| 79 Views
Gen Z Menderita Dalam Sistem Kapitalisme

Oleh : Kiki Puspita
Fakta mengejutkan, bahwa baru- baru ini Generasi Z tengah menghadapi krisis paruh baya (midlife crisis) lebih awal dari seharusnya. Dikutip dari Daily Mail, Jum'at(17/1/2025), Ahli Bedah Umum dari Amerika Serikat, Dr Viviek Murthy memberikan komentar tentang survei kesejahteraan global yang menemukan bahwa usia 15 hingga 24 tahun semakin kurang bahagia dibandingkan generasi yang lebih tua.
Generasi ini merasa terjebak dalam kecemasan, kelelahan, dan ketidakpuasan hidup. Beratnya beban hidup yang harus dihadapi Gen Z dalam Sistem Kapitalis menjadikan mereka disebut-sebut sebagai generasi sandwich, yakni generasi yang memiliki beban ganda untuk menghidupi dua generasi sekaligus (generasi atas, yaitu orang tua/mertua/saudara dan generasi bawah yakni anak kandung/cucu.
Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) pada tahun 2022 menemukan sekitar 1 dari 20 orang atau 5,5 % remaja usia 10-17 tahun didiagnosis memiliki gangguan mental. Gen Z dalam dunia kerja pun dinilai buruk, menurut Raymond Chin, CEO platform Ternak Uang menyebutkan bahwa, Gen Z karyawannya dari kalangan Gen Z memiliki kelemahan yang sangat fatal, yakni sikap terlalu sensitif, sering curhat di medsos dan selalu ingin instan. Tidak heran, para Gen Z ini banyak yang menjadi pengangguran.
Segala problematika yang dihadapi oleh para Gen Z sampai-sampai banyak yang mengalami gangguan mental, sejatinya adalah buah dari penerapan Sistem Kufur, Sistem Kapitalisme yang rusak. Dalam ekonomi Kapitalisme harus bekerja dengan menerima upah yang murah, hal inilah yang menyebabkan para Gen Z merasa frustasi, sebab kehidupannya jauh dari sejahtera. Parahnya lagi negara abai dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
Sistem politik dalam Sistem Kapitalisme, mala melanggengkan kekuasaan oligarki yang mala menambah penderitaan masyarakatnya. Kebijakan Pajak zalim yang terus naik, subsidi yang berkurang, tarif listrik naik dan air yang mahal, ditambah lagi media sosial menjadikan para Gen Z kerap merasa FOMO (takut tertinggal) terhadap sesuatu yang trending, membuat mereka memandang hidup ini hanya untuk mengejar kebahagian materi saja. Sistem pendidikan sekuler juga menjadikan para Gen Z tumbuh tanpa pendidikan yang layak. Inilah yang menyebabkan para Gen Z pada akhirnya menjadi generasi sandwich yang rusak mentalnya dan rapuh.
Para Gen Z harusnya bisa menyadari, bahwa akar dari segala permasalahan saat ini karena tidak diterapkannya Sistem Islam saat ini. Dalam Sistem Islam, para Gen Z akan memahami tujuan mereka diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Segala amal dan perbuatan dalam melakukan segala aktifitas harus berdasarkan kepada Hukum Syara'. Dengan demikian para Gen Z akan sehat mentalnya dan terhindar dari krisis paru baya. Mereka akan memiliki potensi yang membawa bekal untuk membangun peradaban yang mulia.
Gen Z harus turut berjuang demi bisa bertahan dalam kehidupan ini. Masyarakat khususnya para Gen Z sebagai ujung tombak perubahan suatu peradaban harus memahami pentingnya politik agar tidak mudah kafir penjajah menguasai dan merampas hak- hak masyarakat.
Lingkungan yang sehat akan didapatkan oleh semua masyarakat tanpa terkecuali para Gen Z hanya akan terwujud dibawah naungan Sistem Islam. Dengan Sistem Islam para Gen Z akan mampu mengembangkan potensinya untuk membangun peradaban, karena sejatinya ketika Sistem Islam diterapkan Negara akan menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Negara akan memberikan lapangan pekerjaan yang menghasilkan gaji yang bisa mencukupi segala kebutuhan. Para Gen Z pun tidak akan perlu cemas dan tidak akan mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan ini.
Wallahua'lam bissawab.