| 85 Views
Dampak Penyalahgunaan Gawai, Merusak Remaja dan Generasi

Oleh: Haryani, S.Pd.I
Pendidik di Kota Bogor
Diera digital saat ini siapa yang tidak mengenal yang namanya Hand Phone (HP), tidak hanya dikalangan orang tua, sampai balitapun sudah sangat familiar dengan benda pintar yang satu ini. Pengunaan HP khususnya Smart Phone sudah sangat meresahkan. Kecanggihan tekhnologi dibidang komunikasi tidak serta merta menimbulkan dampak positif bagi penggunanya, namun sebaliknya menjadi momok yang sangat mengancam generasi remaja saat ini.
Berdasarkan survei State of Mobile 2024, durasi rata-rata penggunaan gawai di Indonesia bahkan paling tinggi di dunia, mencapai 6,05 jam per hari. “Sekarang anak-anak remaja ini kedatangan keluarga baru, namanya handphone. Itu sekarang sudah jadi keluarga," ujar dia di Jakarta, Rabu.
Menurutnya, penggunaan gawai yang terlalu masif di usia remaja dapat menjadikan generasi muda semakin rentan terhadap ancaman siber. Oleh karena itu, penggunaannya harus hati-hati agar tidak menjadi permasalahan baru. (ANTARA, 9 Juli 2025)
Bukan tidak mungkin kasus-kasus kejahatan dan asusila bermuara dari penyalahgunaan HP yang berlebihan, apalagi dikalangan anak-anak dan remaja saat ini, mereka tidak bisa memfilter informasi yang masuk terutama yang berupa tontonan.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifatul Choiri Fauzi mengatakan, sebagian besar penyebab atau sumber dari kekerasan terhadap perempuan dan anak, dipicu oleh media sosial atau gadget. Menurutnya, fenomena ini menjadi perhatian serius mengingat tingginya keterpaparan anak terhadap dunia digital yang tidak disertai kontrol dan bimbingan yang memadai.
“Karena dari beberapa kekerasan yang dialami atau dilakukan kepada anak-anak hampir sebagian besar penyebabnya atau sumbernya dari pengaruh media sosial atau gadget,” kata Arifatul di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta Pusat, Kamis, 10 Juli 2025 (TEMPO.CO, Jakarta, 2025)
Dari berbagai kasus yang muncul akibat penyalahgunaan gadget, tentu saja ini tidak bisa terlepas dari kurangnya kesadaran masyarakat akan bahayanya pengaruh digital tekhnologi berupa HP. Hal ini adalah buah rendahnya literasi digital dan juga lemahnya iman akibat sistem Pendidikan yang berbasis sekuler.
Namun sayangnya negara tidak memberikan perlindungan yang nyata. Apalagi arus digitalisasi ditengarai membawa banyak keuntungan materi, sehingga aspek keselamatan luput dari perhatian selama mendapatkan keuntungan. Sebagai contoh makin maraknya lahirnya para youtuber yang mencari peruntungan lewat media sosial. Bahkan mereka tidak malu-malu memposting video yang mengekspos aurat dan kehidupan pribadi yang "kurang pantas" dibagikan ke khalayak umum.
Inilah hasil penggunaan teknologi tanpa ilmu dan iman, satu konsekuensi dalam kehidupan sekuler kapitalisme. Negara juga mempunyai andil penting dalam menjaga rakyatnya agar tidak terjerumus dalam kerusakan remaja akibat penyalahgunaan gadget, dengan adaya aturan yang tegas dan memantau setiap tayangan-tayangan yang muncul di media sosial bisa mengurangi kejahatan akibat penggunaan tekhnologi komunikasi saat ini.
Sejatinya negara wajib membangun sistem teknologi digital yang mandiri tanpa ketergantungan pada infrastruktur teknologi asing. Agar negara mampu mewujudkan informasi sehat bagi masyarakat, ruang siber syar’i dan bebas pornografi. Peran negara sebagai junnah (pelindung dan penjaga rakyat) sangat dibutuhkan, dan akan terwujud dengan tegaknya Khilafah.
Negara Islam akan memberikan arahan pada pengembangan teknologi termasuk dunia siber. Juga panduan dalam memanfaatkan dan semua itu untuk menjaga kemuliaan manusia dan keselamatan dunia akherat. Begitulah Islam memuliakan manusia khususnya perempuan dalam hal ini remaja dan anak-anak.
Wallahu'alam