| 42 Views
Belenggu Gaza akan lepas dengan Jihad fii sabilillah

Oleh : Yuliana, S.E
Ummu Hadziq- Muslimah Peduli Umat
SEBUAH armada sipil internasional tengah berlayar di Laut Mediterania, membawa misi kemanusiaan sekaligus pesan politik. Armada tersebut berlayar untuk menantang blokade Israel atas Jalur Gaza.
Inisiatif ini dinamakan Global Sumud Flotilla (GSF), “sumud” berarti keteguhan dalam bahasa Arab. Bagi para pesertanya, istilah itu mencerminkan perlawanan damai menghadapi ketidakadilan.
Flotilla ini disebut sebagai yang terbesar dalam sejarah gerakan serupa. Lebih dari 50 kapal dan ratusan relawan dari 44 negara bergabung, dengan latar belakang beragam.
Mereka terdiri dari aktivis, jurnalis, tenaga medis, hingga politisi dan figur publik. Mereka berangkat dengan satu tujuan: menembus blokade Gaza yang selama hampir dua dekade mengekang arus barang dan manusia.
Menurut penyelenggara, Global Sumud bukan sekadar konvoi bantuan, melainkan manifesto moral masyarakat sipil internasional. Global Sumud menilai pemerintah dunia terlalu lambat menyelamatkan rakyat Gaza dari kelaparan, penyakit, dan krisis kemanusiaan.
Gelombang pertama flotilla meninggalkan Barcelona pada Senin (1/9/2025). Namun perjalanan awal tidak mulus.
Ombak tinggi memaksa lima kapal kecil kembali ke pelabuhan, sementara beberapa lainnya mengalami gangguan mekanis. Meski demikian, armada utama tetap melaju, dengan rencana berkumpul di Tunisia bersama kapal-kapal dari Yunani, Italia, dan pelabuhan Mediterania lainnya.
Seiring waktu, flotilla diharapkan kembali ke jumlah penuh, lebih dari 50 kapal, sebelum melanjutkan etape terakhir ke Gaza. Kondisi cuaca di Mediterania menjadi faktor penentu, sementara koordinasi teknis di lapangan kerap menguji kesabaran para peserta.
Di dalam rombongan, terdapat tokoh-tokoh publik internasional seperti aktivis iklim Greta Thunberg yang ikut memberi perhatian pada misi ini. Dari Asia Tenggara, jaringan Sumud Nusantara terlibat.
Hal tersebut menunjukkan bahwa solidaritas bagi Gaza tidak hanya datang dari Eropa atau Timur Tengah, tetapi juga dari Global South. Bagi sebagian peserta, perjalanan ini bukan sekadar aksi politik, melainkan panggilan hati untuk menghadirkan bantuan langsung, meski tahu risikonya besar.
Misi flotilla ke Gaza bukan hal baru. Sejak 2010, upaya serupa kerap berakhir dengan pencegatan Angkatan Laut Israel, bahkan pernah menelan korban jiwa.
Tahun ini, risiko terasa semakin nyata. Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, menyerukan agar para aktivis ditetapkan sebagai “teroris” dan kapal mereka disita.
Kekhawatiran meningkat mengingat beberapa bulan lalu, sebuah kapal sipil dalam misi berbeda sempat diserang drone di lepas pantai Malta. Peringatan itu membayang di benak para relawan Global Sumud.
Namun ancaman di laut bukan satu-satunya cerita. Di darat, dukungan mengalir.
Serikat buruh pelabuhan di Genoa, Italia, misalnya, mengancam akan menghentikan seluruh arus kargo ke Israel bila flotilla dihalangi. Tekanan industri logistik ini memperluas arena perlawanan dari samudra ke jaringan perdagangan global.
Perjalanan Global Sumud Flotilla kini memasuki fase krusial. Jika konsolidasi di Tunisia berhasil, mereka akan melanjutkan etape terakhir menuju Gaza.
Rute tersebut merupakan rute yang paling berisiko karena di situlah Angkatan Laut Israel biasanya menghadang. Bagi peserta, hasil akhirnya belum pasti: apakah mereka berhasil mencapai Gaza, atau akan kembali menjadi catatan panjang sejarah flotilla yang dicegat. (2 September 2025)
Derita yang diciptakan oleh Skulerisme itu nyata
Kekejaman Zionis makin menggila. Dukungan si Trump agar Zionis segera mengambil alih Gaza makin kuat. Umat manusia di dunia makin tidak bisa menoleransi kejahatan Zionis dan melakukan upaya "yang mereka bisa" untuk melakukan segala upaya dengan cara memasukkan bantuan ke Gaza. Mereka mengumpulkan uang dan bantuan untuk misi Gaza Sumud Flotilla. Dan terdiri dari banyak negara dari belahan dunia baik kaum muslim maupun non muslim.
Pengkhianatan penguasa Arab dan diamnya Dunia semakin membuat Zionis meningkatkan kejahatan mereka. Solusi kemanusiaan untuk Gaza belum cukup untuk menghentikan kejahatan Zionis dan membebaskan Gaza. Karena akar masalahnya ada pada perpecahan umat Islam.
Sumut Plotilla suatu tindakan yang sangat mulia. Hal ini merupakan bukti kepedulian antar sesame manusia, namun hal ini belum bisa menjadi solusi yang hakiki bagi penderitaan saudara kita di Gaza. Misi ini seharusnya bisa menarik para pemimpin-pemimpin negeri Muslim agar bertindak seperti yang sudah dilakukan oleh individu-individu yang ikut serta pada misi Sumut Plotilla.
Misi serupa ini sudah pernah juga dilakukan oleh organisasi aktivis kemanusiaan pada tahun 2010 tapi mengalami kegagalan Karena dihalangi oleh zionis Israil laknatullah. Tidak menutup kemungkinan hal ini terjadi pada aktivis Sumut Plotilla. Meski bukan solusi hakiki bagi rakyat Gaza paling tidak bisa membantu meringankan beban.
Meski sudah ada gebrakan yang dilakukan oleh aktivis dalam satu ikatan yaitu Sumut Plotilla. Tapi sedikitpun tidak menggugah hati nurani para pemimpin muslim. Seharusnya mereka malu dengan tindakan berani yang dilakukan oleh individu-individu aktivis Sumut Plotilla yang tidak memiliki kekuatan militer tapi berani berjuang untuk rakyat Gaza dengan harapan membobol blockade yang diciptakan oleh Israil Laknatullah.
Sejak 2 Maret 2025, Zionis menerapkan blokade total terhadap Gaza – mencegah masuknya makanan, air, obat-obatan dan bahan bakar. Ini merupakan blokade terpanjang dalam sejarah konflik Gaza. Besar harapan misi Sumut Plotilla bisa menerobos blockade tersebut.
Israel mengebom gedung perumahan bertingkat tinggi di kota Gaza yang menampung ratusan pengungsi Palestina. Komite PBB tersebut menyatakan bahwa penyandang disabilitas pendengaran ataupun penglihatan sering kali tidak menyadari adanya perintah evakuasi dari pasukan pendudukan sehingga tidak dapat melarikan diri. Beberapa di antara mereka gugur tanpa mengetahui adanya perintah evakuasi.
Dalam kasus yang menimpa Palestina hari ini, konferensi yang dilakukan ulama seharusnya tidak berhenti pada seruan memberikan tekanan politik untuk menghentikan agresi Israel, membuka koridor kemanusiaan, dan menyalurkan bantuan darurat ke Gaza. Ini karena syariat jelas menegaskan solusi penjajahan adalah jihad fi sabilillah.
Sampai saat ini, seluruh rakyat masih saja bermimpi bahwa sistem yang diyakini sebagai sistem politik terbaik ini bisa menjadi jalan perubahan untuk meraih kebahagiaan hakiki. Padahal, asasnya saja rusak karena tegak di atas paham sekularisme liberalisme yang menafikan peran agama dalam kehidupan dan mengagungkan kebebasan, serta didominasi kekuatan modal.
Islam sebaik-baiknya system dan solusibagi umat
Islam telah memberikan solusi syar’,i yaitu jihad fii sabilillah. Umat harus meningkatkan tuntutannya dengan menuntut bantuan militer untuk menghentikan genosida di Gaza. Mari satukan suara untuk menggaungkan jihad dan khilafah sebagai solusi hakiki.
Perlu kita fahami bahwa tidak ada jalan lain untuk bisa menolong Gaza, kecuali adanya Negara Islam. Dalam pandangan Islam, seorang kepala negara wajib menjaga nyawa setiap muslim. Termasuk nonmuslim yang mau menjadi warga negaranya pun diurusi, apalagi muslim itu sendiri. Jangankan jutaan, satu orang saja jangan sampai tumpah darahnya, Itulah Negara Islam.
Negara Islam akan menghapus penjajahan Yahudi atas Gaza dan membebaskannya dengan mengirimkan pasukan dan logistik. Hal ini sesuai sabda Rasulullah saw. Yang diriwayat Bukhari dan Muslim,
“Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Ia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng.”
Umat Islam saat ini sudah diberi modal menang dari Allah Swt. berupa tentara yang tersebar di seluruh negeri Islam dan persenjataan yang banyak. ”Kalau umat Islam mau, hari ini pun mereka bisa mengalahkan Amerika. Jumlah senjata lima negara muslim saja itu sudah mengalahkan tentara Cina, sudah melampaui tentara Amerika, apalagi Yahudi. Seandaikan keluar instruksi hari ini pun mereka tidak akan menunggu bertahun-tahun, pasti segera menjalankan kewajiban jihad.
Namun ia menyesalkan, instruksi itu tidak pernah keluar dari para pemimpin negeri muslim, padahal Allah sudah memberi modal kemenangan berupa SDM dan persenjataan yang banyak. Jadi kita tidak bisa mengelak, Allah sudah berpihak, kok bisa kalah. Jadi, mau jawab apa di yaumulhisab?
Memang hanya Khilafah yang akan membebaskan Gaza sekaligus menyelesaikan problem di dunia Islam. Problem kemiskinan, problem kerusakan sosial, problem generasi, problem ekonomi kesejahteraan, problem keuangan negara, problem korupsi laten, dan seterusnya,semua problem yang dihadapi umat akan tersolusikan dengan Khilafah
Akan muncul berbagai problem yang menimpa manusia dalam bermasyarakat dan bernegara ketika meninggalkan syariat Allah. Misi utama diturunkan risalah Islam adalah mengurusi bumi dengan syariat Allah. Ketika syariat tidak dipakai, dunia dikendalikan oleh orang yang tidak taat kepada Allah, maka tak hayal kezaliman, kehinaan, dan kejahatan terjadi di mana-mana.
Dapat kita fahami bahwa kunci agar umat Islam bersatu harus disatukan dengan kekuatan ideology. Islam yang akan menyatukan umat Islam seluruh dunia dan menghilangkan batas-batas negara bangsa, yang regulasi hukumnya hanya menggunakan hukum Allah. Langkah merealisasikannya dengan penyatuan pikiran dan perasaan umat Islam global dengan Islam Ideologis. Butuh konsolidasi dan peran semua pihak yang sudah memahami untuk melibatkan diri melakukan gerakan perubahan pemikiran global sistematis.
Faktor-faktor yang menjadi batu penghalang terbentuknya kesatuan umat Islam. Konsep bernegara dunia Islam hari ini mengadopsi system barat Demokrasi Skulerisme, sehingga membuang agama dalam kehidupan bernegara. Nation-state yang mengusung konsep tidak satu rasa jika tidak berada di tanah yang sama sehingga kesamaan tanah semata menjadi pemersatu, bukan Islam. pengkhianatan para penguasa dunia Islam hari ini. Umat wajib menyadari dan disadarkan bahwa pengkhianatan para penguasa muslim itu menyebabkan masalah di Gaza tidak selesai-selesai
Selama pemimpin-pemimpin negeri Muslim tidak sadar akan kewajiban menegakkan khilafah dan memerintahkan Jihad mustahil rakyat Gaza tersolusikan.
wallahu a’lam bishowab.