat merayakan hari raya dengan suka cita dan memakan daging kurban karena konflik yang berkepanjangan. Bahkan sebagian umat banyak yang dilanda kelaparan.
Dengan jumlah umat Islam yang hampir 2 miliar orang akan menjadi sebuah kekuatan baru bagi dunia yang disegani andaikan saja jika kita bersatu, bukan tercerai berai karena sekat nasionalisme dan golongan. Persatuan yang terjadi saat Idul Adha seringkali hanya sesaat saja, selepas itu umat kembali tercerai dan bahkan saling bermusuhan. Umat juga tega melupakan dan mengabaikan penderitaan saudara seiman mereka di berbagai penjuru dunia.
Semua ini terjadi akibat hilangnya perisai umat, yakni Khilafah Islamiyyah. Sejak runtuhnya Khilafah pada 3 Maret 1924, umat Islam tidak lagi memiliki pelindung dan mereka hidup dalam sekat-sekat negara bangsa yang dipaksakan oleh orang kafir barat penjajah. Sehingga wajar jika umat saling berpecah belah dan bermusuhan satu sama lainnya. Persatuan umat yang selama ini didambakan begitu sulit diwujudkan.
Umat dalam naungan negara bangsa juga dipaksa hidup di bawah sistem sekulerisme yang bertentangan dengan akidah Islam. Kehidupan umat semakin terpuruk dan jauh dari agamanya. Kemaksiatan juga semakin merajalela, berbagai permasalahan datang silih berganti membelit umat dari segala sisi. Kerusakan pun terjadi menimpa umat di setiap lini kehidupan.
Satu-satunya solusi untuk menghentikan kondisi buruk tersebut adalah kembali kepada sistem Islam. Sistem Islam adalah satu-satunya sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Dengan begitu akan hidup dalam kebaikan dan terhindar dari kezaliman orang-orang yang zalim. Umat memiliki pelindung sehingga keselamatannya dapat terjaga secara lahir dan batin.
Di bawah naungan sistem Islam, umat akan bersatu meskipun memiliki perbedaan layar belakang. Persatuan umat yang hakiki akan terwujud sehingga jika ada saudara-saudara muslim kita yang tertimpa masalah, kita akan segera menolongnya.
Sabda Nabi Muhammad SAW, "Perumpamaan kaum Mukmin itu dalam hal saling mengasihi, mencintai dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Jika ada salah satu anggota tubuh yang sakit maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan demam (turut merasakan sakitnya)" (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
"Sesungguhnya, mereka yang beriman adalah satu saudara, maka selesaikanlah perselisihan antara dua orang yang bersaudara dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian memperoleh kasih sayang-Nya." (QS. Al-Hujurat: 10).
Idul Adha juga mengajarkan ketaatan mutlak kepada Allah, dan seharusnya mendorong umat untuk patuh sepenuhnya pada syariat Islam, bukan hanya pada aspek ritual, tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Kita harus terus semangat dalam perjuangan menegakkan kembali sistem Islam yang diberkahi oleh Allah SWT. Terus istiqomah dalam perjuangan hingga kehidupan Islam dapat benar-benar diterapkan di tengah-tengah umat yang bersatu dalam naungan khilafah.
Wallahu a'lam bisshawab