| 257 Views
Bunda Hajar Teladan Untuk Seluruh Ibu

Oleh : Ina Ariani
Aktivis Dakwah
Hari ini umat mengalami krisis multidimensi. Tidak bisa dipungkiri ini semua akibat sistem yang tidak bersahabat. Diantara krisis yang dialami adalah rapuhnya tiang dalam rumah tangga yaitu Ibu. Apabila ibu kuat, maka kuatlah negara itu, karena ibu merupakan tiang negara.
Oleh karena itu wanita harus kuat, tegar dan tangguh, untuk itu kita butuh belajar mengambil pelajaran dari sosok wanita pilihan pada zamannya yaitu Bunda Siti Hajar. Beliau adalah wanita tangguh, istri dari Nabiyullah Ibrahim As, ibu dari Nabi Ismail As.
Beliau adalah seorang ibu yang tangguh, ada banyak hal yang perlu kita teladani dari ketangguhan beliu.
Salah satunya adalah jadilah wanita yang taat pada perintah dan larangan Allah, dari bangun pagi hingga mau tidur kembali. Ketaatan bunda Hajar, saat ia memiliki bayi mungil diajak pergi oleh suaminya Nabi Ibrahim, sesampai ditengah-tengah padang pasir, Ibunda Hajar dan putranya Ismail As ditinggal ditengah gurun yang panas, tak ada satupun makhluk disana. Kemudian Bunda Hajar bertanya, "Kenapa engkau meninggalkan kami berdua disini?" sampai tiga kali dan Nabi Ibrahim terus melangkah tanpa berbicara sepatah katapun. Lalu Bunda Hajar bertanya lagi, "Apakah ini perintah dari Allah?" Lalu Ibrahim menghentikan langkahnya dan menjawab, "Ya, ini perintah dari Allah."
Masyaallah, ketaatan Bunda hajar, sudahkah aku dan kita semua demikian, apabila itu diposisi kita, ditinggalkan ditempat yang tak berpenghuni bekal tak seberapa, pasti sudah uring-uringan. Namun bunda hajar, sungguh ia memiliki hati yang mulia dan taat kepada Allah, sudah barang tentu pasti ia juga taat pada suaminya, menjadi istri salihah bagi suaminya, mudah diatur, jika salah mudah meminta maaf dan memaafkan. Mau diajak dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah Swt.
Sewaktu Bunda Hajar ditinggalkan oleh suaminya Nabi Ibrahim, dengan sedikit bekal, padahal waktu itu Ismail masih bayi masih menyusu pada Ibunya. Kemandiriannya membuat ia menjadi kuat dan tangguh. Walau demikian bunda Hajar tidak kehabisan akal demi mempertahankan kehidupannya bersama putranya. Ia berjalan menyelusuri padang pasir bolak balik naik turun bukit Safa dan Marwah demi mendapatkan air, hingga akhirnya atas kegigihannya Allah berikan pertolongan, berupa air yang letaknya tidak jauh dari Ismail, yang kini di namakan sumur zam zam. Masyaallah
Namun kita hari ini, hanya karena himpitan ekonomi, membuat banyak ibu putus asa, tak jarang yang akhirnya bunuh diri dll. Sesungguhnya banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari sosok bunda hajar. Ia mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga, manakala suami tidak ada atau tidak mampu. Ia mampu mendukung perekononian keluarga semampu kita selama tidak melalaikan tugas utama kita sebagai umun warobatul bait, dan istri salihah bagi suami (melanggar syariat).
Jadilah Ibu yang sabar dan setia, tanpa berkeluh kesah. Seperti Bunda Hajar, meskipun seorang diri ditengah gurun pasir dalam merawat putranya. Tapi ia tetap sabar setia menanti kedatangan suaminya Ibrahim dimana pertama sekali ia ditinggalkan. Disitulah dia menyambut suaminya kembali penuh cinta dan kasih sayang.
Namun hari ini dari sekian banyak kasus perceraian dirumah tangga antara lain disebabkan karena adanya perselingkuhan yang dilakukan baik istri maupun suami, karena tidak sabar dalam menghadapi problema rumah tangga yang diakibatksn banyak sebab, intinya karena kurangnya iman dalam diri seseorang yang mengakibat semua terjadi. Jika saja kita mau bekajar dari keluarga Nabi Ibrahin dan Siti Hajar, maka kesetian, kesabaran dari mereka akan memupuk, mengokohkan keutuhan rumah tangga kita. Kehidupan bunda Hajar perlu kita teladani sampai akhir hayat.
Dari bunda Hajar kita juga belajar bagaimana cara mendidik anak agar menjadi salih dan salihah. Walaupun ia single parent dalam mendidik putranya. Lihatlah hasilnya, Ismail tumbuh besar, hormat kepada kedua orangtuanya, sabar dan taat pada perintah Allah Swt. Akhlaknya begitu mulia, baik tutur katanya, santun dalam berbicara, bahkan disaat telah lama Ayahnya meninggalkan dirinya bersama ibunda tercinta, Ismail tetap sayang pada Ayahnya. Apalagi ketika Ayahnya menyampaikan perintah Allah untuk menyembelih maka bukan caci maki yang keluar, malah kata-kata yang menunjukkan kedewasaan dan kematangan jiwa. Jka itu perintah Allah maka lakukanlah Ayah. Masyaallah
Ibu adalah umun warabatul bait, Ibu adalah madrasah pertama bagi putra putrinya dirumah, sebelum mereka sekolah diluar. Pendidikan utama yang diajarkan pada anak adalah akidah, karena akidah merupakan pondasi untuk sebuah kehidupan. Jika pondasi itu kokoh maka kehidupan akan berjalan sesuai aturan yang hak.
Maraknya kenakalan anak hari ini juga tidak terlepas dari pendidikan ibu dirumah, tidak adanya kontrol masyarakat juga negara harus memberi pasilitas sarana dan prasarana sesuai Islam.
Kota Mekah dibangun karena riwayat Bunda Hajar. Jika saja bunda Hajar berprilaku seperti manusia saat ini, sombong, egois, arogan, temperamen dan cuek, tentulah tidak banyak orang yang tinggal disekitar sumur zam-zam. Karena kemuliaan hati Bunda Hajar maka terbangunlah kota mekah, perintah Sa'i itu bermula dari lari bolak baliknya bunda Hajar dari bukit safa ke Marwah demi mendapatkan air. Jadilah sekarang dikenal dengan sumur zam-zam.
Begitulah kisah keteladanan dari Bunda Hajar yang patut kita tiru. Jadilah teladan bagi diri, keluarga dan masyarakat, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Bagaimana kita bisa memberi manfaat bagi yang lain kalau kita ogah-ogahan berinteraksi di masyarakat. Bagaimana masyarakat mau kenal dengan dakwah Islam kafah sementara pengemban dakwahnya tidak mau terjun berinteraksi dimasyarakat. Bagaimana masyarakat mau simpatik dengan pengemban dakwah. Sementara pengemban dakwah masih baperan. Yuklah kita belajar dari Bunda Hajar. Agar hidup menjadi berkah.
Wallahua'lam bishshawab***