| 10 Views

Gedung Ambruk, Sistem Pendidikan Buruk

Bangunan empat lantai Pondok Pesanteren Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, ambruk, Senin (29/9/2025). (Liputan6.com/Dian)

Oleh : Ummi Uqie
Bogor

Berita ambruknya bangunan mushala Pondok Pesantren Al-Khaziny, Buduran Sidoarjo pada tanggal 28 September 2025 sekitar pkl 15.15 menjadi pembicaraan berbagai kalangan. Dari ratusan santri yang pada saat kejadian sedang berjamaah shalat ashar, puluhan di antaranya wafat tertimpa bangunan yang tiba-tiba roboh. Sebagian besar lainnya mengalami cidera.

Duka mendalam tidak hanya ditanggung keluarga korban dan pihak pondok pesantren. Namun juga bagi dunia pendidikan secara umum. Peristiwa ambruknya gedung sebagai fasilitas pendidikan bukan kali ini saja. Beberapa kasus serupa seringkali terjadi. Hal ini menjadi cermin bagi buruknya sistem pendidikan saat ini.

Lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren ini seolah adalah anak tiri dalam sistem pendidikan negeri ini sehingga tidak seluruhnya masuk daftar pembiayaan yang ditanggung negara kecuali dengan kesepakatan tertentu. Biasanya pesantren berdiri sebagai wujud keprihatinan ulama terhadap mutu pendidikan sekolah negeri yang tidak menjamin sepenuhnya apa-apa yang menjadi kebutuhan pendidikan masyarakat. 

Selain dugaan buruknya pengawasan dan kesalahan konstruksi yang menjadi penyebab ambruknya gedung di ponpes tersebut, argumen-argumen lainpun berkembang sehingga menimbullan pro dan kontra.

Berbeda dengan Islam ysng memiliki perspektif tersendiri terkait musibah ini. Selain memahami bahwa apa-apa yang telah terjadi adalah atas izin Allah dan meyakininya sebagai takdir Allah. maka meyakini ikhtiar dengan segenap ketakwaan adalah sikap yang wajib diemban setiap muslim. Bahwa menerapkan sistem pendidikan yang disediakan Islam adalah langkah ikhtiar yang sangat mendasar.

Pendidikan bagi setiap muslim adalah kebutuhan pokok yang menjadi tanggung jawab negara.
Di mana sistem pendidikan Islam menanggung dana pendidikan dan seluruh fasilitasnya yang diatur dalam sistem keuangan baitul mal dengan anggaran pembelanjaan khusus pendidikan, baik bagi sekolah negeri maupun swasta.

Tentu jauh dari kenyataan saat ini yang mana alokasi budget pendidikan dari negara sangat terbatas.
Sehingga sudah mafhum secara umum bahwa lembaga-lembaga seperti pesantren tidak mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Bahkan terkesan abai, dan membiarkan masyarakat mengambil alih apa yang mrnjadi tanggung jawab pemerintah.

Pesantren lebih mengandalkan dana pembangunan dari wali santri dsn donatur yang terbatas. Tak heran jika kemudian fasilitas yang disajikanpun sesederhana mungkin sesuai budget yang tersedia. Sehingga muncullah banyak problem termasuk kejadian ambruknya bangunan. Padahal jika kita menengok sejarah, pesantren sebagai pengampu pendidikan islam memiliki peran besar dalam memenuhi kebutuhan pendidikan umat.

Maka, dengan mengambil solusi yang ditawarkan islam adalah langkah solusi yang paling tepat dan masuk akal. Pendidikan umat adalah tanggung jawab negara.

Pembiayaannya berdasarkan prinsip syara', mengedepankan keadilan dan tanggungjawab sosial, sifatnya terpusat, tanpa diskriminasi, tanpa celah korupsi, tanpa drama pembayaran gaji, tanpa ada yang kesulitan mengakses pendidikan, mulai dari gedung dan fasilitasnya, kurikulumnya, metode ajarnya tidak perlu menjadi beban bagi masyarakat. Umat cerdas sesuai syariat.

Wallahu a'lam bisshowab


Share this article via

3 Shares

0 Comment